Mohon tunggu...
lalu solihin
lalu solihin Mohon Tunggu... -

independent professional consultants

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Pariwisata dan Formalin

5 Juni 2014   22:02 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Oleh: Lalu Solihin

Ketika kondisi politik dalam negeri Thailand yang memburuk akibat demonstrasi yang menetang kudeta oleh militer, menyebabkan kenyamanan para wisatawan yang berkunjung menjadi terganggu. Hal ini sudah pasti akan berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke negara tersebut. Meskipun tidak semua wilayah di Thailand yang mengalami kerusuhan, dan mungkin berlangsung tidak lama, tetapi kondisi ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi Negara kompetitor untuk merebut pangsa pasar tersebut. Dimana negara ini terkenal sebagai destinasi wisata yang paling ramai dikunjungi sepanjang tahunnya.

Begitu juga dengan pasca insiden hilangnya pesawat MH370 milik maskapai penerbangan Malaysia, banyak penumpang didalamnya adalah wisatawan asing yang berwisata kenegara ini namun banyak dari mereka hingga kini belum diketahui keberadaannya. Pemerintah Malaysia dianggap tidak bertanggungjawab terhadap nasib para penumpang, yang notabene pelancong mancanegara. Sehingga muncul kekhawatiran dari para calon wisatawan untuk berlibur ke Negeri Jiran tersebut. Sehingga banyak pula pelancong yang membatalkan kunjungannya kenegara tersebut.

Kedua kondisi tersebut menggambarkan bahwa begitu sensitifnya sektor ini terhadap factor eksogen pariwisata. Image positif yang telah lama terbangun bisa rusak dalam sekejap. Namun hal ini akan menjadi peluang yang sangat baik bagi negara kompetitor untuk menampung calon wisatawan tersebut, termasuk Indonesia yang notabene memiliki beragam obyek wisata, baik wisata bahari, wisata budaya, wisata sejarah, wisata alam dan lainnya yang bisa ditawarkan. Selama ini, industry pariwisata kita memang jauh tertinggal dibanding kedua negera tersebut. Tingkat kunjungan wisatawan ke Thailand tahun 2013 saja mencapai 26,5 juta orang. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke Indonesia yang hanya 8,3 juta pada tahun 2013. Begitu juga dengan tingkat kunjungan ke Malaysia yang pada tahun 2013 lalu yang mencapai 26,3 juta orang

Obyek wisata yang ada di kedua negara tersebut pada dasarnya juga ada di negeri kita. Bahkan kita memiliki potensi wisata yang sangat beragam yang tersebar dari ujung timur hingga ujung barat nusantara. Akan tetapi karena mereka lebih pandai dalam memasarkan dan mengelola obyek wisata yang mereka miliki serta pandai dalam melayani wisatawan , sehingga mereka lebih diminati oleh para wisatawan asing. Salah satu obyek wisaata yang bisa ditawarkan saat ini adalah obyek wisata bahari di pulau-pulau kecil.

Pariwisata bahari merupakan salah satu andalan pariwisata nasional. Dari hasil survey Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa sebanyak 60% wisatawan yang berkunjung ke Indonesia memilih wisata bahari sebagai destinasi utama wisatanya. Ini artinya peluang pariwisata bahari sangat besar. selanjutnya bagaimana meningkatkan dan memperbaiki pengelolaannya.

Formalin

Sector perikanan merupakan salah satu penunjang sector industry pariwisata di indonesia, khususnya kegiatan wisata bahari. Ikan merupakan salah satu menu makanan yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. Meskipun belum ada data yang pasti berapa persen wisatawan yang gemar makan ikan atau berbahan baku ikan. Beragam jenis penganan berbahan dasar ikan bisa diolah menjadi makanan yang sehat dan diminati banyak wisatawan. Sebagai Negara tropis yang memiliki hamper 70% wilayahnya adalah laut, kita memiliki ragam jenis ikan paling banyak dibandingkan dengan ikan-ikan di Negara sub tropis.

Namun yang masih menjadi masalah besar dalam sektor perikanan kita adalah ketika sebagian besar produk perikanan masih menggunakan formalin sebagai bahan pengawet ikan. Masalah ini sudah cukup lama terjadi, namun hingga kini belum bisa diatasi dengan bijak oleh pemerintah. Formalin masih dapat diperoleh dengan mudah dipasaran, sehingga menimbulkan moral hazard bagi para nelayan sebagai bahan pengawet yang efektif dan efisien. Seolah-olah mengawetkan ikan dengan bahan berhaya sah-sah saja yang penting ada benefitnya. Disamping harganya relative lebih murah, penggunaan formalin memang lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan es balok. Nelayan bisa memperoleh surplus yang cukup lumayan dari selisih biaya tersebut. Namun bahaya yang ditimbulkan sangat besar, surplus yang diperoleh tidak sebanding dengan dampak yang ditimbulkan.

Meskipun thailand bukan negara muslim, namun mereka mampu mengemas industry pariwisata mereka dengan sangat apik. Termasuk masalah makanan, mereka mampu menjamin wisatawan muslim dengan makanan sehat dan halal. Label halal pada tempat makan dipasang dengan jelas sebagai bukti komitmen mereka terhadap pelayanan terhadap wisatawan, khususnya wisatawan muslim.

Mari kita bandingkan dengan perilaku pengusaha restoran atau warung makan di negeri kita. Sangat sedikit kawasan wisata yang berani memasang label halal pada tempat makan mereka. Justru mereka lebih bangga memajang label-label atau merek produk asing yang belum tentu halal. Padahal Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, namun belum mampu menerapkan prinsip-prinsif islami dalam segala aspek kehidupan sehari-harinya. Bagaimana mungkin wisatawan asing akan menghargai warga local jika orang local sendiri tidak menghargai sesamanya.

Pada tingkatan pedagang mungkin mereka tidak tahu apakah ikan yang mereka jual itu mengandung formalin atau tidak. Padahal secara syariah, menjual barang-barang yang dapat merusak tubuh manusia tergolong haram, dan menjual barang-barang haram dalam hukum islam sangat dilaknat Tuhan. Mungkin hal ini adalah hal sepele bagi kita, tapi yang namanya usaha jasa yang notabene memberikan kepuasan kepada wisatawan, apapun akan dilakukan asalkan wisatawan merasa puas.

Dalam konteks ini, Negara wajib melindungi seluruh rakyatnya dari makanan yang halal dan toyyiban. Dengan demikian, kita patut pertanyakan kesungguhan pemerintah dalam mengembangkan sector pariwisata di tanah air. Dimasa yang akan datang, industry pariwisata kita akan sangat mudah hancur hanya karena isu makanan yang tidak sehat bagi para wisatawan, khususnya berbahan baku ikan laut.

Adapun bahaya mengkonsumsi ikan berformalin antara lain menyebabkan beberapa gejalanya seperti, mual, muntah dan diare berkepanjangan. Dan dapat juga terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal, sistem susunan saraf pusat dan kanker. Tidak hanya kita yang takut akan bahaya tersebut, tetapi juga para wisatawan yang menjadikan ikan sebagai menu makanan mereka.

Industry pariwisata adalah industry yang memberikan jasa kenyamanan, ketenangan, atau bahkan kebahagian kepada setiap orang. Kemudian didukung dengan pelayanan makanan yang aman bagi kesehatan dan menyehatkan bagi tubuh. Kita memiliki laut yang luas, pulau-pulau kecil yang indah dan eksotis, merupakan potensi wisata yang sangat tinggi nilainya.

Sampai saat ini, nelayan memang kesulitan mendapatkan es balok ketika hendak melaut. Bagi pihak swasta, keuntungan bisnis es balok tidak terlalu signifikan. Biaya produksi sangat besar, sedangkan harga jual es relative masih rendah. Selain itu, daya listrik yang tidak stabil menyebabkan produksi es juga tidak stabil.

Disinilah seharusnya pemerintah berperan dalam menyelesaikan masalah formalin ini. Pemerintah yang harus mau membangun pabrik es untuk nelayan di setiap pelabuhan pendaratan ikan. Tujuannya bukan untuk medapatkan keuntungan yang tinggi, tetapi sebagai penjaga stabilitas suplay es balok kepada nelayan. Pemerintah harus mampu menjamin ketersediaan es balok ketika nelayan hendak melaut. Saya yakin bahwa masih banyak nelayan yang masih punya kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. Namun jika tidak ada alternative pilihan yang lebih baik, maka mereka pasti akan melakukan yang paling murah dan praktis.

Jadi bagaimana mungkin kita mengundang wisatawan untuk datang berwisata ke Indonesia jika kita sendiri belum siap menyambut dan memanjakan mereka dengan baik dan penuh kesan yang indah. Brand image "wonderful indonesia" akan menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan benah-benah diri dari dalam.

*komentar pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun