Mohon tunggu...
Lalu PatriawanAlwih
Lalu PatriawanAlwih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Postgraduate Universitas Mercubuana

Lalu patriawan Alwih - NIM : 55522110029 - Jurusan Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Mata Kuliah Pemeriksaan Pajak - Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo.M.Si.AK.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Mangkunegara IV: Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

8 Juli 2024   15:00 Diperbarui: 8 Juli 2024   18:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Mangkunegara IV (1809-1881) merupakan tokoh penting dalam sejarah Jawa yang meninggalkan warisan intelektual dan spiritual yang mendalam. Sebagai raja keempat Praja Mangkunegaran, beliau tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, tetapi juga sebagai filsuf dan pujangga yang karyanya masih relevan hingga saat ini. Ajaran kebatinan yang beliau kembangkan mencerminkan sintesis antara kearifan lokal Jawa, nilai-nilai Islam, dan pemikiran filosofis yang universal.

Keunikan dari ajaran Mangkunegara IV terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan dimensi spiritual yang dalam dengan pemahaman praktis tentang kehidupan sehari-hari. Beliau memahami bahwa pencapaian spiritual tertinggi tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab duniawi. Hal inilah yang membuat ajarannya memiliki potensi besar untuk ditransformasikan ke dalam berbagai aspek kehidupan modern, termasuk dalam bidang yang tampaknya sangat teknis seperti audit pajak.

Dalam konteks audit pajak, prinsip-prinsip kebatinan Mangkunegara IV dapat memberikan landasan etis dan filosofis yang kuat. Misalnya, konsep "amemangun karyenak tyasing sesama" (membangun kebahagiaan sesama) dapat diterjemahkan menjadi pendekatan audit yang tidak hanya fokus pada penemuan kesalahan, tetapi juga pada edukasi dan pembinaan wajib pajak. Prinsip "ngelmu iku kalakone kanthi laku" (ilmu itu terwujud melalui tindakan) dapat mendorong auditor untuk terus mengembangkan kompetensi dan integritas mereka melalui praktik nyata, bukan hanya pengetahuan teoretis.

Selain itu, ajaran Mangkunegara IV tentang pengendalian diri dan introspeksi sangat relevan dalam menghadapi tantangan etis yang sering dihadapi oleh auditor pajak. Konsep "mulat sarira hangrasa wani" (berani mawas diri) dapat menjadi panduan bagi auditor untuk selalu mengevaluasi motivasi dan tindakan mereka, memastikan bahwa mereka tetap objektif dan berintegritas dalam menjalankan tugas.

Dalam hal kepemimpinan diri, ajaran Mangkunegara IV menawarkan perspektif yang unik dan mendalam. Beliau menekankan pentingnya keselarasan antara pikiran, perasaan, dan tindakan sebagai kunci kesuksesan pribadi dan sosial. Konsep "tata, titi, teteg, temen" (teratur, teliti, teguh, jujur) misalnya, dapat menjadi prinsip dasar dalam mengembangkan disiplin diri dan integritas personal.

Lebih jauh lagi, pemikiran Mangkunegara IV tentang hubungan antara individu, masyarakat, dan alam semesta dapat memberikan kerangka yang lebih luas dalam memahami peran dan tanggung jawab seseorang. Ini dapat membantu individu untuk melihat beyond kepentingan pribadi dan memahami dampak tindakan mereka dalam konteks yang lebih besar.

Transformasi ajaran kebatinan Mangkunegara IV ke dalam praktik audit pajak dan pengembangan diri bukanlah proses yang sederhana. Diperlukan interpretasi yang cermat dan kontekstualisasi yang tepat agar prinsip-prinsip tersebut dapat diaplikasikan secara efektif dalam setting modern. Namun, upaya ini berpotensi menghasilkan pendekatan yang lebih holistik dan humanis dalam bidang yang sering kali dianggap sangat teknis dan kaku seperti audit pajak.

Tulisan ini akan mengeksplorasi secara mendalam bagaimana prinsip-prinsip kebatinan Mangkunegara IV dapat diterjemahkan dan diimplementasikan dalam praktik audit pajak modern. Ini mencakup analisis tentang bagaimana konsep-konsep seperti kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, dan pelayanan yang terkandung dalam ajaran Mangkunegara IV dapat memperkaya dan meningkatkan standar etika dan profesionalisme dalam audit pajak.

Selain itu, tulisan ini juga akan membahas bagaimana ajaran Mangkunegara IV dapat menjadi panduan dalam pengembangan kepemimpinan diri. Ini meliputi eksplorasi tentang bagaimana prinsip-prinsip seperti disiplin diri, introspeksi, keseimbangan, dan tanggung jawab sosial dapat diterapkan untuk mengembangkan karakter yang kuat dan kemampuan untuk mengelola diri sendiri dengan efektif.

Dengan mengintegrasikan kearifan lokal yang terkandung dalam ajaran Mangkunegara IV dengan praktik dan teori modern, tulisan ini bertujuan untuk memberikan perspektif baru dalam memahami dan menerapkan etika profesional serta pengembangan diri. Hal ini tidak hanya relevan bagi para praktisi audit pajak dan individu yang ingin mengembangkan kepemimpinan diri, tetapi juga bagi siapa saja yang tertarik untuk menjembatani kearifan tradisional dengan tuntutan kehidupan modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun