Guru sering dibebani oleh tugas administratif yang menyita waktu, mengurangi fokus mereka dalam mengajar. Kewajiban seperti menyusun laporan, mengurus dokumen akreditasi, dan menghadiri rapat yang kurang relevan menjadi keluhan umum.
Tugas administratif yang berlebihan tidak hanya melelahkan secara fisik tetapi juga berdampak pada kesehatan mental guru, karena mengurangi waktu mereka untuk mempersiapkan materi ajar atau beristirahat.
Solusinya adalah menerapkan sistem administrasi digital yang lebih sederhana dan menambah tenaga administrasi khusus di sekolah untuk membantu guru.
4. Kurangnya Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Guru
Meningkatkan kompetensi guru merupakan hal yang penting untuk mendukung proses belajar-mengajar. Namun, banyak guru di Indonesia belum mendapatkan pelatihan yang relevan dan praktis.
Selain itu, di era digital ini, guru perlu menguasai teknologi. Namun, akses terhadap pelatihan berbasis teknologi masih terbatas bagi sebagian guru, terutama di daerah terpencil.
Pemerintah perlu menyediakan lebih banyak program pelatihan yang berbasis praktik dan kolaborasi dengan sektor swasta atau lembaga internasional untuk meningkatkan keterampilan guru.
5. Minimnya Penghargaan bagi Guru
Profesi guru sering dianggap kurang bergengsi dibandingkan profesi lain seperti dokter atau insinyur. Penghargaan terhadap guru juga sering kali hanya bersifat simbolis, misalnya pada Hari Guru Nasional.
Padahal, guru layak mendapatkan apresiasi lebih, baik berupa penghargaan berbasis kinerja maupun peluang untuk mengembangkan karier.
Untuk mengubah situasi ini, masyarakat perlu meningkatkan apresiasi terhadap profesi guru. Pemerintah juga dapat memberikan penghargaan formal, seperti program "Guru Berprestasi" yang disertai insentif nyata.