Apa sih sebenarnya arti cinta itu? Mungkin pertanyaan inilah yang sering kita jumpai. “Cinta itu bagaikan secangkir kopi tanpa gula” Artinya, apabila ia tidak diberi sentuhan gula maka rasanya akan pahit. Namun sebaliknya apabila ia diberikan sentuhan gula maka rasanya manis. Namun, perlu kita ketahui juga bahwa cinta yang sejati nan hakiki adalah cinta seorang hamba kepada pencipta-Nya. Dan inilah cinta tertinggi yang senantiasa kita terus berusaha untuk menggapainya.
Setiap manusia memang harus memiliki rasa cinta, baik kepada orang tua, teman, bahkan pasangan kita kelak. Mengapa? Karena dengan adanya rasa cinta kita dapat merasakan sesuatu yang berbeda. Sebab rasa cinta itu berguna untuk memperluas diri dan meningkatkan kemampuan pada diri kita. Jika seorang hamba sudah benar-benar cinta kepada siapapun itu, maka sejatinya hamba tersebut tidak pernah lelah dan putus asa dalam perjalanan menuju cahaya Tuhan. Karena bagi kita seorang hamba yang sudah berada di titik maqam ini, maka bisa kita artikan bahwa hamba tersebut bisa dekat dengan sang pencipta.
Perlu kita ketahui. Dalam perjalanan Tasawwuf manusia yang sempurna adalah manusia teladan dengan menunjuk pada figur Nabi Muhammad SAW, serta mereka yang telah memahami suatu keindahan spiritualnya. Artinya bagaimana sih? Jadi rasa mahabbah atau cinta itu sudah tumbuh dalam diri mereka. Tak bisa lepas dari kuasa-Nya, bahwa tuhan kita memberi rasa cinta hanya pada manusia pilihannya. Maka hal tersebut adalah hakikat dari cinta sesungguhnya, hamba sebagai sang “Pecinta” dan Tuhan sebagai “Maha cinta”.
Adapun dalam kitab Fihi Ma Fihi, bahwa Mahabbah atau cinta diartikan sebagai orang yang meminum anggur. karena “Cinta itu bukan yang tampak dilihat dengan indera, namun cinta itu dirasa dari esensinya”. Menurut aql, bahwa mata seseorang hanya dapat melihat sampul dan hanya mendapat pengetahuan sebatas apa yang dilihat. Sedangkan, Qalb dapat melihat ataupun merasakan apa yang tidak akan dapat di capai dengan indera. Adapun yang sangat perlu kita ketahu dalam syari’atnya, indera itu dapat menangkap sebuah fakta yang berupa gerakan ibadah seperti: sholat, zakat, puasa, dan ibadah lainnya.
Lalu apa sih cinta sejati itu? Mungkin selama ini kita sering mendengar “engkaulah cinta sejati saya”, “engkaulah cinta segalanya buat saya” jadi yang dimaksud cinta sejati adalah merelakan apa yang kita miliki untuk seseorang yang kita cintai, sehingga tidak menyisakan sedikitpun yang ada pada diri kita. Dalam arti, kita akan melakukan apa saja yang dia mau dan kita akan tunduk serta patuh pada setiap perkataannya.
Banyak orang di luaran sana selaku kekasihnya mengatakan “ayo lakukan ini” dia lakukan “ayo kalau kamu tidak melakukan berarti kamu tidak sayang kepada saya” dia lakukan. Sebenarnya untuk siapa cinta sejati diberikan? Jadi cinta sejati itu bukan diberikan kepada manusia, karena cinta sejati kepada manusia itu harus ada batasnya. Sementara yang disebut dengan cinta sejati adalah tidak menyisakan sedikitpun yang ada pada diri kita. Cinta kepada mahluk Allah itu harus ada batasnya, cinta kepada orang tua harus ada batasnya, cinta kepada anak harus ada batasnya, apalagi cinta kepada kekasih yang bukan mahrom bagi kita.
Adapun batasan cinta kita kepada seseorang yaitu seorang mukmin yang mengaku beriman wajib mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-nya dari segala macam kecintaan. Atau teman-teman bisa lihat dalam surat al baqarah ayat 165:
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ
“ Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah”
Jadi cinta pada sesuatu atau cinta pada seseorang itu tidak boleh mengalahkan cinta kita kepada Allah dan Rasul-nya. Mari kita lihat hadits riwayat muttafaqun ‘alaih dari Anas bin Malik raw, Rasulullah SAW bersabda “Dan demi zat yang jiwaku ada di tangannya tidaklah salah seorang diantara kalian beriman hingga aku lebih dicintai daripada bapaknya, anaknya, dan semua umat manusia”.
Kita bisa melihat bahwa ketika kita mencintai Allah dan Rasul-nya, maka salah satu yang kita dapatkan adalah merasakan nikmatnya iman dan nikmatnya islam. Caranya bagaimana? Jadi kalau sudah jatuh cinta kepada Allah SWT kita akan senang untuk berjumpa, senang umtuk mengobrol lama-lama. Dari sinilah kenikmatan iman dan islam itu akan terlihat pada saat kita merasa nikmat dalam beribadah mulai dari nikmat dengan sujudnya, nikmat dengan rukuknya, serta nikmat dengan munajatnya kepada Allah SWT. Maka itu yang kita sebut sebagai kemanisan iman.