Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Potret Pejabat Keblinger, Terima Hadiah dan Uang Ratusan Juta

16 Maret 2016   13:25 Diperbarui: 16 Maret 2016   14:01 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gmb.poskotanews.com"][/caption]

Apa sih yang ada dipikaran para pemangku jabatan di Indonesia? sejak reformasi sampai kini kenapa pejabat makin keblinger saja. Bahkan  sekarang terlihat tanpa malu-malu lagi. Apa karena hukum di tanah air yang tak bisa setajam silet sampai-sampai mereka lebih berani lagi.  Dari mulai si pejabatnya, istrinya sampai anak dan cucu nya dibawa ikut serta bermain-main dengan uang hasil jarahan korupsi. 

Yang tambah miris lagi ketika si anak pejabat ternyata penikmat narkoba. Sementara orangtua tetap mendukungnya bahkan mendorong si anak untuk terjun menjadi pejabat seperti dirinya. Sudah ada contoh bupati termuda di Indoensia yang notabene tadinya anak bupati juga ternyata tertangkap tangan memakai narkoba. Kita yang sudah muak dengan tingkah dan polah para pejabat yang korupsi ditambah berita tentang pesta narkoba para pejabat, belum lagi kaum miskin yang kian terpinggir bikin hati ini sesak mengelus dada (mirissssss). Kapan semua ini berakhir? Apakah mereka menunggu ajal menjemput hingga baru bisa merasakan siksa pedih di dalam kubur karena memakan harta dari uang hasil jarahan korupsi berjama'ah.

Asli sejatinya saya ingin Indonesia mengalami perubahan mental, jangan lah terus terusan kita menjadi kaum yang tindas sana tindas sini sikut sana sikut sini. Maluuuuuuu-maluuuuuu banget, padahal nih negara katanya negara yang kaya tapi kenapa untuk mencari harta saja memilih jalan pintas dengan korupsi. Bahkan sekarang yang berkuasa makin kaya yang gak punya kuasa makin menderita. Saya ingin perubahan bapak-bapak dan ibu-ibu pejabat? Kami sudah berubah lah kenapa bapak bapak dan ibu-ibu yang kebelinger. Katanya kalau mau perubahan dimulai dari diri sendiri. Lah bapak-bapak dan ibu-ibu kapan berubahnya? Malu lah sedikit! masa lebih memilih korupsi dan merusak mental dengan uang haram ketimbang hidup dengan jalan yang lurus dan baik-baik.

Hanya  karena kesenangan duniawi, lebih memilih mengejar kekayaan yang berlimpah tanpa perduli darimana itu berasal. Mau orangtuanya menumpuk kekayaan dengan jalan korupsi kek sepertinya mereka tak peduli. Asal gw senang asal gw happy gw gak peduli. Dan ayahpun demikian asal anak dan istrinya senang bisa bikin happy, korupsi jalan terus. Sementara si istri, gw happy, suami kaye, punya jabatan oke, gw gak perduli entu uang dari mane asal gw bisa belanja sana belanja sini. Anak di poprokin uang mau dipakai buat beli narkoba buat pesta sana pesta sini tersera si anak yang penting gw bisa happy pergi keluar negri. Hiksss inilah potret keluarga  pejabat masa kini, yang makin keblinger. Terus terang saya muak, muak bukan karena saya tak kebagian hasil korupsinya (kalau itu isyaallah saya sadar) saya muak dan bosen lihat tingkah dan polah kalian yang keblinger.

Saya heran seribu kali heran bagaimana pola pikir mereka yang notabene berpendidikan tak jarangpun terlihat seperti orang yang suci dan beriman. Nyatanya itu cuma kedok doang. Jadi inget saat jaman saya kuliah dulu,  saya mengenal seorang anak pejabat bisa dibilang deket juga enggak, gak deket juga enggak. Awal pertemanan kami tuh anak ortunya belum menjadi pejabat. Jadi kehidupan tuh anak di tempat kost tergolong biasa saja bahkan termasuk kantong cekak kuliah juga nyikil dan ada uang baru bisa naik angkot.

Sebenarnya saya lebih dekat dengan sahabatnya tuh anak jadi kita suka jalan bareng bertiga. Sebut saja ia bernama Min dan sahabatnya yang dekat dengan saya si Din. Din dan Min mereka sangat akrab mereka juga satu kost dimana ada Min disitu ada Din. Jadi kalau Din main kerumah saya si Min pasti ikut.... (ganggu aje)

Tak jarang tuh anak juga suka curhat dengan kami ketika ditolak mahasiswi yang ia taksir. Tuh anak aslinya baik, tapi sayang gak pada suka karena maaf tampang bukan idaman para mahasiswi ^_^ apalagi ditambah kantong yang cekak jadi belum ada yang mau.

Si Min  satu universitas dengan saya sementara si Din beda universitas. Dengan si Min saya suka ketemu dikampus karena gedung fakultasnya sebelah sebelahan dengan fakultas saya. Jadi kami bertegur sapa saat dikampus. Saya juga tahu betul tuh anak mahasiswa yang biasa-biasa saja nilai akademiknya. Apalagi saya tahu tuh anak kuliah karena mengejar titel doang bukan mengejar ilmunya. Tuh anak enggak ikut kegiataan kemahasiswaan apapun dikampus, alias bukan mahasiswa yang aktif kegiatan seperti saya. Taulah jelek jeleknya dan baik-baiknya tuh anak.

Sekitar tahun 1999an kehidupan tuh anak lama-lama berubah yang tadinya kalau kerumah naik angkot sekarang naik motor, beberapa bulan kemudian ganti bawa mobil sendiri. Nih anak juga sudah bawa Hp Nokia yang jaman segitu udah keren punya hp. Urusan makan juga nih anak termasuk royal suka traktir teman-teman. Padahal dulunya suka numpang makan dirumah saya.

Lah saya lama-lama keheranan? Nih anak katanya dari keluarga biasa saja, tapi kok kehidupannya sekarang berubah drastis begini ya? Ahhh nih anak keluarganya menang lotre kali ahhh jadi mendadak kaya. Atau jangan-jangan dapat harta warisan. Tapi tetep saya gak habis pikir, nih anak benar-benar mendadak kaya. Belum lagi  menurut penuturannya adik Min sekarang kuliahnya di Luar Negri sementara abangnya dibuatin perusahaan oleh ayahnya. Lama-lama saya gak tahan juga pingin tanya. Saat tuh anak main kerumah bersama si Din saya coba tanya "Min ayahmu kerjanya apa sih sekarang, kok sekarang enak bener loh?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun