Mohon tunggu...
Mataram Berita
Mataram Berita Mohon Tunggu... Jurnalis - Mataramberita.my.id
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akun responsif Mataram Berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Demokrasi Tergerus oleh Penguasa yang Rakus

3 Februari 2024   18:29 Diperbarui: 3 Februari 2024   18:36 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu sudah di penghujung jalan dan terus menampilkan kejanggalan yang membuat resah dan bimbang terhadap kondisi demokrasi di Indonesia. Campur tangan penguasa yang turut andil dalam kontestasi pemilu tahun ini membuat alur demokrasi menjadi pincang karena terlihat nyata berpihak ke salah satu PASLON, dan peraktik penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan semakin ditampakkan oleh penguasa. Hal ini membuat susasana demokrasi tahun ini sangat menyimpang dari janji demokrasi yang meritokratik dan terbebas dari nepotisme.

            Indonesia darurat demokrasi semakin nyata setelah merosotnya sikap kenegarawan presiden jokowi.Dengan naiknya Gibran Rakabuming Raka sebagai CAWAPRES yang memberikan nuansa berbeda pada kontestasi pemilu tahun ini. Berdasarkan putusan MK NO.90/PUU-XXI/2023 yang proses pengambilan putusannya penuh dengan kontrovesial dan penuh intervensi politik dan  melanggar etika, sehingga membuat ketua MK Anwar Usman harus di berhentikan.

            Lalu Wira Hariadi selaku ketua BEM Fakultas Pertanian UNRAM menyatakan ''Hal ini tentu memberikan tampilan buruk terhadap image demokrasi indonesia yang menjadi sorotann dunia, dan indonesia satu satunya negara yang memiliki cawapres yang ayahnya masih menjadi presiden aktif''.

Kondisi semakin memburuk semenjak terlihat presiden dengan terang terangan ikut terlibat secara langsung dalam kontestasi politik tahun ini. Dengan sumberdaya negara yang ada dan dengan kekuasaan yang dimiliki dimanfaatkan untuk ikut mendukung salah satu paslon yang seharusnya sebagai kepala negara harus bersikap netral dan mengawal demokrasi dengan JURDIL.

Terlebih lagi baru baru ini pemerintah meluncurkan bantuan langsung tunai (BLT) di tengah tengah pemilu yang digunakan penguasa sebagai alat untuk di pertukarkan dengan loyalitas elektoral. Dikaerenakan pembagian BLT di tengah PEMILU dapat memberikan efek simpatisan dan dukungan dari penerima manfaat. Hal ini jelas menjadi perhatian dan perbincangan hangat mengingat pemerintah sekarang condong ke salah satu PASLON,situasi ini sangat disayangkan melihat sikap dari penguasa yang sudah mencemari ruang demokrasi.

Seharusnya presiden jokowi selalu memegang teguh prinsip kenegarawanan yang bisa menjadi teladan di akhir kpemimpinannya. Selain itu jangan sampai mengarahkan semua perangkat negara dalam memenangkan kontestasi PEMILU dan menjaga netralitas semua perangkat negara untuk menjaga jalannya demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun