Terus terang saya sebenarnya bukanlah pengemar sinetron, karena masa itu sudah lewat. Terakhir nonton sinetron di awal tahun 2000 an waktu itu saya kapok ngikutin sinetron "Ters**j*ng" yang gak ada ujungnya. Ceritanya muter sana muter sini tanpa ada kejelasan dan ujung-ujungnya bikin dongkol bin gondok dihati saya. Belum lagi rasa gereget saya karena selalu lihat tokoh utama disakitin terus terusan tanpa bisa melawan sementara tokoh antagonis semakin banyak akal buat jahatin si peran utama.
Nonton sinetron tersebut bikin otak saya harus menerima kenyataan bahwa orang baik akan selalu disakiti dan orang jahat akan selalu menang. Ditambah lagi saya harus menerima kenyataan sepanjang sinetron yang saya tonton, saya mesti rela ngomel-ngomel gak karuan karena gak terima tokoh utamanya disiksa sama yang jahat.
Dan saya juga mesti geram gak karuan pada tokoh antagonis yang sudah berhasil jalanin siasat jahatnya. Jadi sepanjang saya nonton esmosi saya meledak ledah dan dipermainkan he3. Dari situ tumbuhlah kesadaran saya "Ngapain nonton" buat apa saya nonton terus terusan kalau pada akhirnya tak ada manfaat yang saya dapatkan. Saya acungkan jempol hebat buat penulisnya karena sudah bisa mengaduk-aduk jiwa dan perasaan saya ^_^
15 tahun sudah saya tak lagi nonton sinetron Indonesia, bukan karena tak cinta buatan anak negri tapi buat apa saya nonton kalau tak ada manfaat yang saya dapatkan. Jika sekedar mencari hiburan masih banyak hal lain yang bisa saya lakukan. Sejak puasa nonton sinetron saya pikir mungkin sinetron Indonesia lebih apik lagilah daripada dulu.
Namun tadi saya sempatkan membaca postingan disini yang menuliskan 8 alasan sinetron anak jalanan patut dihentikan. Jadi mikir ahhh apakah sinetron kita makin terbelakang? makin tidak bermolar atau makin tidak layak untuk ditonton? Ahhh bagaimana ini bukankah nonton sinetron adalah kegiatan yang banyak dilakukan oleh remaja kita? Yang dikhawatirkan adalah jika remaja tersebut ikut-ikutan bahkan ngayal pingin seperti yang disinetron.
Dan yang lebih miris lagi jika sampai tontonan itu dijadikan kiblat untuk anak remaja kita ikuti. Mulai dari tren cara berpakaian sampai tren cara merebut pacar bahkan tren cara ngibulin orangtuanya hiksss terus mau jadi apa generasi kita?? Mungkin keprihatinan ini bukan hanya saya dan atau anda saja yang merasakan tapi mungkin jutaan para orangtua dinegri ini. Saya cuma bisa beri salam duka buat sinetron Indonesia.
Beberapa waktu yang lalu ada sebuah tulisan yang menceritakan betapa honor menjadi penulis sinetron itu benar-benar mengiurkan bisa dibaca disini. Siapa coba yang gak tergiur penghasilan seorang penulis sinetron mencapai 200 jt perbulan, coba sebagai penulis di K ini yang gak dapat materi apa-apa walaupun beberapa ada yang dapat tenar he3. Paling banter rata-rata dari penulis K dapat senyum dari admin karena sudah dimasukkan ke artikel pilihan itu aja dah bikin kita senang gimana dengan honor 200 jt perbulan wisss bisa tiong tiong di rumah.
Saya emang belumlah disebut sebagai penulis karena satu bukupun belum sempat saya buat. Kalaupun saya suka nulis di K ini saya anggap sebagai ladang saya mencari amal dan kebaikan karena niat saya menulis di K untuk berbagi pengalaman hidup. Itu saja!! tapi walaupun tujuan saya seperti itu saya tidak mau nulis karena asal admin senang atau asal pembaca senang atau bahkan asal saya senang. Karena untuk memposting tulisan banyak hal yang saya pikirkan, apakah nanti tulisan saya malah akan membawa kemudaratan bagi yang membaca atau akan membawa manfaat?
Untuk penulis sinetron apakah hanya karena mengejar materi hati ini tak tergelitik untuk mau menyampaikan hal-hal yang membawa manfaat saja lewat cerita sinetronya? Apakah karena tak berdaya untuk mengikuti kemauan si empunya pembuat sinetron? Ahhh kalau begitu saya katakan salut untuk dedikasinya meluangkan waktu mencari segenggap berlian dengan bergelut di dunia tulis menulis. Dan jempo untuk mereka yang dengan imajinasinya mampun mempengaruhi ribuan bahkan jutaan anak remaja Indonesia untuk mengikuti seperti yang cerita mereka buat.
Seribu bintang dilangit untuk mereka saya berikan dan tepuk tangan yang meriah atas apresiasinya telah menghantarkan anak remaja Indonesia mengikuti tren merebut pacar dan tren ngibulin orangtua dan tren cara berpakaian yang aduhai, dan tren .... dan tren .... dan tren...... Salam duka dari saya. Moga dilain waktu ada kesempatan buat para penulis sinetron untuk mau menuliskan cerita yang lebih bermanfaat dan cerita yang mampun menumbuhkan semangat anak-anak muda kita untuk mau membangun negri kita tercinta ini menjadi negri yang dicontoh oleh bangsa luar karena anak mudanya yang berprestasi dan berakhak baik. amin
Salam Sya, 2016.01.21