Mohon tunggu...
Lala Bumela
Lala Bumela Mohon Tunggu... -

Saya adalah pecinta kata-kata yang meregang dalam kesucian pikiran...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Musim Bunga, Esok Yang Kunanti

8 November 2011   03:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:56 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Orkestrasi hujan baru saja dimulai sore ini kawan

Langit meredup, harapan-harapan terpendam masih berdegup

Aku pun gugup

Angkasa beregemuruh, jejak-jejak letih kita berserakan di anak tangga yang lusuh

Aku punya cerita berpuluh-puluh

Semuanya tentang kerinduan akan semesta di galaksi yang jauh

Aku lelah…ya aku sangat lelah…tapi aku bukanlah orang yang kalah

Aku memang berkeluh kesah, tapi aku tak pernah berputar arah

Aku ingin menikmati celoteh anak-anak bumi lagi

Aku ingin berlari bersama mentari pagi

Aku ingin menari bersama butir-butir pasir

Dan aku ingin meneguk keringat yang mengalir

Bagaimana denganmu kawan?

(2)

aku pikir ini adalah sore yang magis

sejak kemarin kudengar rintihan jiwa-jiwa yang menangis

mimpi-mimpi mereka tersemai di pusaran waktu yang mistis

hari ini adalah sebuahserpihan masa lalu yang akan ditulis dengan manis

ketika angkasa raya berdentum, mereka hanya menahan senyum

esok hari adalah sejarah yang belum terangkum

kenapa lalu kalian termenung?

(3)

Aku, aku yang mewujud dalam bingkai-bingkai kesepian

Tengah menyemai bulir-bulir cinta yang megah nian

Betapa cinta telah memabukkan setiap sendi-sendi kehidupan

Ingin kureguk cinta seteguk

Dan ketepuk batin batin yang merajuk

Ingin kusambut rindu-rindu yang menggumpal

Dengan setumpuk angan-angan yang hampir buyar

Satu hari; dua hari; dua minggu; tiga minggu; waktu pun melaju

Dan aku terjerembab dalam bisu

Aku galau wahai sang malam….aku galau

(4)

Aku sedang menanti malam

Ketika kegelapan merayap di kaki-kaki langit, di situlah kurayakan kehidupan

Ketika itulah aku bisa merangsek masuk ke dalam lubuk hatiku yang kelam

Ingin rasanya aku berteriak memaki para setan 3X

Merekalah yang membuatku abai akan waktu

Merekalah yang menebar rasa takut

Hingga aku mewujud bagai meteoryang tersungkur dalam lumpur

(5)

Dengarkanlah aku kawanku!

Menjelang malam, angkasa raya akan mengantarkan tetes hujan yang terakhir jatuh

Segala kutukan pun akan musnah

Ketika malam meraja, ribuan doa akan terlantun di angkasa raya yang megah

Segala kekecewaan pudar dansemuakegelisahan punah

Ketika sang malam mewujud dalam galaksi yang kelam

Titik-titik bintang yang halus akan menghapus segala gundahmu

Bintang gemintang itu akan mengekalkan segala rindumu

Ketika kau hirup udara di esok hari, kau akan tercengang

Karena esok adalah musim bunga

Itu adalah masa di mana setiap makhluk merayakan kehidupan dengan senyuman

Kerinduan ini semakin memukau, dan tak bisa kujangkau,

Cinta ini semakin menggelora, bagai angin yang menari di musim kemarau

Nikmatilah kerinduanmu ,

Rayakanlah rasa cintamu, kawan

Esok takkan lagi kau lihat bayanganmu di dinding-dinding kamarmu

Berpuluh cerita yang kau rangkum kan mewujud menjadi garis kehidupan yang baru

Butir-butir cinta yang kau semai kan mewujud menjadi cahaya biru

Yang akan menuntunmu terbang ke semesta yang nyata….

Satukanlah jiwamu dengan semesta yang megah ini

Perhatikanlah bayang-bayang awan yang tiap detik melangkah ke arah yang tak pernah bisa diterka

Dengarkanlah desiran angin pagi di esok hari

Ia akan membawa kabar berita tentang kebahagiaan

Kebahagiaan sejati yang kalian dan aku telah tunggu selama tiga abad

Esok adalah musim bunga kawanku

Musim di mana semua orang berpesta dengan alam yang harmoni,

dengan galaksi bima sakti yang paripurna

ayo bergegaslah!

kita rayakan kepulangan kita dengan hati yang berbunga

dengan senyum yang secerah mentari

di musim bunga mereka telah menunggu kita

mereka tengah menanti kita denga setumpuk pertanyaan

ayo bergegaslah kawan!

karena esok kita akan pulang……

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun