Mohon tunggu...
Gendhis Karismadita
Gendhis Karismadita Mohon Tunggu... lainnya -

Dewi Lestari Wanna be

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gara-gara Topeng

20 Januari 2014   11:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, melihat sebuah iklan di home facebook saya, ada sebuah iklan yang telah di share teman saya, tentang sebuah perisai suku dayak yang dijual melalui toko online dengan tagline “Toko Nyaman Transaksi Aman”nya iklan itu membuat saya penasaran, dan mulai mengunjungi websitenya. Sebuah e-commerce yang mengangkat tema “Indonesian heritage” saya tau itu karena halaman websitenya menggunakan ornament batik, dan tentu saja setiap saya mengunjungi website baru, saya selalu cek “tentang kami”nya hhe. Seperti kebanyakan e-marketplace yang sudah ada, banyak kategori produk yang telah dijual salah satunya kategori budaya tradisional disitu saya melihat ada banyak topeng yang dijual, seketika itu saya membayangkan suku dayak, topeng, perisai bahkan tongkatnya dan imajinasi saya menjadi berkembang, ide menulis saya meluap-luap. Terima kasih tokoon.com kau inspirasi menulis hari ini, ditengah-tengah waktu luang pekerjaan saya J

Ini tentang topeng, entah kenapa, hal yang ada di pikiran saya ketika ada topeng-topeng itu adalah, kepalsuan. Mungkin juga karena pengalaman akhir-akhir ini, pengalaman pribadi yang membuat saya bungkam (eh jadinya curhat). Menurut saya, semua orang memiliki topeng, dan ketika kau dituntut adanya perubahan, mana yang akan kau pilih? Melepas topeng yang lama dan membiarkan tampil apa adanya atau melepas topengmu yang lama lalu memasang topeng barumu?

Apa semua orang juga begitu? Ketika terlalu banyak quotes “just be yourself” di dunia maya, semua orang berteriak kepada dirinya didepan kaca “just be yourself” karena semua orang ingin kita menjadi diri kita, diri kita yang sesunguhnya, tapi aneh… ketika kita sudah bertingkah apa adanya, murni dari diri kita sendiri, mereka malah menilai dan berkomentar sesuka hatinya. Aneh ? iya karena semua orang ingin kita menjadi diri kita sendiri, menjadi “asli” tanpa rekayasa, mereka tidak suka kita bohong, mereka tidak suka kita menyembunyikan sesuatu dengan berkata “hey, it does matter? Just be your self” tapi justru mereka juga yang berkomentar sesuka hatinya bahkan menjelek-jelekkan seseorang ketika seseorang itu telah berusaha jujur, jujur apa adanya.

“they want you to be true and be your self, but thet judge you randomly all day long then…”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun