Mohon tunggu...
Ahmad Amrullah Sudiarto
Ahmad Amrullah Sudiarto Mohon Tunggu... profesional -

...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keseimbangan

11 Maret 2010   14:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:29 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemanasan global, dua kata yang sangat populer (walau akhir-akhir ini menjadi kurang populer karena bencana century) bukanlah sesuatu yang menakutkan, bahkan seharusnya memang begitu adanya , kalau pemanasan global tidak ada maka niscaya tidak akan ada kehidupan di dunia ini, dunia akan membeku. yang jadi masalah ketika pemanasan global jadi tidak terkendali, maka juga akan berbahaya seperti yang dikhawatirkan para ahli lingkungan.

Seperti laut yang selalu berombak, karena ada perbedaan tekanan, sehingga udara bergerak menjadi angin yang bertiup menyebabkan nyiur melambai dan laut berombak, begitu pula sebaliknya sehingga pohon di gunung tak berani tumbuh tinggi dan besar, tak kuasa menahan badai (Seperti kata orang bijak, kalau tak tahan dihantam badai, jangan coba-coba tumbuh di atas gunung).

Di kota, masalah klasik adalah banjir. Kenapa banjir? Karena ada hujan, di gurun sana tidak pernah banjir karena tidak ada hujan, (jadi kalau tidak mau banjir, berdoa supaya tidak turun hujan hehe..) sesederhana itukah?debit air besar dan tidak ada resapan air, wajar karena hampir semua tanah di tanami beton dan aspal, pohon diganti papan reklame, aliran air tersumbat sampah, dan sebagainya.

Iya, alam selalu mencari bentuk keseimbangan , berjalan menurut keseimbangannya..

Jadi, masihkah kita mempersalahkan Alam dan Tuhan atas semua bencana yang sering terjadi, seakan akan Alam dan Tuhan begitu kejam?

Begitu pula kehidupan selalu mencari titik keseimbangan, terkadang sedih, kadang senang, marah, bahagia, semua punya batas dan berotasi sampai akhir. Kalau tidak terjadi keseimbangan, maka akan muncul gejolak sampai mencapai titik tersebut.

Yang kaya terlalu kaya dan yang miskin terlalu miskin, yang daerah maju terlalu maju dan yang daerah tertinggal terlalu tertinggal. Kekayaan Alam dikeruk habis, dan dibawa entah kemana sementara penduduk di sekitarnya hanya kebagian dampak dan bencana yang timbul kemudian, juga bukanlah suatu bentuk keseimbangan..

Mungkin perlu untuk dipikirkan lagi............. kenapa di beberapa wilayah Indonesia, khususnya di bagian timur selau bergejolak? Mungkin sedang mencari bentuk keseimbangan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun