Mohon tunggu...
Laksita Gama Rukmana
Laksita Gama Rukmana Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

hai selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

KKN

Jatuh Cinta dengan Indonesia Lewat KKN di Desa Susut Bali

10 Mei 2024   10:11 Diperbarui: 20 Mei 2024   21:32 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menuliskan cerita ini rasanya seperti kilas balik sekitar satu windu yang lalu. Saya menjalani Kuliah Kerja Nyata atau KKN di bulan Juli sampai Agustus di tahun 2016. Kami berangkat bersama dari Yogyakarta dengan bus menuju ke Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, sekitar 2 jam dari Ibu Kota Provinsi Bali.

Waktu itu tema dari tim KKN kami adalah meningkatkan kreativitas dan ekonomi peternak di Desa Susut. Dalam satu unit tim kami terdiri dari 30 orang yang terbagi menjadi 3 unit. Kami tinggal di tiga rumah yang jaraknya berjauhan. Ada saat dimana kami mengerjakan program kerja yang bersama secara tim besar dan tim kecil.

Saya tinggal bersama 10 orang dirumah bu Wayan yang sudah cukup tua, namun ibu tersebut tidak selalu tinggal dirumah. Ibu Wayan hanya berkunjung sekitar 2 minggu sekali, karena sehari-hari tinggal bersama anaknya di Denpasar. Hari itu Ibu Wayan berpesan agar silakan menggunakan rumah dengan sebaik-baiknya, dibersihkan, dirapikan dan menikmati kehidupan desa.

Hari-hari pertama kami berkenalan di kantor desa dengan kepala desa dan beberapa warga yang ada disana. Kami diperkenalkan dengan pakaian adat bali. Kami kemudian membeli pakaian adat ini di Pasar terdekat. Untuk perempuan menggunakan kebaya, kain kamen dan selendang untuk di pinggang. Sementara laki-laki menggunakan udeng di kepala dan kain saput yang digunakan untuk acara keagamaan dan pernikahan.

Suana masyarakatnya sangat guyup dan rukun, kebetulan sekitar bulan depan di desa ini akan diadakan Upacara Ngaben Masal. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah di Bali yang dilakukan untuk mengembalikan jenaah pada unsur panca mahabhuta. Upacara Ngaben masal ini merupakan salah satu bagian dari upacara Pitra Yadnya, yakni upacara yang ditujukan kepada leluhur.

Jauh-jauh hari sebelum Upacara Ngaben itu kami diajak oleh warga desa untuk Ngayah atau dalam bahasa Indonesia berarti Gotong Royong. Ngayah adalah kearifan lokal yang ada di Bali dimana seluruh warga baik perempuan atau laki-laki, anak-anak, remaja atau dewasa bahkan orang tua semua bergotong royong untuk agenda Ngaben masal ini. Ngayah ini menjadi jadwal rutin setiap pagi bagi mahasiswa yang ada KKN disini sampai nanti hari Ngaben tiba, sayangnya saat hari Ngaben tiba nanti kami sudah pulang kembali ke Yogyakarta.

Di hari yang tidak banyak kegiatan, kami berkesempatan untuk berkunjung ke rumah salah satu anggota tim KKN Kami di Badung. Kebetulan Ia sedang mengadakan acara Mesangih. Mesangih adalah tradisi potong gigi bagi masyarakat Bali yang menandakan bahwa seseorang telah beranjak dari remaja menuju dewasa dan dapat mengendalikan hawa nafsunya. Di acara ini kami juga berkesempatan mencicipi kuliner khas Bali seperti Sate Lilit, Babi Guling, Ayam Betutu dan Lawar. Acara ini semakin memperkaya ilmu dan pengetahuan tentang kehidupan masyarakat Bali.

Hari terus berganti, kami semakin akrab dengan warga desa. Pada pagi hari kami sering membantu warga desa membersihkan Pura. Siangnya kami berkunjung untuk melakukan wawancara singkat tentang pengalaman beternaknya, warga di desa Susut ini mayoritas memiliki ternak Bebek dan Babi. Hampir di setiap rumah yang kami kunjungi pasti punya Bebek dan Babi. Sorenya kami rutin mengajar anak-anak Sekolah Dasar (SD), ada hari dimana mereka belajar menari seperti Tari Pendet, Tari Panji Semirang, Tari Legong dan Kecak, ada juga hari dimana kami mengajar Bahasa Inggris.

Moment yang tak terlupakan saat itu adalah menjalani bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di Desa di Bali. Kami sahur dan berbuka dengan memasak sendiri secara kompak dengan tim KKN. Karena lokasi masjid sangat jauh, jalan berliku dan gelap, akhirnya kami selalu solat tarawih berjamaah setiap hari. Moment rindu akan keluarga yang jauh dari rumah hari itu tergantikan dengan teman-teman yang baik.

Suasana pedesaan yang asri, air yang segar dan dingin dan cuaca yang sejuk membuat kami betah berlama di desa ini. Warga disini sangat terbuka dengan kami, mereka menerima kami yang juga masih belajar ini dengan baik. Hingga tiba hari KKN selesai kami berucap terimakasih, maaf dan sampai jumpa dengan membawa kenangan seumur hidup yang begitu berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun