Mohon tunggu...
Lalan Dwi Kurniawan
Lalan Dwi Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia: Terlihat Mudah tetapi Sering Salah

25 September 2012   16:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Hasil kelulusan Ujian Nasional(UN) lalu menunjukkan sebanyak tujuh ribu siswa SMA tidak lulus. Penyebab utama siswa tidak lulus adalah karena mereka gagal di mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika (Kompas, 25/5/2012). Berita tersebut mungkin membuat heran berbagai kalangan. Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional yang sering digunakan sehari-hari malah menjadi faktor utama ketidaklulusan siswa. Mungkin untuk mata pelajaran Matematika dapat dimaklumi karena memang sudah terkenal dengan kesulitannya. Tetapi untuk Bahasa Indonesia, sepertinya sulit untuk menerima kenyataan tersebut.

Bahasa Indonesia sudah diajarkan sejak bangku Sekolah Dasar(SD), bahkan tidak sedikit yang sejak bayi sudah akrab dengan bahasa Indonesia. Sudah menjadi hal biasa bagi kita melihat anak kecil yang mahir berbicara dalam bahasa Indonesia, bahkan anak yang notabene dari daerah pun sudah pandai bertutur kata dalam bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mudah dipahami oleh berbagai kalangan.

Jika dari kecil sudah mahir, bagaimana ketika dewasa? Logika mengatakan bahwa ketika dewasa seharusnya sudah menjadi ahli. Tetapi fakta menunjukkan bahwa ribuan siswa SMA gagal dalam UN pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini bertolak belakang dengan logika kita mengenai bahasa.

Ternyata Ada yang Hilang

Lalu, apa yang membuat mereka gagal? Seharusnya mata pelajaran Bahasa Indonesia mendapat nilai paling tinggi daripada mata pelajaran lain, karena soalnya saja berbahasa Indonesia dan menjawabnya juga menggunakan bahasa Indonesia, bahasa yang sudah dikuasai. Tetapi mereka malah gagal dalam mata pelajaran ini.

Mungkin ada banyak faktor yang berperan dalam kegagalan mereka, seperti faktor kesehatan, psikis, dan faktor belajar atau pembelajaran. Di antara faktor pembelajaran, hal-hal yang mempengaruhi adalah adanya anggapan bahwa Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran "ringan" oleh para siswa. Mereka lebih memprioritaskan mata pelajaran lain. Hal lain yang mempengaruhi adalah kebijakan yang diskriminatif terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia lebih sedikit daripada jumlah jam pelajaran dari mata pelajaran UN yang lain. Selain itu, pilihan jawaban soal-soal mempunyai makna yang mirip. Hal ini membuat siswa bingung ketika menjawab soal.

Apakah faktor-faktor tersebut merupakan penyebab utama kegagalan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia? Jawabnya bukan. Ada faktor lain yang lebih berpengaruh dari faktor-faktor tersebut. Ternyata, ada unsur penting yang hilang dari pemahaman bahasa Indonesia. Apakah unsur tersebut? Ya, unsur sastra. Unsur sastra tidak dapat dipisahkan dengan bahasa Indonesia. Unsur tersebut melekat erat dengan bahasa Indonesia. Hal inilah yang hilang dari kebanyakan siswa. Unsur bahasa sastra Indonesia.

Mungkin mereka memahami bahasa Indonesia, tetapi mereka kurang paham dengan bahasa sastra. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan menjawab soal, terutama soal yang berkaitan dengan sastra. Sastra tidak sama dengan bahasa. Bahasa cenderung menggunakan logika, sedangkan sastra cenderung menggunakan rasa.

Hal inilah yang mungkin kurang diketahui banyak orang. Mereka kurang memperhatikan unsur sastra dalam bahasa. Inilah bahasa Indonesia, terlihat mudah tetapi masih sering salah. Pembelajaran bahasa yang lebih mendalam dapat membuat kita lebih paham.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun