Mohon tunggu...
Sepudin Zuhri
Sepudin Zuhri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Entrepreneur, Kisah Inspiratif Merintis dan Membangun Usaha dari Nol

11 Agustus 2022   09:42 Diperbarui: 11 Agustus 2022   09:49 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Tantangan. Satu kata sakti yang telah membentuk seorang Ir. Tjahjadi Aquasa menjadi seorang pebisnis andal di sektor teknik ketenagalistrikan. Tantangan juga telah mendorong pria jebolan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengambil keputusan untuk berhenti (resign) dari perusahaan untuk mendirikan usaha sendiri sejak usia 28 tahun. Usia yang sangat muda.

Tantangan memiliki arti hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan dan mengatasi masalah atau rangsangan untuk bekerja lebih giat. 

Melalui tantangan itu, Tjahjadi mampu membangun "kerajaan bisnis" Wisma Group sejak 1974, salah satunya PT Wismatata Eltrajaya (WEJ) dan mampu bertahan, bahkan terus berkambang menjadi besar hingga saat ini.

Sebagai seroang engineer bidang elektro, awalnya Tjahjadi mengajar di ITB setelah meraih gelar Insinyur Teknik Elektro dan sempat bekerja di perusahaan. 

Kepribadian pria kelahiran Jakarta, 1945 ini, suka mendapatkan tantangan. Karirnya terus menanjak. Tjahjadi pun meminta izin ke direksi perusahaan untuk diberikan tantangan dan tanggung jawab baru untuk memimpin anak usaha atau divisi baru.

"Kemudian saya menyampaikan kepada pimpinan perusahaan dengan alasan kuat bahwa saya ingin mendapatkan tantangan lain. Saya memutuskan resign dan mendirikan perusahaan sendiri," ujarnya saat bincang santai di workshop PT Wismatata Eltrajaya di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Rabu (23/6/2021).

Berawal dari 1974, Tjahjadi mendirikan PT Wisma Sarana Teknik, sebuah kontraktor elektrikal. Motivasi utama bukan karena dia ingin menjadi seorang pebisnis, tetapi lebih didorong sosoknya yang menyukai tantangan.

Usaha yang dirintisnya terus berkembang selama 1974 -- 1980 dengan membuka cabang dan anak perusahaan. Karakter seorang Tjahjadi yang menyukai bahkan selalu mencari tantangan, merasa belum puas kendati perusahaannya terus berkembang.

"Saya ingin tantangan lainnya, begitu ada potensi bisnis, saya anggap itu sebuah tantangan. Saya memang gila tantangan. Itu yang membuat saya sangat puas, bukan semata-mata mencari keuntungan," tuturnya.

Dia memahami dunia usaha tidak hanya sekadar hal teknis, tetapi yang paling penting justru pemasaran (marketing). "Kalau pemasaran tidak kuat akan sulit. 

Jadi, yang saya rintis pertama kali adalah marketing. Kemudian manajemen keuangan [financial management], karena dari sisi keuangan bisa melihat perusahaan sehat atau tidak."

 

PERJALANAN WEJ

Berangkat dari bidang kontraktor elektrik, PT Wisma Sarana Teknik melebarkan sayap ke bidang pemeliharaan (maintenance) trafo pada 1980. Pada saat itu, produsen trafo asal Prancis Unelec bekerja sama dengan PT PLN (Persero) dengan mendirikan perusahaan patungan (joitn venture/JV), yaitu PT Unelec Indonesia (Unindo).  

Unindo mendistrbusikan trafo langsung ke PLN, karena selain badan usaha milik negara (BUMN), PLN juga memiliki saham di perusahaan itu. Kemudian, permintaan trafo dari perusahaan swasta juga terus bertumbuh.

Berdasarkan undang-undang penanaman modal asing (PMA), Unindo sebagai PMA harus menujuk perusahaan lokal sebagai distributor untuk mendistribusikan trafonya ke pelanggan swasta. Unindo pun menggelar pemilihan calon distributor.

Pada saat itu, PT Wisma Sarana Teknik merupakan salah satu customer terbesar Unindo. Akhirnya, perusahaan milik Tjahjadi terpilih sebagai distributor tunggal Unindo mulai 1980 setelah melalui proses penilaian (assessment). 

"Saya bisa mendistribusikan trafo Unindo dengan baik. Kemudian Unindo tidak mampu memenuhi semua permintaan, sehingga Wisma Sarana Teknik meminta izin Unindo untuk impor trafo langsung ke Unelec di Prancis untuk memenuhi permintaan sekaligus menjaga nama Unindo di pasar agar tetap menjadi leader pasar trafo domestik."

Setelah distribusi trafo berjalan lancar, mulai muncul diskusi tentang pemeliharaan trafo distribusi PLN jika terjadi gangguan. Apalagi Unindo didesain untuk produksi, bukan pemeliharaan trafo. 

"Akhirnya dia [Unindo] mendorong kami untuk membuat workshop pemeliharaan dan reparasi trafo. Saya pikir kita punya workshop bisa memberikan layanan purnajual [after sales service], sekaligus memperkuat pemasaran. Namun, saya menggarisbawahi kepada pimpinan Unindo bahwa saya siap mendirikan workshop dan berdiri sendiri serta harus profit centre, harus untung bukan beban [cost centre]."

Sebelum mendirikan workshop, Tjahjadi melalukan studi banding ke luar negeri, seperti Jepang, Taiwan, dan Prancis. Di Taiwan, dia menemui produsen trafo yang sebelumnya merupakan workshop perbaikan trafo.

Pada 1983, Tjahjadi mendirikan PT Wismatata Eltra Perkasa (WEP) di Surabaya. Dia pun membeli barang dan peralatan dari perusahaan Taiwan seperti oven, alat testing yang tidak terlalu peka, dan lainnya. Aalat testing yang peka dibeli dari Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat.

Dia melakukan survei dan melihat potensi perbaikan trafo sangat besar. Saat itu belum ada workshop trafo di Indonesia sehingga WEP menjadi yang pertama di Indonesia dengan standard The International Electrotechnical Commission (IEC).

"Workshop kita lengkap, tes apa saja, kualitas diandalkan. Akhirnya saya desain sendiri, layout flow of work, karena ini berbeda dengan pabrik mass production, ini harus satu per satu diidentifikasi seperti merek, kapasitas, tipe, dan tahun pembuatan trafo, jenis kerusakan yang berbeda-beda, sehingga dipilih mesin-mesin yang universal bukan mass production," ujarnya.

WEP mendapatkan order perbaikan semua trafo di Sistem Distribusi Jawa yang mencapai 2.000 unit trafo distribusi. Untuk merespons peningkatan order itu, Tjahjadi pun resmi membuat anak usaha baru, yaitu PT Wismatata Eltrajaya (WEJ) pada 11 Juli 1987 di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi.

WEJ terus berkembang dan melayani perbaikan trafo distribusi milik PLN. Namun, kebijakan PLN berubah setelah adanya pergantian pimpinan pada 1992. Pimpinan baru PLN menyatakan bahwa tidak perlu memperbaiki trafo yang sudah rusak, tetapi diganti baru. 

Atas kebijakan itu, WEJ harus berhenti operasi pada 1992. Berbeda dengan PT WEP di Surabaya yang sudah menambah segmen pasar lain dengan memperbaiki trafo dari perusahaan swasta. WEJ berhenti selama 5 tahun, 1992 - 1997. 

Pada 1996 terjadi pergantian pimpinan PLN dan kembali melakukan perbaikan trafo yang rusak. "Oleh karena itu, saya hidupkan lagi WEJ pada 1996. Saya mulai membeli mesin-mesin baru, semua peralatan dan dijalankan lagi."

Kemudian pada 2003, Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan (YPK) PLN membenamkan 40% saham di WEJ dan sisanya 60% dimiliki Wisma Group.

 

PEMBENAHAN WEJ

Sejak berdiri pada 11 Juli 1987 hingga 2019, Tjahjadi tidak pernah duduk sebagai direktur utama di WEJ. "Akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke WEJ untuk membenahi kinerjanya secara menyeluruh. Terpaksa saya turun lagi menjadi direktur tunggal pada awal 2020 dan veto langsung di situ. Kinerja WEJ pada 2020 berbalik laba dari sebelumnya pada 2019 masih mengalami kerugian."

Tjahjadi memasang target omset WEJ pada 2021 naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. "Itu bukan sembarangan target, tetapi sudah terukur dengan data dan program. Data yang dimaksud adalah masalah kapasitas dan kapabilitas WEJ, sedangkan program adalah cara untuk mencapai target dan pengembangan kemampuan perusahaan."

Pada awal 2021, WEJ menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk memajukan usaha melalui peningkatan pendapatan, laba bersh, dan memperbaiki indikator rasio keuangan. 

Pengembangan usaha dilakukan melalui berbagai program, seperti pengembangan marketing, produksi dan produktivitas, sumber daya manusia (SDM), fasilitas baik di workshop maupun di kantor. 

Di workshop melalui penambahan peralatan kerja dan mesin, sedangkan di kantor mencakup penambahan alat komunikasi yang lebih baik dan website interaktif dengan direct contact yang dinamis. 

Selain itu, alat transportasi dan pengembangan networking antarkomputer serta fasilitas internet untuk meningkatkan komunikasi dengan pihak eksternal.

Tjahjadi menambahkan bahwa untuk mencapai target kenaikan pendapatan dua kali lipat pada tahun ini telah dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama, intensifikasi, yaitu peningkatan di wilayah yang sudah dilayani WEJ, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Barat dan PLN UID Jawa Tengah. 

"Kami intensifkan lagi agar lebih banyak dapat pekerjaan dengan mengususlkan kepada kedua UID itu agar tidak hanya memelihara trafo, tetapi juga perbaikan trafo. Selama pandemi, keuangan PLN cukup terdampak sehingga berpengaruh terhadap belanja modalnya. Kami mengusulkan agar trafo yang rusak bisa diperbaiki, minimal untuk trafo satu kumparan dan ini sudah berhasil dan berjalan setengah tahun ini," tuturnya.

Kedua, ekstensifikasi, yaitu perluasan pasar dengan masuk ke PLN UID Banten yang sudah berjalan dengan baik, yaitu untuk pemeliharaan dan perbaikan trafo.

Ketiga, segmen pasar baru, yaitu menggarap pasar swasta. WEJ harus memberikan perlakuan berbeda karena karakteristik pelanggan antara PLN dan perusahaan swasta berbeda-beda. Misalnya, swasta memiliki merek trafo yang bervariasi dan kapasitas lebih besar.

Keempat, diversifikasi jasa produk, yaitu dari pemeliharaan trafo distribusi mulai masuk ke jenis lainnya, yaitu untuk trafo power bertegangan tinggi dan berkapasitas lebih besar baik untuk pelanggan swasta maupun PLN.

"Kami tidak lompat langsung ke perbaikan trafo power, tetapi hanya pemeliharaannya, yaitu assessment dan tes minyak trafo, serta perbaikan seperti penggantian gasket, seal, dan purifikasi untuk menyaring minyak yang kualitasnya sudah turun. Jika kondisi minyak sudah buruk, WEJ melakukan langkah regenerasi minyak menggunakan peralatan mesin khusus. Kami bekerja sama dengan partner dar Malaysia yang sudah memiliki mesin di Indonesia dan dapat dioperasikan untuk regenerasi minyak trafo."

Regenerasi minyak trafo untuk mengembalikan kondisi minyak yang sudah buruk sehingga kualitas minyak dapat dikembalikan fungsinya dan tidak perlu diganti karena harga minyak cukup mahal.

 

BERKAH PANDEMI

Tjahjadi melakukan rehabilitasi workshop dan pembelian peralatan baru. Order perbaikan trafo justru meningkat selama pandemi Covid-19. Bahkan, order perbaikan trafo sudah penuh sampai Juli 2021.

Selain harus profesional, imbuhnya, WEJ memiliki 3 prinsip. Pertama, respons cepat terhadap customer. Kedua, menjaga kualitas perbaikan trafo. Ketiga, menjaga kondisi cash flow tetap kuat.

Di tengah pandemi, PLN memprioritaskan perbaikan trafo dibandingkan harus mengganti yang baru untuk menghemat belanja modal. WEJ pun ditunjuk untuk perbaikan trafo milik UID PLN di Jawa Tengah dan UID Jawa Barat dengan kontrak 1 tahun.

Dia menuturkan bahwa komponen paling utama dari trafo adalah minyak (sebagai media pendingin). Selanjutnya pembebanan dan pengoperasian harus benar. "Jika kualitas minyak menurun, berpotensi meledak atau terbakar. Misalnya minyak terkontaminasi air, kondisif fault di kumparan trafo, akhirnya meledak, karena ada kandungan uap air atau partikel masa hidup. Trafo terkait erat dengan pemeliharaan, pengoperasian dan pembebanan, terutama pemeliharaan kondisi minyak trafo."

Tjahjadi menuturkan WEJ mampu bertahan karena bekerja secara profesional dan memiliki filosofi kuat dalam perbaikan trafo. "Kami memiliki filosofi dan prinsip kuat serta keahlian mumpuni dibalut dengan profesionalisme tinggi dan pelayanan berkualitas, itu yang membuat kami bisa bertahan sampai saat ini."

Pria kelahiran 1945 ini masih tetap semangat untuk membawa WEJ terbang semakin tinggi. WEJ akan memperluas segmen pasar swasta. Seperti halnya WEP di Surabaya dengan 42 karyawan kini 100% melayani perbaikan trafo swasta.

Kendati sudah memasuki usia 76 tahun, Tjahjadi masih memiliki semangat tinggi. Karakternya sebagai 'sang penjinak tantangan' yang sudah tertanam sejak muda, ternyata tidak pernah luntur hingga kini. "Ini berkah dari Tuhan, karena saya ini tipe pekerja keras. Memang kita tidak boleh berhenti baik secara fisik maupun otak untuk terus berpikir, fisik juga harus terus bergerak agar tetap sehat," katanya.

Sejak mendirikan usaha pada 1974, Tjahjadi mampu membuat bisnis Wisma Group kian menggurita dengan menelurkan berbagai anak perusahaan. Lalu apa kuncinya bisa semangat sampai saat ini? "Tidak pernah bosan bekerja, semangat berkarya, tidak boleh menganggur."

Dia memberikan pesan kepada generasi muda untuk terus berkarya dan bekerja, hidup teratur dan seimbang, kemudian jangan bawa masalah ke tempat tidur. "Itu kuncinya, tidak boleh stres, berserah diri kepada Tuhan dan ikhlas. Selalu tekankan bahwa kita akan happy."

Keberhasilannya membangun kerajaan bisnis Wisma Group ini berkat filosofi yang terus dipegangnya hingga sampai saat ini, yaitu terus belajar, berkarya, dan mengajar (memberikan ilmu kepada orang lain) serta membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Wisma Group pun kini bisa menjadi wisma bagi para karyawan.  "Saya selalu belajar, terus berkarya, dan mengajarkan kepada orang lain serta memberikan lapangan kerja bagi orang lain."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun