Mohon tunggu...
Lailya NurOktaviani
Lailya NurOktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa pendidikan profesi guru di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Pendidikan di Abad 21: Mengintegrasikan Nilai-nilai Pancasila dalam Menciptakan Pendidikan yang Merdeka Belajar

11 Januari 2024   10:11 Diperbarui: 11 Januari 2024   10:52 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lailya Nur Oktaviani

Mahasiswa PPG Prajabatan 2023

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Transformasi Pendidikan di Abad 21: Mengintegrasikan Nilai-nilai Pancasila dalam Menciptakan Pendidikan yang Merdeka Belajar

Pendahuluan

Pendidikan sebagai fondasi pembentukan generasi penerus memegang peran penting dalam membentuk karakter, keterampilan, dan pemikiran peaserta didik. 

Di abad 21, transformasi pendidikan menjadi imperatif esensial untuk menghadapi dinamika global yang semakin cepat dan kompleks. Pendidikan di abad 21 tidak hanya mementingkan pembelajaran berbasis teknologi namun mengutamakan pendidikan karakter. 

Ini berarti tidak hanya mengajarkan keterampilan teknologi, tetapi juga nilai-nilai moral dan etika yang esensial dalam membentuk individu yang berdaya saing dan bertanggung jawab. 

Tujuannya adalah membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga memiliki dasar moral yang kuat, sehingga mampu menghadapi tantangan dunia modern dengan integritas dan tanggung jawab.

Peserta didik perlu menguasai keterampilan 4C untuk menghadapi pendidikan di abad 21. Ini mencakup kemampuan Communication (Komunikasi), Critical Thinking (Berpikir Kritis), Collaboration (Kolaborasi) dan Creativity (Kreatifitas). Tentunya, dengan penguasaan keterampilan 4C, peserta didik sebagai generasi penerus akan memiliki dampak yang signifikan dalam menghadapi tantangan revolusi 4.0 di abad 21. Peserta didik diharapkan menjadi individu yang kritis, terampil, dan penuh kesadaran terhadap informasi, pengetahuan, serta teknologi.

Pancasila memainkan peran sentral dalam membentuk peserta didik yang holistik. Pendidikan karakter memfokuskan pada pembentukan moral dan etika peserta didik, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, keadilan, dan kebhinekaan. 

Kemampuan 4C, seperti kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas, menjadi inti dalam pengembangan kecerdasan peserta didik di era modern ini. Integrasi nilai-nilai Pancasila memberikan panduan moral dan etis, menjadikan kolaborasi berbasis gotong royong, komunikasi yang adil, berpikir kritis dengan kearifan lokal, dan kreativitas yang menghargai kebhinekaan sebagai contoh implementasi nilai-nilai Pancasila dalam 4C.

Integrasi nilai-nilai Pancasila dalam konsep merdeka belajar berfokus pada upaya untuk menyelaraskan prinsip-prinsip dasar Pancasila dengan pendekatan merdeka belajar. 

Hal ini mencakup penerapan nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, demokrasi, kebhinekaan, dan ketuhanan yang maha esa dalam seluruh aspek pembelajaran. 

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila, pendidikan merdeka belajar bertujuan menciptakan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran moral, sosial, dan etika yang kuat, sesuai dengan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan negara Indonesia.

Hakikat Manusia Indonesia dalam Merdeka Belajar

Hakikat manusia mencakup dimensi kompleks sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan, emosi, dan spiritualitas. Manusia memiliki kemampuan berpikir, merasakan, dan bertindak secara bebas. Keunikan manusia juga tercermin dalam kemampuannya untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan menciptakan budaya. 

Hakikat manusia tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga melibatkan dimensi moral dan sosial yang membentuk identitas manusia sebagai makhluk yang memiliki nilai dan tujuan hidup. Kesadaran akan hakikat manusia membuka pintu untuk pengembangan pribadi, pemberdayaan, dan kontribusi positif dalam masyarakat.

Dalam penerapan konsep merdeka belajar yang dicetuskan oleh filosofis Ki Hadjar Dewantara, peran pendidik menjadi fasilitator yang membimbing fitrah anak untuk mencapai tingkat keamanan dan kebahagiaan yang optimal, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 

Pendidik berperan sebagai pengarah yang menuntun pertumbuhan dan potensi alami yang dimiliki oleh anak, dengan tujuan agar mereka dapat memperbaiki tingkah laku mereka sebagai bagian integral dari perkembangan kehidupan dan potensi bawaan yang dimiliki oleh setiap anak. 

Pendekatan ini menjadikan pendidik sebagai pembimbing yang membantu anak menggali potensi dan memahami kodratnya untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan secara menyeluruh. Untuk memahami kodrat anak, pendidik harus mengetahui identitas manusia Indonesia yang meliputi:

  • Manusia Indonesia yang Kebhinekatunggalikaan

Manusia Indonesia memiliki latar berlangkang yang sangat beragam. Keragaman menjadi karakteristik utama keindonesiaan, membentuk identitas bangsa melalui pengalaman hidup, budaya, dan nilai-nilai yang dihayati. Beragam dalam pengalaman hidup, budaya, bahasa, ras, suku, dan kepercayaan, keragaman memuat nilai-nilai kemanusiaan yang kaya dan layak untuk dilestarikan sebagai identitas bangsa. Pendidik diharapkan memahami keberagaman karaktreristik peserta didik. Dengan memahami karakteristik dan latarbelakangnya, pedidik dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada peserta didik.

Merdeka belajar menitikberatkan pada kebebasan individu untuk mengembangkan potensi masing-masing. Mengakui keragaman tersebut memungkinkan pembelajaran yang inklusif, di mana setiap peserta didik dihargai dan didukung sesuai dengan keunikan mereka. Selain itu, keragaman menjadi peluang untuk kolaborasi, komunikasi, dan pembelajaran yang relevan dengan realitas kehidupan masing-masing peserta didik. Dengan merangkul keragaman, merdeka belajar tidak hanya menjadi konsep pembelajaran, tetapi juga perjalanan pribadi dan kolektif untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap individu.

  • Manusia Indonesia sebagai Manusia Pancasila

Pancasila merupakan perekat dan penyatuan hidup berbangsa bagi keberagaman di Indonesia. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai identitas bangsa dan manusia Indonesia. Pancasila menjadi "djiwa bangsa Indonesia," mencerminkan keberagaman dan gotong-royong. Sila-sila Pancasila memuat imperatif etis untuk hidup bersatu, bertanggungjawab, bekerjasama, hidup adil, dan bermusyawarah, memberikan landasan bagi kehidupan harmonis dan pendidikan yang mengedepankan pembentukan karakter melalui dialog edukatif dan kerjasama, bukan semata kompetisi individualisme.

Pembentukan karakter peserta didik adalah langkah penting dalam mempersiapkan pendidikan abad 21. Selain fokus pada peran teknologi, pendidikan ini juga menekankan pengembangan karakter individu. 

Dalam konsep merdeka belajar, nilai-nilai Pancasila seperti gotong-royong dan adil menjadi dasar pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum. Nilai-nilai Pancasila juga relevan dalam menghadapi kompleksitas abad 21, mendorong pembentukan karakter adaptif dan kolaboratif. Dengan pendekatan ini, pendidikan menjadi inklusif, mengakui keberagaman, dan membentuk generasi cerdas secara intelektual dengan karakter kuat untuk berkontribusi positif dalam masyarakat.

  • Manusia Indonesia sebagai Manusia Religius

Religiusitas, sebagai aspek esensial dalam kehidupan manusia, dapat diintegrasikan secara mendalam dalam konteks pembelajaran dan pendidikan. Sikap religius kosmik atau spiritualitas kosmik dapat menjadi pendorong jiwa dalam mengembangkan visi kemanusiaan dalam dunia pendidikan. 

Dengan memahami nilai keberagaman, semangat Pancasila, dan mewujudkan spiritualitas kosmik, setiap peserta didik di Indonesia dapat merasakan kebebasan belajar (merdeka belajar) yang tidak hanya mencakup aspek intelektual, tetapi juga dimensi spiritual dan moral. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi wahana yang memupuk karakter religius dan mengajarkan peserta didik untuk hidup dalam harmoni dengan lingkungan serta sesama manusia.

Nilai-nilai Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan

Pancasila merupakan entitas dan identitas utama bagi bangsa Indonesia, mempermeasi setiap aspek kehidupan sosial-budaya, ekonomi, dan agama. Pancasila sebagai entitas bangsa berarti bahwa Pancasila merupakan elemen yang membentuk keberadaan dan karakteristik suatu bangsa, dalam hal ini, Indonesia. Sebagai entitas bangsa, Pancasila menjadi dasar nilai dan prinsip yang mengikat masyarakat Indonesia secara bersama-sama. 

Pancasila sebagai identitas bangsa berarti bahwa Pancasila mencerminkan jati diri dan karakter khusus yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain. Identitas bangsa Indonesia tercermin dalam nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip yang terkandung dalam Pancasila, yang diakui dan dihayati oleh masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan yang membentuk identitas nasional. Dalam konteks pendidikan, Pancasila memberikan landasan yang kokoh, mewujudkan profil pelajar yang mencerminkan nilai-nilai luhur.

Profil Pelajar Pancasila mengamanatkan untuk menjadi individu yang Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Berakhlak Mulia, menggarisbawahi pentingnya spiritualitas dan moralitas dalam pembentukan karakter. Selain itu, pelajar diarahkan untuk memahami dan menerapkan Berkebinekaan Global, mengakui dan menghargai keberagaman budaya dan pemikiran di tingkat global. 

