Mohon tunggu...
Kasman Anton
Kasman Anton Mohon Tunggu... profesional -

Am a brilliant shiftless, mocha and sex holic, a red devil fan, earth walker... a free architect

Selanjutnya

Tutup

Politik

'Cacian' Untuk Tuan Presiden

29 Juli 2010   10:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_209151" align="alignleft" width="347" caption="Gambar: LAGI-LAGI, SBY MENGELUH LAGI "Ada (demonstran) yang bawa kerbau. SBY badannya besar, malas, dan bodoh seperti kerbau, dibawa itu. Apa ya itu unjuk rasa sebagai ekspresi kebebasan?’’ singgung SBY. Source: Karikatur Clekit Jawa Pos"][/caption]

MELIHAT banyaknya cacian yang terlontar belakangan ini dan adanya gerakan keliling indonesia yang memburukkan Presiden, perkenanankan hamba menyampaikan pesan untuk tuan Presiden yang santun dan tersopan.

Jika tuan melihat cacian dengan dendam maka tuan selamanya akan memandang cacian sedang menimpa diri tuan. Jika tuan melihat cacian dengan damai maka tuan akan memandang kritikan sedang menghampiri tuan. Jika ternyata cacian itu salah, hasilnya hanya memberi tuan kepuasan. Jika ternyata cacian itu benar, hasilnya akan memberi tuan keberuntungan karena ada yang mengingatkan. Cacian dari musuh kadang lebih jujur daripada pujian dari teman, karena cacian adalah cinta dalam wujud lain. Tuan jangan mau hanya mendengar pujiannya saja, mohon dengarkan juga caciannya. Jika dulu tuan yang paling berhak mengklaim prestasi pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK, mohon dengarkan juga kritikan ataupun cacian atas mandulnya KPK saat ini.

"Cacian dari musuh kadang lebih jujur daripada pujian dari teman, karena cacian adalah cinta dalam wujud lain"

Tuan sendiri bisa menilai apakah cacian "Maling, Buaya, Tikus, Lelet, Lebay, Bedebah" yang menghiasi teriakan demonstran, berita, karya seni, puisi, lagu, karikatur, atau sampul majalah yang ditujukan ke politikus, aparat hukum, atau teman-teman pengusaha tuan tidak mengambarkan realitas negeri yang carut-marut ini? Silahkan tuan jawab sendiri, tetapi mohon teriakan "Pemimpinku tolong dengarkan jeritanku ini" jangan dibalas "Rakyatku tolong dengarkan curhatanku ini", karena teriakan, jeritan, kritikan, ataupun cacian hanya bisa dipatahkan dengan prestasi bukan curhatan. Mengenai citra tuan, jangan kuatir karena rakyat tuan sudah bisa melihat apakah cacian itu benar atau tidak. Musuh tuan pastinya akan menjalankan tugasnya dengan baik untuk selalu mengambil kesempatan menyebarkan cacian yang memang membuat negeri ini dalam keadaan carut marut, tetapi tuan jangan ikut-ikutan juga membuat negeri ini semakin larut dalam carut marut itu dengan sibuk berkeluh-kesah dan bermuram-durja. Rambut tuan sudah mulai putih, balas cacian itu dengan senyum tuan untuk Indonesia yang sedang sakit akut. Tersenyumlah.

"Tuanku...Jika tuan menuntut penghujat untuk dewasa dalam menyampaikan kritikannya, alangkah bijaknya jika tuan juga dewasa dalam melihat hujatan tersebut, itu jika tuan memandangya sebagai hujatan bukan kritikan"

Tuan sudah dipilih, tuan menikmati gaji, tuan mendapatkan fasilitas, tuan yang paling diutamakan, tuan tidak kelaparan, tuan berumah istana, tuan bahkan tidak merasakan macet, tuan mendapatkan tempat yang paling terhormat di negeri ini. Mohon ingat saja janji-janji manis tuan dulu, fokus ke tahta yang tuan impi-impikan dulu, fokus ke tugas mulia yang tuan emban. Mohon jangan katakan tuan tidak siap dengan ini semua. Mohon tuan tetap fokus menyelamatkan KPK yang sudah ompong, Kepolisian yang pengecut, Kejaksaan yang penakut, Kehakiman yang buta, whistle blower dibungkam, aktivis ditonjok, media kritis dimolotov, mohon selamatkan hukum yang sudah diinjak-injak di rejim tuan ini, karena tuan adalah sang pemenang, Presiden kami, Presiden Republik Indonesia! Jangan mau menjadi pecundang sejati seperti yang mereka(hamba) sangkakan. Tuanku...Jika tuan menuntut penghujat untuk dewasa dalam menyampaikan kritikannya, alangkah bijaknya jika tuan juga dewasa dalam melihat hujatan tersebut, itu jika tuan memandangya sebagai hujatan bukan kritikan. Salam[] By | OST Catatan: 1. Bukan kampanye keliling untuk membenarkan hujatan. 2. Penghujat; mohon hujatannya dikontrol :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun