Mohon tunggu...
Lala Bumela
Lala Bumela Mohon Tunggu... -

Saya adalah pecinta kata-kata yang meregang dalam kesucian pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada Lampu Kamar

22 Januari 2011   09:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kepada lampu kamar ini kita berdua pernah berjanji sehidup semati

tanpa sedikit pun ragu, tanpa sedikit pun tahu apa “sehidup semati” itu

Kepada lampu kamar ini kita pernah merasa malu

malu karena kefanaan kita telah ditelanjangi kebodohan kita yang membuas dan membahana dalam bayang-bayang yang remang

Kepada lampu kamar yang redup ini kita sering merasa takut

takut semua rahasia gelap kita tercatat di dinding-dinding kamar ini

atau tercerai berai di lantai putih, atau menempel erat di langit-langit kamar

sehingga para nyamuk, tikus, dan cecak bisa membacanya dan menceritakannya kepada angin malam

kepada lampu kamar ini kita pernah saling diam

diam karena kita ternyata terjebak dalam ruang yang begitu sempit

sesempit lubang-lubang semut yang berserakan di halaman rumah tetangga

Kepada lampu kamar ini kita pernah sama-sama marah

marah karena dunia tidak pernah sungguh-sungguh mendengarkan jerit hati kita,

canda tawa kita, atau cerita tentang mimpi-mimpi yang tercerai berai

di bawah lampu kamar temaram ini kita pernah menitipkan pesan rahasia kepada seekor cecak: kabari orang-orang itu bahwa kami tinggalkan tubuh renta kami dalam senyap, dalam sunyi yang beku…

di bawah lampu kamar, cahaya hidup kami pun meredup....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun