Bullying merupakan fenomena yang awam ditemukan di sejumlah instansi pendidikan, termasuk SMA/K. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia menempati posisi kelima dari 78 negara dengan kasus bullying terbanyak di dunia. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tercatat 1765 kasus bullying di sekolah, baik dalam bentuk bullying tradisional maupun cyber bullying, dengan 17 kasus di antaranya terjadi pada tahun 2021 di berbagai satuan pendidikan, mulai dari SD sampai SMA/SMK (KEMENPPPA, 2022). Secara spesifik, di Kota Surakarta sendiri, terjadi peningkatan jumlah kasus bullying di sekolah, dari empat kasus pada tahun 2019 menjadi sepuluh kasus pada tahun 2020 (Warsih, 2021).
Bullying dapat menyebabkan gangguan emosional dan mental pada korban. Mereka mungkin mengalami kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan kepercayaan diri. Siswa yang mengalami stres dalam tingkat yang tinggi dapat juga berdampak pada keadaan psikologisnya. Oleh karena itu penting bagi seorang siswa untuk memiliki kompetensi dan mekanisme coping dalam menghadapi kondisi bullying agar dapat bertahan dan memberikan respon terbaik apabila mendapat perlakuan apapun yang merupakan bentuk dari perilaku bullying. Terdapat perbedaan mekanisme coping berdasarkan fokus yang ditindaklanjuti, yaitu emotion-focused coping yang berfokus pada pengurangan intensitas emosi negatif dan problem-focused coping yang berfokus pada penanganan permasalahan yang dihadapi (Marais, 2022; Gillis, 2023).
Berdasarkan data di atas, kami (Antonius Padua Bisma, Gloria Tesalonika, dan Ni Ketut Laksmi Kusuma), Â melakukan rangkaian program KKN MBKM Riset terdiri dari penyebaran skala dan profiling yang diberikan kepada 250 siswa kelas X dan XI jurusan karawitan, musik, dan tari, di SMKN X Surakarta. Pengambilan data penelitian dengan alat ukur SJT dilakukan pada tanggal 2 - 5 Oktober 2023.Â
Selanjutnya, pada tanggal 6 Oktober 2023 diadakan psikoedukasi dengan materi cara mengatasi bullying. Psikoedukasi diadakan secara luring di auditorium SMK N X Surakarta, diikuti oleh 180 perwakilan dari seluruh siswa yang mengisi penelitian tersebut, menyesuaikan dengan kapasitas tempat. Pelaksanaan psikoedukasi bertujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan strategi coping bullying siswa. Selain itu pada sesi ini memiliki fokus pembahasan seperti, membangun rasa kepedulian terhadap sikap bullying, bagaimana penyebab terjadinya perilaku bullying, bagaimana siswa SMA/K sederajat melakukan strategi coping menghadapi bullying.
Program pengabdian ini berjalan dengan lancar dan mampu memberikan manfaat bagi siswa terkait profile mekanisme coping yang dimiliki serta pemahaman baru mengenai bullying. Profiling mekanisme coping yang dimiliki siswa berada pada angka 58% untuk strategi aktif positif, 18% untuk strategi pasif positif, 13.2% untuk strategi pasif negatif, dan 10.8% untuk strategi aktif negatif. Hasil asesmen dengan alat ukur SJT terkait kemampuan coping terhadap bullying kami komunikasikan kepada pihak sekolah, khususnya para guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa dari kelas terkait untuk menjadi perhatian. Kami juga memberikan pertimbangan kepada pihak sekolah untuk secara berkala melakukan pengecekan kepada siswa di setiap kelasnya jika ditemukan ada indikasi kasus bullying. Sekolah juga berkomitmen untuk memberikan pendampingan penuh bagi korban apabila ditemukan kasus bullying dan akan memberikan sanksi tegas bagi pelaku.
Akhir kata, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk berbagi dan kami sangat berharap kepada teman-teman yang ingin merancang serta melaksanakan program lebih lanjut dapat menjangkau cakupan penyebaran edukasi terkait bullying pada partisipan yang lebih luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H