Mohon tunggu...
Dieqy Hasbi Widhana
Dieqy Hasbi Widhana Mohon Tunggu... -

manusia biasa.. bebaskan segala bentuk kata dari lilitan makna.. maka, kata adalah serangkaian petanda...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pertemuan Akhir Senja

4 April 2013   20:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:44 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ketika langit telanjang malam itu
di atas setengah lingkarannya kita duduk berdua
aku membelai irama potongan pasir sutra
dalam nyanyianmu tentang lagu edelwis senja

"kasih, mengapa kau sulut lagu remang ini
di tengah kegelapan malam"
aku bertanya padamu

"kau tau mengapa edelwis hanya ada di puncak gunung?"
kau menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan baru

"bukankah keabadian selalu bernama harapan?"
aku pun menjawabnya dengan pertanyaan lainnya

"lantas mengapa edelwis selalu berlumur senja?"
dari adamu lahir pertanyaan baru lagi

"entahlah, dendam seperti apa yang
dianut oleh senja pada sang edelwis"
akupun menjawab dengan pertanyaan yang bertanya

"tapi, bisakah edelwis hidup tanpa gunung?"
jawabmu dari pertanyaan yang bertanya tanya

seketika percakapan selanjutnya sirna
setelah sang mentari datang untuk membakar mereka
kini mereka melepuh dalam gumpalan abu yang hijau

09022011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun