Rasa malu adalah perasaan yang umumnya dihubungkan dengan sikap atau tingkah laku yang menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman atau cemas karena menyadari perbuatan yang dilakukannya bertentangan dengan norma atau etika sosial. Rasa malu juga dapat dirasakan saaat orang lain membuat komentar yang tidak menyenangkan tentang seseorang atau melihat sikap yang dianggap tidak patut. Rasa malu penting karena membantu seseorang memahami dan menghormati norma atau etika yang diterapkan dilingkungan sosialnya. Rasa malu juga membantu menjaga agar orang lain tidak melakukan tindakan yang tidak pantas dalam interaksi dengan orang lain.
 Malu dalam pandangan Islam adalah salah satu sifat orang beriman. Rasa malu sangat bermanfaat dalam mengendalikan hawa nafsu. Orang yang memiliki rasa malu adalah orang yang mampu menjaga diri. Harkat martabat diri seseorang sangat tergantung pada rasa malu yang dimilikinya. Semakin tinggi rasa malunya, semakin tinggi pula harga diri dan martabatnya. Sebaliknya, semakin rendah rasa malunya, semakin rendah pula harga diri dan martabatnya. Karya tulis ilmiah popular ini akan menjelaskan tentang beberapa jenis malu karena Wanita itu harus memiliki etika malu.
Berkenaan dengan pentingnya sifat malu, Rasulullah SAW pernah bersabda yang berbunyi, "Iman meliputi lebih dari enam puluh cabang atau bagian. Dan rasa malu adalah sebuah cabang dari iman" (HR. Bukhari). Sebagai sebuah cabang, sifat malu tentu sangat mempengaruhi kualitas iman. Dengan kata lain, malu adalah salah satu parameter dalam mengukur kualitas iman seseorang. Secara umum, ada tiga jenis malu yaitu;1.Malu kepada Allah Orang yang malu kepada Allah adalah orang yang malu ketika meninggalkan perintah-perintah Allah. Demikian juga ia sangat malu bila Allah mengetahui bahwa ia mengerjakan larangan-larangan-Nya. Malu kepada Allah berarti menyadari sepenuhnya bahwa Allah mengetahui seluruh aktivitas jasmani dan rohani setiap manusia. Pada titik inilah iman seseorang dipertaruhkan. Meski ia bebas melakukan apa pun yang diinginkannya, namun ia membatasi diri karena ia yakin (iman) bahwa Allah pasti mengetahuinya.
2.Malu kepada sesama manusia Malu kepada sesama manusia adalah malu mengerjakan hal-hal yang tidak pantas dilakukan dalam pandangan masyarakat. Malu jenis ini sangat tergantung pada pandangan sosial. Karena itu, malu pada sesama manusia bisa jadi bukan didasarkan atas kesadaran ilahiyah. Agar dapat meningkatkan kualitas iman, malu pada sesama manusia ini sangat perlu dikaitkan dengan rasa malu kepada Allah.
3.Malu kepada diri sendiri. Malu pada diri sendiri adalah rasa malu yang tumbuh secara otonom dalam diri manusia. Dengan kemampuan berpikir yang dianugerahkan Allah, seseorang dapat secara genuine memilih perbuatan mana yang pantas dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Berkenaan dengan sifat malu pada diri sendiri, Damon Wayans pernah mengatakan, "Nobody can stop you but you and shame on you if you're the one who stops yourself" (Tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan kamu selain dirimu sendiri dan rasa malu yang ada pada dirimu jika kamu memang adalah tipikal orang yang dapat menghentikan diri sendiri).
PENUTUP
Kesimpulan
Malu bagi perempuan adalah mahkota, jika budaya malu telah bisa kita pegang pada zaman yang semakin berkembang ini maka kita telah mempunyai salah satu sifat beriman.
"jika kamu tidak malu, maka berbuatlah semaumu".
Daftar Pustaka