[caption id="attachment_218992" align="aligncenter" width="421" caption="foto dokumen pribadi"][/caption] Hai burungku Kuberi nama kau Rio dan Ratu Karna cantik bulumu Kudengar suaramu merdu Cicit cuit terdengar ditelingaku Hai burungku yang berwarna hijau dan biru Aku sayang padamu Saat melihatmu dimusim gugur kau menggigil dan kaku Aku jadi kasihan padamu Udara yang dingin membuatmu malu Malu mem perlihatkan keindahanmu Hai burungku Rio dan si Ratu dipasar itu Aku merengek pada ibu Minta dibelikan yaitu kamu Pedagang dipasar itu bilang padaku Ini burung jenis congcingcingcu Aku gak faham ucapan orang itu Aku kan lagi dinegri mu yaitu negri tirai bambu Bahasa yang ku bisa masih seujung kuku Hai Burungku yang cantik dan juga ayu Ku masukkan kau didalam sangkar yang ungu Sungguh tak enak hidup terbelenggu Kulakukan ini semua agar hangat tubuhmu Sebulan lebih kau bersamaku Musim gugur tlah berlalu Diluar sana musim salju Tak ada hangat untuk bulu mu Ku berjanji padamu Musim berganti kan ku lepas dirimu Agar bebas terbang kelangit biru Bertemu dengan teman-teman mu Itulah janjiku padamu Hai burungku si Rio dan si Ratu Puisi ini terinspirasi dari ucapan si kecil dan si sulung yang sayang pada binatang hingga suatu hari dimusim gugur mereka melihat pedagang burung dan minta dibelikan satu satu agar mereka bisa melepaskanya. Si kecil punya burung biru dan si sulung punya burung hijau. foto dokumn pribadi Salam Sya, Shandong (RRC) 2012.11.29
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H