Mohon tunggu...
lalu solihin
lalu solihin Mohon Tunggu... -

independent professional consultants

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hati-Hati Memilih Presiden!

7 Juli 2014   23:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibarat barang dagangan, dua capres yaitu Prabowo Subianto dan Joko Widodo kini dikemas dengan sangat apik dan menarik oleh pedagang atau produsennya (baca: tim suksesnya). Sang produsen akan selalu mempromosikan segala kelebihan atau keunggulan dari produknya, dan segala kelemahannya disimpan serapat mungkin agar para pembeli (pemilih) tertarik untuk membelinya. Mereka para produsen adalah “konsorsium” partai politik dengan beragam warna dan kepentingan, sehingga akan berpengaruh pada implikasi kebijakan pemerintahan berikutnya.

Kondisi saat ini, masing-masing capres memiliki pangsa pasar yang panatis. Umumnya mereka telah mengenal produk tersebut secara sempurna (Full Information) sejak lama, mulai dari kekurangan maupun kelebihannya. Dari pangsa pasar yang panatis ini mereka sama sekali tidak terpengaruh dengan merek produk yang lain, meskipun dikemas semenarik mungkin. Apapun bungkusnya dan siapapun mareketingnya, mereka tidak akan berpaling dari produk idolanya. Berbeda dengan konsumen yang tidak panatis (baca: swing voters) mereka akan menentukan pilihannya setelah mendapat informasi yang sempurna tentang produk yang ditawarkan tersebut.

Namun yang sering terjadi dalam hubungan antara penjual dengan pembeli adalah adanya asimetris informasi (ketidakseimbangan informasi) yang dimiliki antara konsumen dengan pedagang tentang produk yang ditawarkan. Dalam teori principal agent, pedagang (sebagai agent) selalu memiliki informasi yang sempurna tentang produk yang mereka jual. Sedangkan pembeli (selaku principal) tidak memiliki informasi yang sesempurna agent. Padahal idealnya dalam suatu transaksi, antara penjual dengan pembeli harus memiliki informasi yang sama tentang produk yang akan dibeli, sehingga efisiensi ekonomi akan tercapai.

Terkadang pembeli sering merasa tertipu ketika produk yang mereka beli tidak sesuai dengan kondisi barang ketika promosi. Hampir tidak ada produsen yang memberikan informasi yang seimbang antara kelebihan dan kelemahan dari barang yang mereka jual. Padahal hak pembeli adalah mengetahui dengan dengan detail mengenai produk yang akan mereka beli.

Dalam pasar mobil bekas di Amerika dikenal istilah lemon market, artinya mobil-mobil bekas yang dijual dipasar tersebut selalu nampak mulus dan cantik, penampilannya hamper sama dengan produk baru, apalagi setelah ditambah beragam asesoris lainnya. Disinilah pembeli sering rekecoh dengan penampilan yang manarik dan harga yang relative murah. Akan tetapi kualitasnya tidak sebanding dengan penampilannya. Itulah resiko membeli barang bekas, sudah pasti tidak sebagus barang baru.

Lemon market ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Ada orang yang bangga dengan penampilannya walau kualitasnya tidak bagus, dan ada pula yang lebih mengutamakan kenyamanan dan keamanan ketika dikendarai daripada penampilannya. Setiap individu memiliki preference yang berbeda-beda dalam memutuskan untuk memilih suatu produk. Begitulah pasar bekerja bebas mengikuti karakteristik konsumennya.

Dalam konteks pilpres saat ini, kita hanya memiliki waktu yang relative singkat untuk mengenali capres yang akan dipilih. Yang pasti, mereka adalah putra-putra terbaik bangsa ini yang mau bekerja untuk bangsanya. Mereka yang rela mengabdikan sebagian dari hidupnyanya untuk mengangkat martabat bangsanya di dalam dunia internasional. Sehingga bangsa ini akan bangkit dari segala ketertinggalannya menuju Indonesia yang hebat.

Walau analogi diatas tidak sepenuhnya sama dengan kondisi riel dalam pemilu pilpres kali ini. Setidakya dapat menjadi referensi bagi kita dalam membuat keputusan memilih. Siapapun yang menang, itulah pemimpin bangsa dan negara ini yang harus kita hormati. Kita adalah bangsa yang beradab, bangsa yang dipersatukan oleh semangat bhineka tunggal ika. Sehingga yang kalah harus ikhlas, dan yang menang tidak lantas menyombongkan diri.

Capres yang kalah beserta para pendukungnya harus berjiwa besar dan kesatria jika dirinya ternyata kurang diminati oleh masyarakat. Percaya diri yang tinggi untuk memang harus, asalkan tidak lupa dengan kebesaran dari pemilik alam semesta ini. Sehebat apapun kita, tetap saja Tuhan yang maha menentukan. Dalam suasana demokrasi, kita harus menghargai suara yang terbanyak. Meskipun kualitas produk yang paling banyak dipilih tersebut belum tentu sebaik produk yang kalah.

Perlu kita sadari memang keputusan masyarakat dalam menentukan pilihannya lebih dipengaruhi oleh pencitraan positif yang masif. Pencitraan yang massif dan positif akan menimbulkan efek yang positif terhadap keputusan masyarakat dalam memilih. Tak heran jika dalam pencitraan tersebut, banyak tokoh-tokoh seperti tokoh agama, tokoh pemuda, idola para remaja, tokoh masyarakat, maupun tokoh-tokoh berpengaruh lainnya diperebutkan untuk menjadi bintang iklan mereka.

Konsekuansinya adalah pada biaya pencitraan yang tinggi. Biaya pencitraan merupakan variable biaya yang paling besar dalam sutu produk. Dengan demikian keberhasilan dari kegiatan pemasaran suatu produk sangat tergantung dari biaya promosi yang dikeluarkan. modal financial maupun modal social sangat menentukan kegiatan pemasaran.

Rational choice (pilihan rasional) masyarakat dalam memilih pemimpinnya kini sedang diuji. Siapakah yang akan mereka pilih merupakan keputusan yang rasional atas dasar kepentingan pribadi yang utama. mereka akan memilih yang paling menguntungkan bagi dirinya sendiri, meskipun bertentangan dengan pilihan mayoritas orang lain. Ia tidak akan terpengaruh oleh pilihan orang lain jika pilihannya tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri. Itulah pilihan yang rasional baginya. Pilihan yang rasional diambil ketika manfaat yang akan didapatkannya optimal dibandingkan kerugiannya.

Kata James M. Buchanan (1919 -) manusia ekonomi adalah manusia yang rasional dan akan selalu mencari kepuasan yang maksimal. Secara filosofis Buchanan mulai dari sebuah pandangan subyetivisme radikal sebuah keyakinan bahwa hanya individu saja yang dapat mengetahui apa yang baik dan apa yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Yang paling tahu kebutuhan seseorang adalah dirinya sendiri. Artinya bahwa yang mengetahui alasan rasional seseorang menentukan pilihannya adalah dirinya sendiri. Tentu saja setelah mempertimbangkan aspek manfaat dan mudarat bagi dirinya. Karena tidak mungkin orang akan memilih sesuatu yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Sebelum memutuskan untuk membeli, mari kita kumpulkan informasi yang maksimal tentang kedua capres tersebut. Kemudian dipilah-pilah lalu kemudian dipilih. Ada baiknya untuk berhati-hati sebelum memutuskan pilihan. Keputusan saat ini akan berdampak pada wajah pembangunan Indonesia lima tahun kedepan. Kita hanya diberikan kesempatan satu kali menentukan pilihan, jika salah maka tidak bisa diulangi lagi.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun