Kepada lampu kamar ini kita berdua pernah berjanji sehidup semati
tanpa sedikit pun ragu, tanpa sedikit pun tahu apa “sehidup semati” itu
Kepada lampu kamar ini kita pernah merasa malu
malu karena kefanaan kita telah ditelanjangi kebodohan kita yang membuas dan membahana dalam bayang-bayang yang remang
Kepada lampu kamar yang redup ini kita sering merasa takut
takut semua rahasia gelap kita tercatat di dinding-dinding kamar ini
atau tercerai berai di lantai putih, atau menempel erat di langit-langit kamar
sehingga para nyamuk, tikus, dan cecak bisa membacanya dan menceritakannya kepada angin malam
kepada lampu kamar ini kita pernah saling diam
diam karena kita ternyata terjebak dalam ruang yang begitu sempit
sesempit lubang-lubang semut yang berserakan di halaman rumah tetangga
Kepada lampu kamar ini kita pernah sama-sama marah
marah karena dunia tidak pernah sungguh-sungguh mendengarkan jerit hati kita,
canda tawa kita, atau cerita tentang mimpi-mimpi yang tercerai berai
di bawah lampu kamar temaram ini kita pernah menitipkan pesan rahasia kepada seekor cecak: kabari orang-orang itu bahwa kami tinggalkan tubuh renta kami dalam senyap, dalam sunyi yang beku…
di bawah lampu kamar, cahaya hidup kami pun meredup....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H