Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pengalaman Ikut Aliran Sesat dan Dicuci Otaknya

15 Januari 2016   11:56 Diperbarui: 15 Januari 2016   15:18 6180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadian ini saya ingat betul sampai sekarang, waktu itu di tahun 1996-an saya masih SMA di kota Lampung. Waktu itu saya dan beberapa teman diajak pengajian oleh kakak teman dekat kami sebut saja kak Aji. Saya yang emang aktif dengan kegiatan "RISMA" (Remaja Islam Masjid) saat diajak pengajian oleh temen sekolah Ani (nama samaran) ya mau mau aja. Itung-itung menambah wawasan saya tentang agama. 

Saya dijemput dengan mobil dengan Kak Aji dan Ani yang ternyata udah berkumpul beberapa teman SMA lainya termasuk Nita teman sekolah saya yang rumahnya dekat saya. Perjalanan yang lumayan jauh sampailah kami disebuah rumah yang tergolong mewah kalau saya boleh bilang, maklumlah saya kan orang biasa jadi saat lihat rumah tingkat dengan isi rumah yang serba apik saya bilang nih rumah mewah apalagi di belakang rumahnya ada kolam renang.

Kami dipersilakan duduk di ruangan yang sudah disediakan. Di sana sudah berkumpul teman kuliah Kak Aji. Obrol-obral sebentar kami saling memperkenalkan diri pada orang orang disitu yang emang baru kami kenal dan mereka kebanyakan adalah teman kuliahnya Kak Aji. Agak lama kemudian datang lah seorang bapak-bapak saya tidak bisa sebut ia Kiyai karena tuh bapak masih muda perawakan yang tinggi besar kulit putih dan bersih kelihatan seperti orang alim.

Dalam ceramahnya tuh si bapak ngaku sebagai seorang nabi, terus terang saya yang waktu itu masih ABG dengan pemahaman agama yang belum sebanyak sekarang saya cuma dengerin saja walaupun hati ini tertawa geli "Hari gini ngaku nabi". Saya perhatikan teman saya di samping (Nita) ternyata tuh anak lagi nahan ketawa juga, kamipun saling lihat-lihatan sambil tetap menahan tawa. Untung tuh si bapak yang ngaku nabi gak sempet lihat kami. Kalau lihat, weeee, bisa di ceramahin kali ya. Kak Aji yang lihat cuma kasih tanda buat diam. 

Dengerin ceraman si bapak terus terang tak satupun yang saya percaya, karena gak yambung di otak saya. Walau begitu saya masih mau mendengarkanya karena saya masih coba pikir apakah saya yang gak waras atau si bapak yang gak waras. Tetap saja saya gak bisa terima kalau tuh si bapak adalah seorang nabi. Tapi tuh anak-anak mahasiswa temannya kak Aji sepertinya percaya dengan omongan si bapak. 

Selesai ceramah ternyata si bapak menyuruh kami untuk ambil wudhu kita mau solat bareng. Nah ajakan solat berjama'ah  tentu saya terima. Jadi saat kami diminta untuk ngambil wudhu saya mau aja. Satu persatu orang yang hadir bergiliran ngambil wudhu selesai ambil wudhu saya tanya mana mukenahnya. Ehhh dijawab solat gak perlu pakai mukenah buat cewek jadi tuh solat pakai baju biasa saja walaupun gak pakai hijab juga gpp. Masing-masing orang harus merentangan tangan dahulu sebagai jarah solatnya. Laki-laki dan perempuan boleh di mana saja tak perlu terpisah.

Saya yang lihat ke anehan begini ngerasa gak enak banget. Ini bukan ajaran agama saya. Akhirnya saya nekat mohon diri saya tak bisa melanjutkan pengajian ini. Ternyata bukan saya saja yang ngerasa aneh tetapi Nita juga gitu. Saya pun mohon diri tanpa pamitan dengan si bapak dan Kak Aji, saya cuma pamit dengan Ani teman dekat kami di sekolah. Melihat gelagak saya dan Nita yang mau pergi, Kak Aji coba menahan kami tapi ia tak bisa.

Berdua Nita saya langsung angkat kaki pergi dari tempat itu. Sebenarnya saya gak tau gimana caranya pulang tapi lihat keanehan begitu saya tak peduli. Berbekal kaki dan teman saya (Nita) kami lari sekencang-kencangnya menghindar kalau kalau kami dikejar, saya tak sempat tengok ke belakang. Yang saya ingat pokoknya lari sekencang-kencangnya. Setelah jauh dan dirasa aman kami tanya sana tanya sini bagaimana caranya kami bisa pulang ke daerah kami. Akhirnya setelah naik angkot beberapa kali saya dan Nita bisa sampai rumah dengan selamat kebetulan rumah Nita gak jauh dengan rumah saya. Sepenjang perjalanan saya dan Nita gak henti-hentinya membahas sesuatu yang gak masuk akal "Hari gini ngaku Nabi". Wah ajaran sesat itu, masa cara solat begitu."

Dari kejadian seperti itu saya cuma gak habis pikir bagaimana caranya tuh sampai orang-orang bisa percaya kalau tuh si bapak adalah nabi dan mau aja ikut ajaran sesat seperti itu. Saya yang ABG begini aja gak percaya kok, lah orang yang lebih dewasa bisa percaya. Heran,.......-_- beruntung saya bebas dari pemahaman yang gak masuk akal itu.

Setahun kemudian saya lulus dari SMA dan melanjutkan kuliah di Jogjakarta. Saya tinggal bersama dengan 2 orang kakak saya yang emang udah duluan kuliah di Jogja. Saya tak pernah lagi memikirkan kejadian tentang aliran sesat itu hingga  ditahun 1999 kakak saya mengalami kejadian dicuci otaknya untuk mau berjihad. Walaupun ini bukan pengalaman saya langsung namun saya ikut menyaksikan ketika kakak saya terus-terusan dikejar oleh sekelompok orang yang ingin mengajaknya berjihad.

Bermula ketika kakak pulang dari kampusnya, tahun segitu kami belum punya motor jadi kuliah kami masih ngandelin bus kota. Saat itu ia naik bus kobutri jalur 3 mau pulang ke rumah habis dari kampus orang yang berada sebangku dengan kakak mengajaknya ngobrol ngalor ngidur. Biasalah mahasiswa kalau ketemu mahasiswa yang lain apalagi dari universitas yang berbeda suka bertukar informasi seputar kampus dan perkuliahanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun