Mohon tunggu...
Lalan Dwi Kurniawan
Lalan Dwi Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

penulis biasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia dan Kita: Seberapa Aslikah?

25 September 2012   14:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bulan Oktober adalah Bulan Bahasa. Pada bulan itu juga diikrarkan Sumpah Pemuda. "Kami putra dan putri  Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Setidaknya itulah isi dari Sumpah Pemuda. Pada sumpah tersebut, disebutkan bahwa Indonesia memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Begitu pentingnya kedudukan bahasa Indonesia hingga masuk dalam Sumpah Pemuda dan juga bulan Oktober dijadikan peringatan sebagai bulan bahasa. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari di samping bahasa daerah yang lazim digunakan oleh orang-orang di daerah itu. Jika ada orang dari daerah yang satu akan berkomunikasi dengan orang dari daerah lain, maka menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi tingkat nasional, artinya jika kita akan berkomunikasi secara resmi dengan orang lain, bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Indonesia. Inilah yang disebut dengan "bahasa persatuan". Intinya, kita harus menguasai bahasa Indonesia itu sebelum menggunakannya. Kita dapat dianggap telah menguasai bahasa Indonesia. Namun, apakah kita telah menggunakannya dengan baik dan benar?

Kita sehari-hari telah menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai kegiatan. Ya, bahasa Indonesia yang telah berasimilasi dengan berbagai bahasa lain, entah bahasa daerah, bahasa asing(luar negeri, pen), bahasa gaul, bahkan bahasa alay. Bahasa Indonesia yang kita gunakan tersebut otomatis telah menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan(EYD).

Perlu yang Asli

Lalu, apakah itu sebuah masalah? Ya, karena penyimpangan akan meleburkan bahasa Indonesia yang asli, bahasa dengan ejaan yang baik dan benar. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi kerancuan pada bahasa Indonesia itu sendiri. Orang-orang akan menggunakan bahasa Indonesia semau mereka, dengan alasan telah dibenarkan oleh kalangan mereka. Hal itu karena tidak adanya sebuah patokan, patokan yang menjadi dasar yang kuat dalam penggunaan bahasa. Hasilnya, akan terjadi perbedaan pemahaman dalam bahasa Indonesia.

Perlu pencegahan agar tidak terjadi kesalahpahaman bahasa. Keaslian ejaan bahasa harus dijaga.  Diperlukan perbaikan terhadap ejaan salah yang terlanjur digunakan oleh banyak orang saat ini. Beberapa tindakan mungkin bisa dilakukan untuk mencegah peleburan keaslian bahasa Indonesia ini. Pertama,  publikasi aturan-aturan penggunaan ejaan bahasa yang sesuai dengan EYD. Kebijakan untuk mewajibkan setiap siswa sekolah untuk memiliki buku EYD akan membantu pengetahuan siswa tentang ejaan bahasa Indonesia. Mengapa anak sekolah? Anak sekolah masih labil dalam penggunaan bahasa. Mereka cenderung mengikuti tren pada saat ini. Jika dibekali sejak dini, mereka akan mengetahui mana yang betul dan mana yang salah.

Kedua, diperlukan pendidik atau guru yang mumpuni di bidang bahasa. Mereka terlebih dahulu harus mengetahui kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Jika pendidik saja sudah salah, apalagi yang dididik? Hal ini ditindaklanjuti dengan langkah ketiga, yaitu mendidik sejak dini.  Pendidikan tentang EYD sebaiknya dilaksanakan sejak di bangku Sekolah Dasar(SD). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak sekolah labil dalam penggunaan bahasa. Fakta membuktikan bahwa penyimpangan ejaan paling banyak dilakukan oleh anak remaja. Mereka seakan-akan tidak mengetahui bahasa yang baik dan benar.

Keempat, perlu adanya contoh dari kalangan terdidik. Kalangan dengan strata tinggi lebih dipercaya untuk ditiru. Mereka sebaiknya memberi contoh dari cara berkomunikasi dengan berbagai media. Kelima, kegiatan-kegiatan dalam bidang bahasa harus ditingkatkan. Sebagai contoh, membaca buku atau media lainnya dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang ejaan, khususnya dalam buku tersebut. Selain itu dapat juga diadakan kompetisi menulis dengan bahasa Indonesia di mana syarat utamanya adalah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD.

Yang terpenting adalah penerapan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Dimulai dari diri kita sendiri. Dalam berkomunikasi kita harus menggunakan ejaan yang berpedoman pada EYD.  Penerapan nyata akan mengajak orang lain untuk mengikuti tindakan kita tersebut. Sehingga, makin lama makin bertambah orang yang sadar akan bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahasa Indonesia yang asli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun