Artikel ini adalah lanjutan dari artikel saya sebelumnya yang dapat dilihat di : http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/06/28/mau-melepaskan-diri-dari-utang-mari-membuat-budget-sederhana-bagian-1-572926.html Tahun 2014 sudah tiba, dan untuk sebagian besar orang, Januari adalah waktu simbolis untuk memulai siklus kehidupan baru. Â Dari sisi keuangan keluarga, reviu pola belanja kita setahun lalu perlu dilihat kembali untuk membuat keputusan perbaikan dan perencanaan selanjutnya. Â Ini mungkin beberapa ilustrasi yang dapat dijadikan contoh : Hampir semua orang memiliki grafik puncak pendapatan yang berbeda dengan puncak pengeluaran dalam satu tahun. Â Artinya, bisa saja kita merasa mendapatkan rezeki besar dalam satu bulan tertentu (dan kemudian membuat keputusan-keputusan belanja baru yang tidak pernah direncanakan sebelumnya), namun terlupa bahwa dalam beberapa bulan lagi akan ada kewajiban jatuh tempo yang jumlahnya melebihi pendapatan yang akan diperoleh pada bulan tersebut. Apabila hanya melihat cashflow langsung, kita bisa saja berpendapat bahwa masalah dapat diselesaikan dengan melakukan penghematan dan rajin menabung. Â Namun, gambaran pola belanja saat ini tidak lagi hanya berbasis kas yang kita pegang saat ini.
Apabila pengeluaran kas kita ditambah dengan jumlah utang yang dibuat dan harus dibayar (misalnya utang kartu kredit), belum tentu neraca kita selama setahun positif. Â Ilustrasi gambar disamping memperlihatkan bahwa surplus pendapatan di beberapa bulan pertama sebetulnya harus disimpan untuk menutupi tekor akibat tambahan utang yang dibuat di bulan-bulan akhir. Â Di akhir tahun, total akumulasi cashflow sebenarnya mendekati titik impas, atau istilah tepatnya : Pas-pasan. Apabila grafik utang nampaknya sudah melampaui jumlah pendapatan langsung yang kita terima selama setahun, mari kita tengok nilainya terhadap aset kita.
Ilustrasi disamping menjelaskan perbandingan total pengeluaran dan utang terhadap total pendapatan dan aset kekayaan (tabungan, mobil, rumah, dll). Â Bersyukurlah bila "ruangan" diantaranya positif dan cukup besar, karena aset kita bisa menjadi "bantalan pengaman" pada situasi terdesak. Â Namun demikian, banyak hal harus diwaspadai, terutama saat grafik jumlah utang dan pengeluaran mulai mendekat keatas, sementara nilai aset dan pendapatan mulai menurun ke bawah. Â Persinggungan keduanya berarti untuk menutup seluruh utang dan kebutuhan, anda harus menjual seluruh aset yang dimiliki dan tidak ada lagi penjamin keamanan anda selanjutnya. Maka, ini tips yang mungkin bisa berguna :
1. Â Gunakan Pola Pengeluaran Tahunan Tahun Lalu untuk Rencana Tahun Ini Lalu Modifikasikan Dengan Rencana Baru Anda Logikanya, bulan-bulan jatuh tempo anda tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu bukan? Â Dengan melihat pola tahun lalu, anda bisa punya perkiraan bulan apa saja akan ada pengeluaran besar yang wajib segera dilunasi sehingga harus sudah disisihkan sejak jauh-jauh hari. Â Bila ada perubahan belanja (misalnya renovasi rumah), segeralah dimasukkan dalam daftar dengan sebaik-baiknya memilih kapan anda bisa membiayainya tanpa mengganggu pengeluaran jatuh tempo lainnya.
Saya termasuk orang yang memutuskan pembayaran uang sekolah dan uang kursus anak-anak dilunasi sekaligus dalam satu tahun (anda bahkan bisa saja memutuskan langsung dilunasi untuk beberapa tahun bila memungkinkan), oleh sebab itu masuk dalam daftar "jatuh tempo wajib" di salah satu bulan yang diputuskan bersama dengan pihak sekolah. Dahulu saya juga memasukkan premi asuransi dalam daftar jatuh tempo tahunan. Â Namun karena berbagai pertimbangan, premi asuransi kini dibayar melalui sistem potong gaji, sehingga posisinya "pindah" ke dalam daftar jatuh tempo bulanan di bawah ini.
Dalam ilustrasi disamping, pola pengeluaran bulanan dirinci ke dalam detil harian. Â Artinya, dalam satu bulan kita tahu persis kapan saja deadline pembayaran yang harus dikeluarkan, misalnya pembayaran listrik di tanggal 7, dan premi asuransi di pertengahan bulan. Â Alokasi belanja makanan dan bensin mingguan juga dimasukkan dengan dialokasikan setiap hari Senin.
2. Â Perkirakan Rentang Pendapatan Anda Tahun Ini Secara Realistis Belajar dari pengalaman, biasanya kita lebih rajin mencatat pengeluaran daripada pendapatan. Â Padahal, dengan rajin mencatat setiap rupiah setiap hari yang kita peroleh, kita baru sadar bahwa sebenarnya rezeki Allah tidaklah benar-benar berhenti. Â Bahkan, mungkin saja anda terkejut mendapati jumlahnya yang lumayan. Â Hal-hal yang dicatat bukan sekedar gaji pokok saja yang kelihatan besar, tapi juga termasuk ongkos transport yang anda peroleh untuk "bekal" pergi rapat, komisi kecil dari kawan yang dibantu usaha dagang onlinenya, reimbursement kelebihan pajak, infak/sedekah/warisan yang diberikan anggota keluarga, dll.
Dari catatan disamping, anda kemudian punya perkiraan rentang minimum-maksimum pendapatan dalam satu tahun. Perkiraan maksimum dapat diperhitungkan bila anda optimis ada tambahan ekstra yang terjamin kehadirannya. Â Sebaliknya, apabila anda pekerja kontrak dan diperkirakan tahun ini akan habis masa kontraknya dan belum direncanakan adanya pekerjaan baru, maka anda punya perkiraan bahwa jumlah pendapatan anda akan berkurang jumlahnya sampai X% di banding tahun lalu.
3. Â Sisihkan Segera Tabungan dan Investasi Aset Untuk "Bantalan Pengaman" 2014 Perkiraan neraca negatif tahun ini tidak boleh menjadi dasar untuk tidak menabung. Â Kembali ke prinsip awal, menabung dan menambah nilai aset adalah kewajiban anda untuk menjadi bantalan pengaman hidup, apalagi bila dari awal anda sudah tahu bahwa tahun ini anda harus hidup tekor atau terpaksa mengencangkan ikat pinggang. Â Dalam artikel sebelumnya, saya pernah mengilustrasikan bagaimana saya dengan sengaja berhutang demi membuat tabungan. Â Menabung dan menambah aset tidak lagi semata-mata kegiatan "sampingan" yang bisa dilakukan hanya bila ada uang lebih. Â Di era
ekonomi seperti ini, aset dan savings harus menjadi tujuan utama pengelolaan keuangan kita. Beberapa pakar keuangan memberikan contoh ilustrasi bagaimana cara menabung yang baik. Â Ada yang menerapkan ilmu "
$10 a week", atau "
get $1000 savings as your goal whenever you can". Â Apapun itu bentuknya, saya kira anda tentu bisa memutuskan sendiri mana yang terbaik. Â Tips saya : buatlah tabungan yang berasal dari potong gaji otomatis (jadi biarkan bank yang menyisihkan gaji anda ke tabungan pensiun anda), sehingga jumlah pendapatan bersih yang anda proyeksikan sebagai pendapatan anda sebenarnya telah disisihkan sebagian untuk tabungan.
4. Â Rencanakan Utang Baru Setelah Utang Lama Tidak Membebani/Dapat Terkelola Wajar Anda pasti tekor diatas kertas walau sudah berusaha mengurangi rencana pengeluaran? Opsi solusinya tentu dengan mencari sumber pendapatan tambahan. Â Sumber pendapatan tambahan bisa juga berasal dari penambahan utang baru. Â Saya tentu saja tidak mentabukan pembuatan utang, apalagi bila utang tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan wajib atau bahkan untuk menjadi modal produktif. Â Namun kunci dari perencanaan pengadaan utang adalah jumlah dan waktu yang tepat. Ilustrasi dibawah adalah alat bantu matriks yang saya gunakan untuk tetap memonitor balans utang yang ada :
Saya menyarankan agar pembuatan utang baru dipilih ketika jumlah balans sisa utang lama berada pada situasi "aman" atau dapat anda kendalikan. Â Misalnya, jumlah balans utang lama anda tinggal tersisa Rp 10 juta pada bulan Maret dan diperkirakan akan lunas tuntas dalam dua bulan, maka anda bisa mulai membuat utang baru di bulan April dengan jumlah cicilan bulanan tidak lebih dari Rp. 5 juta atau setara dengan sisa anda melunasi utang lama anda dalam dua bulan. Sistem tracker dan menghitung balans ini juga membantu anda untuk memutuskan berapa lama anda meminta waktu pelunasan, karena waktu yang terlalu lama bisa menggerogoti keuangan anda, namun jumlah cicilan yang terlalu besar dapat mencekik leher anda sendiri.
5.  Bekerja dan Mencari Uanglah dengan Motivasi yang Sehat dan Perspektif yang Baik Uang bukan segala-galanya sehingga anda harus mengorbankan nilai-nilai moral dan bahkan waktu dan energi anda.  Apabila anda bisa memiliki perspektif yang baik terhadap kondisi keuangan anda sendiri, tentunya anda memiliki kejernihan dalam mengambil keputusan apapun.  Seringkali saya menghadapi rekan yang memutuskan memulai bisnis yang "kurang jujur" hanya karena panik merasa miskin (padahal itu hanya dalam pikirannya saja), atau bahkan terjebak pada pekerjaan yang tidak ia sukai hanya karena takut tidak punya pendapatan (bisa dibayangkan attitudenya di pekerjaannya bukan?). Bila memang sangat kesulitan, tidak ada salahnya meminta tolong.  Sayapun pernah menghadapi situasi dimana pilihannya adalah mencuri atau terpaksa memohon pertolongan.  Dari pengalaman itulah maka kita tahu, bahwa seseorang pasti mendapatkan pertolongan bila yang memohon adalah orang yang punya komitmen untuk menolong dirinya sendiri.  Mudah-mudahan tips ini bisa membantu anda menjadi orang yang mampu menolong diri sendiri… :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya