Mohon tunggu...
Laily Syahrini
Laily Syahrini Mohon Tunggu... -

i just to be proccess how to write

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ingat Perban di Jempol, Ingat Bapak

20 September 2014   16:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:08 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411179537146964651

shubuh kala itu..

waktu istirahat kerja, aku gunakan untuk menyelesaikan tugas ku sebagai quality control di sebuah perusahaan swasta di jakarta. aku sedang membuat sample. memotong karton yang ukuran nya tidak rata dengan menggunakan pisau cater dan satu buah penggaris. ku tarik pisau cater nya untuk memotong karton tersebut, mungkin karena terlalu cepat, pisau cater nya dengan cepat kilat mengenai jari jempolku. refleks begitu saja. mengeluarkan darah segar. jari ku terbelah cukup lebar. temanku yang pada saat itu menemaniku, datang menghampiriku. aku pun meminta nya untuk mengambilkan plester di kotak p2k.

setelah aku menunggu, ternyata plester nya tidak ada. hanya ada perban. darah terus mengalir dari jari jempolku. sebelum di perban, temanku mengajakku untuk mencuci darahku di kamar mandi, agar terhindar dari kuman. akhirnya kami memutuskan untuk ke kamar mandi. diperjalanan menuju kamar mandi, aku melewati ruang office. disitu ada bapak supervisor ku, pak eko nama nya. kemudian aku mencuci jari jempol ku yang berlumuran darah. ternyata, pak eko datang. dia sempat bertanya kenapa aku bisa seperti ini, kenapa peristiwa ini bisa terjadi. dan, pak eko lah yang membantuku dan teman untuk mem-perban jempolku. pak eko mengambilkan tissue yang ada di toilet dan menekannya ke jempolku guna menutup jempolku yang terbelah agar darah yang keluar dapat diminimalisir. setelah di lap dengan tissue, dia mem-perban jemolku dengan hati-hati. aku terdiam. aku memang mengagumi sosok bapak seperti pak eko. bukan karna apa, karna dia sosok bapak yang baik, tidak arrogant, dan lucu...

setelah jempolku selesai di perban, tidak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada nya. aku dan teman kembali ke dalam line.

beberapa hari berlalu setelah kejadian itu, masa pengunduran diri bekerja ku pun tiba. malam ini, adalah malam terakhir aku bekerja. satu yang ingin ku lakukan, aku ingin berfoto bersama pak eko, sosok bapak yang aku kagumi karna sifatnya. tetapi, sampai waktu pulang pun tiba, kata terimakasih dan ijin pamit tidak aku lontarkan kepada nya, karna aku lihat, bapak sedang sibuk dengan produksi. aku tidak ingin mengganggu nya.

untuk bapak yang baik dan lucu.......

terimakasih atas bimbingan serta kerja sama nya. terimakasih karna pernah menolongku waktu itu. aku ingin minta maaf jika selama aku bekerja, aku melontarkan kata-kata yang menyakiti hati bapak. baik secara langsung ataupun tidak. aku pamit pak, semoga di lain waktu, kita bisa  bertemu kembali.

salam hormat

anak didikmu-laily

[caption id="attachment_360263" align="alignnone" width="640" caption="foto ini diambil saat malam terakhir aku bekerja-didalam line"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun