Mohon tunggu...
NUR LAILI FITRIANI
NUR LAILI FITRIANI Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas

Mencintai murid sepenuh jiwa,, menjadikan profesi guru sebagai panggilan hati...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching untuk Supervisi Akademik

15 Desember 2022   08:00 Diperbarui: 15 Desember 2022   08:13 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI 2.3

Coaching Untuk Supervisi Akademik

Setelah mempelajari modul Coaching untuk Supervisi Akademik saya memahami bahwa supervisi akademik yang dilaksanakan di sekolah hendaknya menggunakan Paradigma Berpikir Coaching yaitu ; 1) Fokus pada Coachee atau rekan yang akan dikembangkan, 2)Bersikap terbuka dan ingin tahu, 3) Memiliki kesadaran diri yang kuat dan 4) Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Bukan lagi tentang kekurangan yang dimiliki namun lebih kepada penggalian potensi dan ide-ide baru yang bersifat membangun. Sesuai dengan definisi Coaching sendiri yang dapat diartikan sebagai proses memfasilitasi perubahan perilaku dan mindset seorang Coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional yang dimilikinya. Agar proses coaching berjalan dengan baik, perlu adanya penerapan mendengarkan dengan "RASA" yaitu :

  1. Receive : perhatikan pembicara, terima semua ucapan dan dengarkan kata kunci
  2. Ask : Ajukan pertanyaan untuk memperdalam
  3. Summarize : Rangkum yang anda tangkap
  4. Appreciate : Beri sinyal bahwa anda mendengarkan seperti mengangguk dan kontak mata.

Selain itu, seorang coach juga harus memperhatikan alur TIRTA sebagai sebuah skema dalam proses coaching yang dilakukan. Alur TIRTA adalah sebuah alur percakapan yang terdiri dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab. Alur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa diacak dan harus dilaksanakan secara berurutan. Dalam tahap Tujuan, Coach dan Coachee menyepakati topik pembicaraan dan hasil pembicaraan. Selanjutnya dalam coaching akan dilakukan Identifikasi yaitu  menggali dan memetakan situasi dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada. Kemudian dalam tahap Rencana Aksi dalam coaching akan dilakukan pengembangan ide untuk alternatif rencana aksi atau solusi. Tahap yang terakhir adalah Tanggung Jawab yaitu komitmen akan langkah-langkah selanjutnya.

Tentunya dalam penerapan Coaching yang mengutamakan pemaksimalan potensi, seorang Coach harus memiliki kompetensi Sosial Emosional terlebih dahulu seperti yang sudah dipelajari pada modul sebelumnya. Sehingga dalam pelaksanaan Coaching seorang Coach mampu bersikap terbuka, memiliki kesadaran penuh dan mampu mengambil pertanyaan yang dapat dipertanggungjawabkan ( pertanyaan berbobot, terbuka dan menghindari judgement ). Hal tersebut selaras dengan prinsip Coaching yaitu bersifat kemitraan ( setara ), proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Coach juga harus memiliki keterampilan berelasi ( KSE ) yang diwujudkan dalam komunikasi dengan semangat among atau menuntun baik dalam relasi coach dengan sesama guru maupun relasi coach dengan siswa. Sehingga proses coahing dapat membantu coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Dialog yang terjadi dalam proses coaching terjadi secara emansipatif penuh kasih sayang dan kolaborasi.

Supervisi Akademik sendiri memiliki tujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, pengembangan kompetensi diri dan mendorong ruang perbaikan/pengembangan diri. Hal tersebut terkait dengan pembelajaran pada modul sebelumnya yaitu mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berpihak pada murid karena mengakomodir kebutuhan murid dengan tujuan agar murid dapat berkembang potensinya. Proses Coaching untuk supervisi akademik diharapkan mampu memperbaiki kualitas pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan.

Dalam penerapannya, proses coaching untuk supervisi akademik membuat saya menjadi lebih percaya diri untuk turut berkontribusi ketika teman sejawat atau murid menemukan masalah. Teman sejawat menjadi lebih terbuka dan leluasa memunculkan ide dan gagasan karena prinsip coaching adalah kemitraan bukan senioritas. Dengan begitu maka akan tercipta sebuah hubungan yang harmonis dalam lembaga sekolah dan menciptakan well-being dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya berdampak pada kualitas output sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun