ketika langit telanjang malam itu
di atas setengah lingkarannya kita duduk berdua
aku membelai irama potongan pasir sutra
dalam nyanyianmu tentang lagu edelwis senja
"kasih, mengapa kau sulut lagu remang ini
di tengah kegelapan malam"
aku bertanya padamu
"kau tau mengapa edelwis hanya ada di puncak gunung?"
kau menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan baru
"bukankah keabadian selalu bernama harapan?"
aku pun menjawabnya dengan pertanyaan lainnya
"lantas mengapa edelwis selalu berlumur senja?"
dari adamu lahir pertanyaan baru lagi
"entahlah, dendam seperti apa yang
dianut oleh senja pada sang edelwis"
akupun menjawab dengan pertanyaan yang bertanya
"tapi, bisakah edelwis hidup tanpa gunung?"
jawabmu dari pertanyaan yang bertanya tanya
seketika percakapan selanjutnya sirna
setelah sang mentari datang untuk membakar mereka
kini mereka melepuh dalam gumpalan abu yang hijau
09022011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H