Cerita orangtua itu telah usang.Aru tak lagi mau mendengarkannya.
Alunan lagu syahdu orang-orang desa itu pun telah kedaluarsa.Aru tak lagi tertarik untuk menyimaknya.
Ceramah para kiai yang bertubi-tubi digaungkan di surau-surau pun terasa kering.Aru tidak mau lagi memerhatikannya.
Tersesatkah anak kecil bernama Aru itu?
Kafirkah si Aru yang sedang belajar mencari sang Kholik itu?
Tidak.
Ia hanya tidak mau mendengar.
Ia kecewa.Ia merasa jemu.Ia marah.Ia gelisah.Kalbunya dilanda kemarau akan benih-benih kebenaran.
Aru ingin melihat kebeningan hati.Bukan cerita-cerita bohong.Bukan lagu-lagu mendayu yang menyesatkan kalbu.Bukan pula khutbah-khutbah yang berbumbu ketidaktulusan.Aru hanya ingin mendengarkan sebentuk ketulusan, segenggam keikhlasan dan ingin mereguknya dalam-dalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H