Saya adalah orang Langkat yang tinggal di Medan. Kami sekeluarga jarang pulang kampung, sekalinya pulang kampung hal yang paling dirindukan adalah dodol Langkat yang paling istimewa. Panganan yang terbuat dari tepung ketan, gula dan santan ini membuat kangen di lidah. Setiap kami pulang dari kampung halaman kami di Tanjung Pura (Langkat) kami selalu membawa oleh-oleh makanan ini.
Dulu makanan ini hanya ada satu rasa yakni rasa kacang dan bentuknya seperti pocong. Ada yang kecil dan ada yang besar. Dodol ini biasanya dijual di pinggir pasar. Banyak bergantungan dodol yang dibungkus seperti pocong di kedai-kedai tersebut agar pembeli tau bahwa kedai itu menjual makanan ini. Rasanya yang manis dan lengket di lidah menjadi ciri khasnya dodol Langkat. Namun sekarang mereka penjual dodol berinovasi dengan menciptakan varian baru yang sangat lezat.
Ada yang rasa sirsak, pandan, nenas, durian dan original (rasa kacang). Sekarang sudah di kemas dalam tempat-tempat yang lebih praktis. Dikemas dalam plastik mika, yang di dalamnya terdapat dodol-dodol dengan dibungkus plastik kecil. Dodol ini dijual dalam ukuran yang bermacam-macam. Ada yang dengan berat  sekilo. setengah kilo, dan seperempat. Dengan varian rasa yang baru ini, tentunya masyarakat pecinta dodol tambah menyukai panganan ini. Tak heran kalau makanan ini sudah masuk ke supermarket-supermarket di Medan.Â
Sebenarnya hal-hal yang merindukan di kampung halaman ini tidak cuma dodol ini. Tapi yang paling khas dari kota kami adalah makanan ini, yakni dodol. Banyak daerah lain yang punya dodol, namun rasanya beda dengan dodol Langkat kamu perlu mencobanya kalau suatu waktu kamu ke kampung halaman kami.
Banyak orang dari luar daerah yang berkunjung di kota kami karena ingin berwista religi. Ada beberapa tempat religi yang biasa dikunjungi wisatawan. Ada mesjid Azizi, museum, makam para raja dan pujangga besar Tengku Amir Hamzah, lalu lanjut ke desa Besillam yang terkenal dengan tuan gurunya yang bersahaja. Siapa yang tak kenal Besillam, tempat orang menuntut ilmu agama seperti suluk (mendekatkan diri pada Allah). Para petinggi negeri pun turut meminta doa jika berkunjung kesana. Mulai dari orang biasa, pejabat daerah, artis,politisi, menteri, Â bahkan presiden RI pernah berkunjung kesana.
Tamu- tamu itu selalu meminta doa untuk urusan mereka. Doa selamat, doa kesembuhan dari penyakit, doa minta jodoh, doa minta agar jadi pejabat, dan berbagai hajat yang mereka inginkan. Karena mereka percaya minta doa ke tuan guru dapat mudah terkabul. wallahu a'lam.Â
Namun setelah berkunjung ke tempat-tempat tersebut, biasanya mereka penyuka makanan dodol selalu menyempatkan diri untuk membelinya. Penjual dodol ini ada di sepanjang jalan Serapuh. Desa yang berada tak jauh dari kota Tanjung Pura. Ingatlah tanda dari kedai-kedai dodol ini adalah dodol yang dibungkus upeh ( terbuat dari pelepah kelapa) yang dibentuk pocong. Pocong ini tergantung di pinggir kedai-kedai mereka. Sehingga pembeli tak salah lagi untuk menandainya.Â
Dodol ini sudah ada sejak lama dan masih dilestarikan sampai sekarang. Memang sudah sepatutnya kita melestarikan tradisi yang sudah diajarkan dari orang-orang tua kita terdahulu. Hal semacam ini akan menjadi ciri khas dari suatu daerah. Kita wajib mencintai warisan leluhur kita. Siapa lagi yang mencintai dan melesatarikannya kalau bukan kita. Inin juga wajib diteruskan ke anak dan cucu kita kelak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI