Teng-teng bunyi mie kopyok melintas didepan rumah, Kirman dan Bapaknya Sudin sudah lama tinggal sendiri tanpa seorang Ibu dirumah, ya mereka adalah korban broken home yang harus menyisakan kenangan pahit, bagi Sudin yang telah lama mendidik Kirman sendirian, Sudin terpikir atas nasib Sutinah sang Istri saat dulu bertengkar hebat dirumah, sedang saat itu Kirman masih duduk di bangku SD, glompyang... suara piring terbang mengenai grobak si penjual mie kopyok tersebut, tak berapa lama kemudian gelas menyambar tepat mengenai kepala penjual mie kopyok tersebut. Terdengar suara "modyarrrr!!!" suara Sudin dilanjutkan dengan kata "Tinah, berhenti, tukang mie kopyoknya udah modyar.." seakan tak perduli, Tinah kembali melempar panci beserta kawan-kawannya.. "Asuuuuu, teriak sudin pada tinah, berhenti kubilang, lihat tuh ulahmu yang sudah membuat si tukang mie kopyok kelenger.." seakan tak perduli dan penasaran, Tinah keluar rumah dan menyaksikan pemandangan yang ada. Tinah seakan tak mau jadi tersangka dan menyalahkan Sudin atas kejadian gila ini "pokoknya, kamu mas! Kamu yang salah", Sudinpun bingung dan menjawab "eh.... Lha kok enak banget nyalahke aku, iku salahmu, lempar lempar barang gak dipikir... Coba kalo yang bok lempar itu selingkuhanmu! Tak tambahi tu kepala yang bocor sama panci, ben mateng sekalian!!".
Tinah mencoba menenangkan diri, tiba-tiba terdengar suara minta tolong dengan nada lirih "tooollloooong", Tinah mengarahkan matanya kearah tukang mie kopyok tersebut dan memanggil suaminya "mas... Mas.... Masih hidup, kita bawa kerumah sakit..." Sudin menyeletuk dalam hati "alhamdulillah, ya Alloh masih diberi umur panjang rupanya tukang mie kopyok itu". Tinah yang tak ingin kondisinya makin parah, meminta sudin untuk membawanya ke rumah sakit terdekat dengan sepeda montor butut miliknya itu. Sudin membawa tukang mie kopyok itu dengan tergesa-gesa, badan sudin kini dipenuhi darah tukang mie kopyok itu, malang nasib Sudin kala itu, bagaimana tidak? Pagi hari ia harus bertengkar hebat dengan Istrinya yang semalam pulang larut, setelah kencan dengan teman sekantornya, sedang dirinya bersama anaknya hanya bisa asyik menonton film bokep berduaan kala itu. Sudin prihatin dengan apa yang mendera Tinah, yang sejak lama memang sudah tak betah dengan rumahtangga mereka, belum lagi Tinah tak mau mengurus anaknya, buah dari perselingkuhan Sudin dengan Subaidah tetangganya yang seorang pelacur di area rumahnya, Sudin merasa kacau dan merasa menyesal kenapa hari-harinya penuh kegilaan, akhirnya sudin sadar kembali karena dia sedang membawa tukang mie kopyok yang sedang sekarat itu, kemudian tukang mie kopyok itu dengan nada agak loyo bertanya "ada apa tadi pak? Apa dagangan saya dirampok tadi?" Sudin yang sedang jengkel, dari depan hanya bisa menggampar muka Tukang Mie kopyok tersebut dan kemudian pingsan di punggung sudin.
Sesampainya di rumah sakit, Sudin memberikan tukang mie kopyok itu kepada petugas UGD yang selalu stand by didepan ruangan, kemudian Sudin dicegah dan ditanyai oleh petugas, "kenapa ini pak?" Sudin menjawab "kena layangan anak-anak pak", Sudin tak mau kalo dia tersangkut kasus, akhirnya mencari cara untuk mengelabui petugas "pak, tangani dulu pasiennya, saya mau parkir montor dulu" ungkap Sudin, dengan niat kabur dari pertanggung jawaban, kemudian Sudin mempercepat laju montornya dan setelah itu melaju ke arah rumah, Sesampainya didepan rumah, Sudin kaget, rumahnya dipenuhi banyak orang, kemudian Sudin berteriak seraya bertanya "ono opo iki?", "ini pak mau mie kopyok gratisan, kata bu Tinah, yang jual tadi sudah ikhlas kalo mie kopyoknya diambil", tambah stres Sudin dengan ulah Tinah yang menjengkelkan itu, kemudian dia bertanya pada Kirman "ibukmu kemana?" Kirman yang sedang asyik menonton TV itu merasa tak urus dengan pertanyaan bapaknya, kemudian Sudin menempeleng kepala bocah itu, dan kemudian mematikan TV, Kirmanpun merasa ketakutan dan mengatakan bahwa ibunya sudah pergi membawa uang dari grobak mie kopyok itu bersama orang lain yang tidak dia tahu. Sudin merasa lengkap sudah deritanya, dan setelah itu memilih untuk menjadi penjaga rumah prostitusi di kawasan SK Semarang, kini Sudin terasa berdosa kala melihat tukang mie kopyok itu lewat didepan rumah, dan membuat dia teringat selalu kepada Tinah. Bagi Sudin, tak perlu lagi seorang istri untuk temani hari-hari dan mendidik kirman, biarkan waktu mengeliminasi keburukan-keburukannya selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H