Bismillah,
Tulisan ini merupan opini pribadi saya terkait kasus-kasus yang menurut saya, mencoreng nama baik pesantren dan guru ngaji. Selamat berdiskusi dengan cerdas :)
Beberapa Minggu terakhir, media ramai memberitakan kasus (maaf) Pencabulan yang dilakukan oleh OKNUM yang tidak bertanggung jawab. Parahnya, pelaku tersebut merupakan orang yang (katanya) mengurusi Pesantren di Sebuah Yayasan di Jabar. Tidak tanggung-tanggung, ada 21 orang yang menjadi korban dari kelakukan tersangka. Malangnya, beberapa kasus serupa justru muncul ke permukaan. Saat search di mesin pencari Google, banyak sekali pemberitaan yang menjurus pada topik serupa, yakni pencabulan yang dilakukan oleh OKNUM di lingkungan suci pesantren.
Hal yang sama juga diberitakan tentang Guru Ngaji. Guru ngaji dilaporkan karena diduga melakukan tindakan amoral kepada santrinya. Kasus demi kasus menguap ke permukaan dengan headline guru ngaji, guru pesantren. Â Sebagai seorang pendidik, miris sekali membaca kasus demi kasus yang mencoreng nama Pesantren dan Guru Ngaji oleh OKNUM yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Saat inilah, kita harus cerdas. Kasus tersebut adalah benar dan memang sedang ditangani polisi, namun di sisi lain, kecerdasan kita untuk tidak memukul rata apa yang kita baca dengan citra suci pesantren selama ini. Lingkungan pesantren adalah lingkungan tempat menimba ilmu. BERBEDA dengan definisi pesantren yang dihadirkan oleh OKNUM tersangka tersebut. Salah tafsir antara teori dan kegiatan di lapangan oelh oknum tersangka. Bahwa, pesantren yang mereka ambil namanya tersebut bukanlah tempat menimba ilmu melainkan tempat kejadian naas korban bermula. Untuknya, kasus ini segera diusut.Â
Lain halnya dengan kasus guru ngaji. Guru ngaji adalah sosok yang sederhana, adalah yang terkena imbasnya. Figure ini menjadi terdzalimi dengan ulah oknum tersebut.
Sekarang, kita bisa memilih dan kritis. Meski ad oknum yang berbuat amoral, bagi saya sosok guru ngaji dan pesantren akan terus ada citra baiknya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H