Gotong Royong menjadi nilai yang ditekankan, mengajarkan pentingnya kerjasama dan solidaritas dalam mencapai tujuan bersama. Kreativitas dihargai sebagai aspek penting dalam pengembangan diri, sementara Bernalar Kritis dan Mandiri menunjukkan kesiapan pelajar menghadapi kompleksitas era modern. Dengan demikian, profil lulusan pelajar dalam pendidikan Indonesia yang berlandaskan Pancasila bukan hanya mencakup aspek akademis, melainkan juga membentuk individu yang berintegritas, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan global dengan semangat kebangsaan.

Merdeka Belajar mendorong peserta didik menjadi individu yang bernalar kritis dan mandiri, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang menekankan keberanian berpendapat dan bertanggung jawab. Integrasi nilai-nilai Pancasila dalam pendekatan Merdeka Belajar membentuk lingkungan pendidikan yang holistik, menggali potensi peserta didik tidak hanya dalam bidang akademis tetapi juga karakter dan pemahaman global. 

Pendekatan Merdeka Belajar sangat relevan dengan tuntutan pendidikan abad 21 yang menekankan pengembangan keterampilan abad 21, seperti pemikiran kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Pendidikan abad 21 juga menekankan pada karakter dan pemahaman global, aspek yang juga diakomodasi oleh Merdeka Belajar melalui integrasi nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, Merdeka Belajar menjadi sebuah pendekatan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tuntutan akademis, tetapi juga membentuk individu yang siap menghadapi kompleksitas dan dinamika dunia modern dengan karakter, keterampilan, dan pemahaman yang holistik.

Merdeka Belajar dan Pengembangan Pemikiran Mandiri

Pendidikan yang memerdekakan menurut Ki Hajar Dewantara merupakam suatu proses yang harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri, tumbuh, dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan tuntutan zaman. Dalam pandangan ini, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan tidak hanya berkaitan dengan transfer pengetahuan, tetapi juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk memahami dan mengembangkan potensi pribadi mereka secara alami, sesuai dengan perjalanan waktu dan perkembangan masyarakat. Merdeka Belajar dan Pengembangan Pemikiran Mandiri memiliki keterkaitan yang erat dalam transformasi pendidikan menuju era abad 21.

Merdeka Belajar, sebagai konsep yang menekankan kemandirian peserta didik dalam mengelola pembelajarannya, memberikan ruang bagi pengembangan pemikiran mandiri. Peserta didik diberdayakan untuk aktif mencari, mengeksplorasi, dan mengelola pengetahuan, sejalan dengan prinsip-prinsip Merdeka Belajar. Pengembangan pemikiran mandiri melibatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif. 

Dalam konteks Merdeka Belajar, peserta didik diajak untuk mengembangkan kemandirian dalam merumuskan pertanyaan, mencari solusi, dan mengambil tanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka. Pemikiran mandiri juga mencakup kemampuan mengelola sumber daya pembelajaran, termasuk teknologi, informasi, dan berbagai materi pembelajaran. Merdeka Belajar juga memberikan dorongan bagi peserta didik untuk memiliki inisiatif dalam mengembangkan minat dan bakatnya. 

Dengan pemikiran mandiri, peserta didik dapat mengeksplorasi berbagai bidang pengetahuan, mengembangkan keingintahuan, dan membentuk identitasnya sendiri. Oleh karena itu, Merdeka Belajar tidak hanya menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan responsif terhadap keberagaman peserta didik, tetapi juga mendorong mereka untuk menjadi individu yang memiliki pemikiran mandiri dan kreatif, siap menghadapi dinamika masyarakat dan tuntutan abad 21.

Tantangan dan Solusi dalam Transformasi

Transformasi pendidikan di abad 21 menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar mencapai kesuksesan. Salah satu tantangan utama adalah integrasi nilai-nilai Pancasila dalam merancang pendidikan yang mengedepankan konsep Merdeka Belajar. Proses transformasi ini seringkali dihadapkan pada resistensi terhadap perubahan dari berbagai pihak, baik itu guru, siswa, maupun stakeholder pendidikan lainnya.

Untuk mengatasi tantangan ini, solusi pertama adalah membangun pemahaman yang kuat tentang relevansi dan urgensi integrasi nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan abad 21. Pendidikan yang merdeka belajar perlu menjadi refleksi dari nilai-nilai Pancasila, seperti gotong-royong, persatuan, keadilan, dan kreativitas. Membangun kesadaran akan kontribusi positif nilai-nilai ini terhadap pengembangan peserta didik yang tangguh dan berintegritas menjadi kunci dalam mengatasi resistensi.

Solusi lainnya adalah mendukung para pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka untuk mengimplementasikan pendidikan merdeka belajar yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pelatihan, bimbingan, dan dukungan yang berkelanjutan dapat membantu mengatasi ketidakpastian dan kekhawatiran yang mungkin muncul selama proses transformasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun