Dari bungkusan nasi itu lah kebersamaan santri sangat terlihat, sebelum makan kita kami menyatuhkan bungusan nasi itu menjadi satu sehingga bisa makan bersam-sama, samapai berebut saking ramainya. tapi itu sudah menjadi hal biasa bagi santri pondok itulah yang menjadikan kebersamaan menjadi semakin erat. Waktu terus berjalan sampai saya lulus dari pondok pesantren. Suka duka sudah saya lewatkan selama 6 tahun saya mondokÂ
Tapi saya bangga menjadi santri. Karena menjadi santri saya sedikit tahu tentang ilmu agama. Saya bangga jadi santri karena menjadi santri saya bisa merasakan nikmatnya kebersamaan yang belum tentu saya dapatkan di pondok pesantren.
Saya bangga menjadi santri karena dengan menjadi santri saya sering menulis surat cinta di kertas  putih hehehe yang tak akan saya rasakan lagi saat saya sudah menjadi alumni.Â
Saya bangga menjadi santri karena saya di ajarkan hidup sederhana yang tak gampang puas diri.Â
Saya bangga jadi santri karena saya dididik menjadi insan yang islami. Saya bangga jadi santri karena saya siap terjun untuk bermasyarakat.Â
Saya bangga jadi santri karena jadi santri saya tahu bahwasannya ilmu dunia dan akhirat harus seimbang agar tak salah melangkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H