1999;
Ritual tiap pekan di hari senin pagi ;
Saat itu sampailah di stasiun Malang, turun dari kereta api, rombongan penumpang yang turun berganti dengan rombongan penumpang yang naik. Entah sudah keberapa kali, saya diantara rombongan yang turun ini berpapasan dengan serombongan waria yang juga ikut naik.
"Wah cantik-cantik ya...."
"Iya, $$##@@%%...."
"#$^&&^%/..."
Celoteh para pemuda diantara kami.
Tampak biasa mungkin celotehan mereka di telinga orang lain, tapi pada pendengaranku, setelah aku menajamkan pandangan kepada waria-waria itu, menyelidiknya dari atas ke bawah, pikirku "kok aneh, gitu dikata canteek, melek dong mata lu, eeh.
Pekan berikutnya begitu lagi.
Celotehan abnormal, eh aneh terdengar lagi.
Aku dalam hati mencibir lagi.
Namun hari ini aku lebih menajamkan lagi pandanganku, kuselidik lebih teliti, apa aku yang aneh atau para pemuda itu yang abnormal. Aku berpikir, eh bukan, aku menemukan hal baru dalam penyelidikanku, mereka pakai rok, ya ... mereka para waria ini dengan setia dan bangganya pakai rok, rok, ya ... rok. Pakaian bawahan khas wanita.
Pakaian bawahan khas wanita, kenapa jadi direbut oleh dia, lelaki, eh entah.
Terlepas dari rok mereka yang minim sekali. Namun, coba anda perhatikan, mereka dengan bangganya memakai rok, pakaian khas kita wanita. Dan terjadi ke'aneh'an disitu, mereka(waria) bangga pakai rok, perempuan malah ribet, bahkan bangga pakai jeans press kaki.
Tapi yang pastinya itu menerbitkan pikir bagiku untuk memakai rok. Ya rok, mari rebut kembali ROK ke pangkuan kita para perempuan sejati, para muslimah. Pakailah rok, atau setidaknya bawahan yang tidak press kaki.
Jadi,
1. Mari muslimah kita bangga pakai rok(tapi jangan lupa juga pakai celamis ya...), atau setidaknya bawahan yang longgar. Bersama kita rebut kembali rok tercinta dari lelaki 'aneh'.
2. Untuk yang laki-laki, jangan bilang waria itu canteek, nanti ada yang bilang kamu abnormal loh
Selamat Tahun Baru Hijriyah, 1442 H.
Bangil: Kamis, 20 Agustus 2020.