Mohon tunggu...
Laksito Hedi
Laksito Hedi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta di properti

hal terbesar bukanlah atas apa yang didapatkan, tetapi atas apa yang diberikan

Selanjutnya

Tutup

Nature

BJ Habibie: Anak Bangsa Sang Maestro Teknologi yang Diakui Dunia

12 Mei 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:48 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kariernya melesat tajam. Dimulai ketika ia mendapat gelar doctor pada usia yang muda (sekitar 30 tahun) kemudian ia masuk ke perusahaan konstruksi pesawat terbang ternama di Jerman bernama MBB. Di situ ia menjabat hingga Direktur Teknik. Kemudian berturut-turut ia menjadi Penasihat Presiden RI Soeharto bidang Advance Technology, lalu menjadi Menteri Riset dan Teknologi pada beberapa periode Kabinet Pembangunan, Direktur Utama industry strategis Indonesia PT PAL, IPTN (sekarang PT DI), INKA, dan PINDAD. Ia juga menjadi ketua BBPT, penggagas Puspiptek dan Dewan Riset Nasional, memimpin ICMI selama 10 tahun sejak 1990, dan terakhir menjadi Wakil Presiden RI dalam 2 bulan dan Presiden RI yang ke-3 selama 1,5 tahun. Bagaimana bisa seorang Habibie melakukan berbagai hal superior itu? Awal Perjalanan Rudi Habibie Habibie kecil lahir di sebuah kota kecil dipropinsi Sulawesi Selatan. Ia tumbuh di kota itu dan bergaul selayaknya anak-anak seusianya. Kemudian pada usia SMA, Habibie muda (dimana ia waktu itu dipanggil dengan sapaan Rudi) memilih hijrah ke kota Bandung dengan pertimbangan pendidikan yang lebih baik. Oleh karenanya Habibie bersekolah di SMA Kristen di jalan Dago. Di sekolah ini juga ia bertemu dengan Ainun Besari, yang kelak akan menjadi istri Habibie. Setelah lulus SMA, Habibie melanjutkan kuliah pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia (sekarang ITB) jurusan Teknik Mesin. Belum genap satu tahun kuliah di situ, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri tepatnya di Jerman dengan sokongan dana yang terbatas dari Ibunya (itu dikarenakan Ayahnya telah meninggal sejak 1950 ketika sedang mengimami shalat Isya berjamaah). Tibalah sekarang waktunya dia tinggal di Jerman.Kehidupannya saat itu benar-benar sederhana. Habibie terus-menerus bekerja keras dan belajar sehingga kehidupannya berkutat dengan hal it uterus, sehingga ia memiliki waktu yang minim untuk sekedar bersosialita dengan rekan sebayanya. Kemudian dikarenakan mobilitasnya yang tinggi maka suatu ketika pada usianya yang ke-21 tahun ia jatuh sakit. Dan saat itu saking parahnya harapan hidupnya benar-benar tipis. Di saat itulah ada kejadian yang mengharukan, dimana Habibie saat itu menangis dan kemudian menuliskan sebuah sumpah pada notes-nya yang ia simpan sampai sekarang. Sumpah yang isinya adalah Habibie ingin dipanggil untuk membela dan berbakti pada bangsa dan negara (luar biasa ya sumpahnya!hehe) Berikut ini isi sumpahnya :

Sumpahku

Ibu pertiwi

Engkau pegangan

Dalam perjalanan

Janji Pusaka dan Sakti

Tanah Tumpah darahku makmur dan suci

…..

Hancur badan!

Tetap berjalan!

Jiwa Besar dan Suci

Membawa aku PADAMU!

Pada akhirnya ia dapat bangkit dari sakit keras tersebut dan kembali bekerja keras yang memang sesuai dengan karakter beliau. Semangatnya yang tinggi ini akhirnya mengantarkan Habibie berturut-turut menamatkan jenjang studinya dari S1, S2, sampai S3 dengan tesis S3-nya tentang konstruksi ringan pesawat terbang. Bertahap Menjadi Ahli Setelah lulus ia mendapat tawaran dari beberapa perusahaan besar, sampai-sampai manajer Boeing (perusahaan raksasa pesawat terbang)dating sendiri bertemu Habibie dan mengajaknya bergabung. Akan tetapi Habibie menolak karena jika di perusahaan sebesar Boeing, ia tidak dapat belajar melihat masalah dari lingkup keseluruhan dan hanya dari satu sudut pandang. Hal ini ia pikirkan sebab Habibie bercita-cita mengetahui semua hal terkait seluk-beluk industry pesawat agar nanti bisa diaplikasikan ke Indonesia (Subhanallah Bapak Negara kita satu ini!) Keahliannya dalam bidang advance technology terutama konstruksi ringan membuat pamor Habibie melambung. Rekanannya begitu banyak, gaji dan fasilitas di Jerman memuaskan, penghargaan pun didapat.Hingga suatu ketika Presiden Filipina menemuinya.Presiden itu mengatakan bahwa Habibie adalah kebanggaan ASEAN dan dia berharap Habibie dapat membangun industry strategis di Filipina. Habibie pun menolak dengan alasan bahwa ia hanya akan kembali dari Jerman apabila diminta oleh negaranya yang ia cintai Indonesia. Sumpah tentang mengabdi pada bangsa itu akhirnya mulai menemukan titik cerah ketika pada suatu waktu Direktur Pertamina yang saat itu dijabat Ibnu Sutowo meminta bertemu Habibie di kota Hamburg. Ibnu disitu berkata bahwa Habibie dipanggil Presiden Suharto datang ke Jakarta. Saat itu Ibnu sendiri mengatakan bahwa ia tidak mengetahui maksud pemanggilan Habibie. Maka pergilah Habibie ke Jakarta dengan kebingungan.Habibie kemudian menghadap Suharto di rumahnya sendiri Jalan Cendana 8.Ternyata disitu Pak Harto menceritakan impiannya bahwa Indonesia suatu saat harus bisa sejajar dengan negara-negara maju seperti Jepang. Singkat cerita Habibie ditugaskan oleh Presiden untuk mempersiapkan bangsa Indonesia tinggal landas memasuki abad baru 25 tahun lagi (saat bertemu terjadi tahun 1974) dengan mengembangkan industry manufaktur dan memanfaatkan teknologi canggih. Dan salah satu produk teknologi canggih yang dapat membangkitkan kebanggaan dan optimisme akan bangsa Indonesia yang diminta oleh Suharto adalah pesawat terbang. Hal inilah yang memunculkan percakapan seperti berikut : “Kapan saya dapat melihat dan menyaksikan terbang perdana pesawat terbang rekayasa putra-putri Indonesia?” Tanya Presiden. “Insya Allah sepuluh tahun lagi tanggal 28 Januari 1984 di ruang yang sama, akan saya sampaikan undangan kepada Presiden RI untuk melihat terbang perdana pesawat rekayasa bangsa Indonesia” jawab Habibie spontan. Sejarah kemudian mencatat bahwa janji Habibie benar-benar dapat ditepati dengan diterbangkannya CN-235 Tetuko hasil karya anak bangsa pada Desember 1984. Mempersiapkan Kemajuan Teknologi Bangsa

Pada tahun 1978 Habibie diminta Pak Harto untuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi dalam Kabinet Pembangunan 3. Habibie menerimanya dan membuat arah kebijakan Ristek Indonesia lebih kepada pengembangan dan penerapan IPTEK yang meningkatkan proses nilai tambah dan dikaitkan dengan produktivitas SDM dan mikroekonomi. Oleh karenanya ia kemudian membentuk BPPT yang pada tahun 1984 berdiri dan langsung dipimpinnya, Dewan Riset Nasional, Puspiptek, dan Industri-industri strategis. Industri-industri strategis ini sejalan dengan keinginan untuk meningkatkan daya saing bangsa dengan meningkatkan industry manufaktur dengan memanfaatkan teknologi canggih. Maka muncullah industry-industri tersebut seperti PINDAD di Bandung (industry senjata), INKA (kereta api) di Madiun, PAL di Surabaya (kapal laut), LEN di bidang telekomunikasi, BATAN di bidang nuklir, dan IPTN (sekarang PT DI) di Bandung yang bergerak pada produksi pesawat terbang. Kemudian pada 10 Agustus 1995 jadilah hari bersejarah bagi Indonesia dengan kesuksesan N-250 Gatotkoco terbang perdana.Pesawat yang murni dibuat oleh tenaga dan pemikiran anak bangsa ini mendapat apresiasi yang tinggi dari public dalam maupun luar negeri.Hal luar biasa hasil karya Habibie ini sekaligus sebagai hadiah ulang tahun emas Republik Indonesia yang ke-50.Dan yang lebih membanggakan lagi adalah pesawat ini adalah yang tercanggih pada saat itu di kelasnya.Saat itu sebanyak 250 insan media dari berbagai negara meliput acara ini.Dan ketika pesawat berhasil terbang, Pak Harto sampai menangis melihat keberhasilan ini. Manusia Segudang Prestasi Pada tahun 1994, Habibie mendapatkan penghargaan Edward Warner Award, sebuah penghargaan bergengsi dari International Civil Aviation Organization yang saat itu berulang tahun yang ke 50. Dan penghargaan ini langsung diberikan oleh Sekretaris Jendral PBB saat itu, Boutros Boutros Ghali. Dua tahun sebelumnya yakni pada 1992, Habibie juga mendapat penghargaan internasional Theodor von Karman Award yang diberikan oleh International Council of the Aeronautical Sciences. Pada tahun 1994 juga ia ketika itu membuat The 6th International Conference on Scientific Signs in Quran and Sunnah yang diselenggarakan di Bandung. Konferensi itu memuat diskusi tentang keunggulan-keunggulan yang dicapai dunia Islam pada masa lampau maupun sekarang.Acara ini diikuti oleh para ilmuwan-ilmuwan Islam dari 84 organisasi Islam dari 60 negara.Hasil konferensi ini ialah didirikannya sebuah organisasi ilmuwan Islam yang dinamakan IIFTIHAR, singkatan dari International Islamic Forum for Science, Technology and Human Resouces Development.Dan Habibie diamanahkan untuk memimpin organisasi ini hingga sekarang. Kita mundur lagi ke masa 4 tahun sebelumnya.Ketika itu tahun 1990 dan Habibie di kantornya tiba-tiba menerima beberapa orang perwakilan dari mahasiswa dan pakar.Ternyata mereka sedang mempresentasikan ide mereka untuk membentuk suatu wadah bersama bagi para ilmuwan dan pakar Muslim di Indonesia untuk bersama-sama memikirkan dan bersumbangsih nyata bagi pembangunan Indonesia.Habibie pun tertarik dengan ide itu. Lalu Habibie pun diundang untuk dating pada musyawarah pertama mereka.Dan ternyata Habibie diminta untuk memimpin organisasi itu, yang dinamakan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Pada akhirnya Habibie pun memimpin organisasi ini selama 10 tahun dan menelurkan banyak manfaat dan prestasi. ICMI berhasil membuat program-program yang menyokong pembangunan bangsa, misalnya dengan munculnya Harian Republika, Dompet Dhuafa yang fokus pada urusan zakat, infaq dan shodaqoh, yayasan Orbit yang memberi beasiswa pada pendidikan menengah (SMA dan S-1), kemudian juga mendirikan sekolah menengah yang mengintegrasikan IPTEK dan IMTAQ yang kita kenal sekarang dengan nama MAN Insan Cendekia yang dibangun di Serpong dan Gorontalo. Kehidupan Pasca Reformasi Setelah Sidang Pertanggungjawaban Habibie yang ditolak MPR pada akhir jabatan beliau sebagai Presiden RI, beliau mengatakan bahwa tidak akan mencalonkan diri lagi pada Pemilu dan akan meninggalkan dunia politik praktis. Akan tetapi karena kecintaanya yang mendalam pada proses demokrasi di Indonesia yang sedang berjalan, ia mendirikan The Habibie Center, sebuah Lembaga yang akan mengawal keberjalanan demokrasi negeri ini sehingga berjalan pada track yang semestinya. Organisasi non-profit ini adalah murni inisiatif dari Habibie sekeluarga, yaitu Habibie sendiri, Ainun istrinya, Ilham dan Thareq anaknya.Sampai sekarang sudah banyak sumbangsih yang diberikan oleh The Habibie Centre utamanya dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. ________________________________________ Inilah sekelumit kecil kisah hidup Bacharudin Jusuf Habibie, seorang anak bangsa yang begitu mencintai bangsanya sendiri hingga telah tak terhitung karyanya bagi bangsa ini. Masih banyak hal menarik yang bisa diungkap dari beliau tapi tidak saya tulis disini, mulai dari bagaimana ia menyelesaikan masalah di Indonesia dengan mamakai pemodelan Matematika, bagaimana ia begitu mencintai istri beliau yang kini telah wafat, juga bagaimana ia menghadapi perubahan dinamika social yang begitu mendadak di Indonesia. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari sosok beliau, dan semoga semangat beliau bisa tertularkan kepada kita semua. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun