Pendidikan pada hakekatnya adalah memanusiakan manusia. Bagaimana membuat anak-anak nyaman menjalani hari-hari dan membina kebersamaan di sebuah lingkungan yang bernama sekolah. Sekolah memang menjadi rumah kedua bagi anak-abak kita. Tempat pengaplikasian apa saja yang telah diterima anak dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda, yang kemudian ditransfer untuk dipraktekkan pada lingkungan mereka, yaitu guru dan teman-teman mereka sendiri.Â
Anak tidak diperlakukan sebagai orang yang "nol" pengetahuan, sebab sebenarnya mereka sudah membawa pengetahuan yang super unik dan banyak dalam otaknya, tinggal bagaimana seorang pendidik (orang tua dan juga guru) dapat mengoptimalkan kegiatan-kegiatan otak anak melalui belajar di lingkungan sekolah dengan belajar secara akademik dan juga belajar secara sosial, sehingga tercipta sebuah keseimbangan, antara apa yang dipelajari (teori) dan pengalaman yang akan didapatkan (praktek), yang kesemuanya bersumber dari kurikulum sekolah dan tercermin dalam budaya sekolah.Â
Pendidikan mengantarkan anak untuk mengasah kepedulian pada sesama, bagaimana siswa belajar berempati, menghargai orang lain, menghormati perbedaan yang ada di sekitar teman-temannya, mulai berbeda pendapat, keinginan, maupun bakat dan minat. Hal ini berpengaruh pada kepribadian anak. Selain itu, dalam kehidupan keluarga sebagai struktur masyarakat terkecil, anak-anak harus sejak dini belajar untuk memiliki sikap empati kepada orang lain melalui beragam kegiatan bermain bersama saudara, teman, serta orang tua.Â
Pun orang tua juga harus sejak awal diharapkan memiliki sikap yang sama, sebab orang tua adalah role model (contoh) bagi anak-anaknya. Hal yang tak kalah penting lagi adalah bagaimana cara anak dapat membangun komunikasi yang baik, bagaimana anak dapat menyuarakan aspirasinya, menunjukkan ketidaknyamanan yang dirasakannya. Hal ini semua memerlukan bimbingan serta arahan sehingga ketika di sekolah anak dapat berkomunikasi dengan baik kepada guru danteman-temannya.
Pendidikan bukan semisal orang membuat mie, yang dididihkan dalam hitungan menit lalu masak dan dapat diminati. Pendidikan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan sebuah pembiasaan yang baik dan kokoh. Belajar berproses bagi anak merupakan sebuah keharusan, sehingga tidak menghasilkan sosok generasi yang instant yang malas untuk berproses yang pada akhirnya menghilangkan sisi-sisi positif pembentukan karakter anak seperti empati, peduli, saling menghargai dan menghormati, cara berkomunikasi yang baik hingga beragam persoalan yang membutuhkan penyikapan yang tidak instant, tetapi berproses. Dengan demikian, hasil dari produk pendidikan tidak saja membawa dampak yang membahagiakan bagi anak, tetapi bagi orang-orang di sekelilingnya.
Oleh sebab itu, keluarga memegang peranan penting dalam upaya mengembangkan sebuah proses pembiasaan kehidupan bagi anak. Model pembiasaan yang baik dalam keluarga akan melahirkan produk pembiasaan yang baik pula. Sehingga secara bersama-sama anggota keluarga saling melakukan kebiasaan-kebiasaan baik agar kelak anak-anak dalam keluarga itu akan terbiasa melakukan kebiasaan dalam lingkup lingkungan yang lebih besar, yaitu lingkungan sekolah dan masyarakat. Membentuk kebiasaan baik sejak dini akan melahirkan kebiasaan baik yang akan terus diingat dan dilakukan dengan penuh kesadaran. Mari membangun kebiasaan baik dari keluarga kita dengan penuh kesadaran.
undefined
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H