Mohon tunggu...
Lailiyah Nurul Safitri
Lailiyah Nurul Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hanya seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Apa Adanya, Memangnya Bisa?

13 Mei 2022   19:45 Diperbarui: 13 Mei 2022   19:56 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan tentang mental merupakan masalah penting yang masih perlu untuk lebih diperhatikan lagi. Dari sekian banyaknya manusia yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda tentu menghasilkan pola pikir yang berbeda-beda pula. Perbedaan pendapat dan pandangan terhadap suatu hal pun menjadi makanan sehari-hari. Mungkin kita sering mendengarkan pendapat orang lain tentang diri kita yang harusnya seperti ini, seperti itu, begini, dan begitu, hingga akhirnya jadi bingung sendiri harus mengikuti pendapat yang seperti apa. Apakah kamu pernah merasa seperti itu? Kalau iya, apakah kamu ingin mengikuti semua pendapat orang lain agar dapat membahagiakan mereka dan memenuhi semua ekspetasi mereka?

Hal penting yang perlu kamu ketahui adalah kamu tidak bisa membahagiakan semua orang. Berusaha hidup di bawah tuntutan pendapat dan pandangan orang lain juga akan membuat dirimu lelah dan berujung membuatmu menjadi kurang bahagia. Perlahan kamu akan kehilangan jati diri tentang apa dan siapa kamu hingga akhirnya kendali terhadap diri sendiri pun hilang. Ungkapan bahwa "Hidup mengikuti pendapat orang lain itu tidak ada habisnya" memang benar adanya. Si A berpendapat seperti ini, si B berpendapat seperti itu, begitu pula C, D, dan seterusnya, hingga akhirnya kita menjadi merasa selalu kurang. Padahal manusia memang tidak ada yang sempurna kan?

Untuk kamu yang memiliki kesamaan seperti masalah diatas, saya merekomendasikan salah satu buku self improvement yang menjadi best seller nomor satu yang juga mendapat penghargaan kategori eBook terbaik di Korea Selatan. Buku ini berjudul "Hidup Apa Adanya" yang ditulis oleh Kim Suhyun. Buku ini terjual lebih dari 800.000 eksemplar di Korea Selatan, 700.000 eksemplar di Jepang, dan juga telah dicetak ulang lebih dari 200 kali. Oh iya, for your information, Kim Suhyun juga menulis buku lain yang tak kalah menarik. Masih dalam tema yang sama yaitu self improvement, buku lainnya yaitu berjudul "Nyaman Tanpa Beban".

Sumber foto: Dokumen Pribadi
Sumber foto: Dokumen Pribadi

Buku "Hidup Apa Adanya" berisi 296 halaman yang terbagi menjadi 6 bagian to-do list, yaitu:

  1. Agar bisa hidup dengan menghormati diri sendiri
  2. Agar bisa hidup menjadi diriku sendiri
  3. Agar tidak tenggelam dalam rasa cemas
  4. Agar bisa hidup bersama dengan yang lainnya
  5. Untuk dunia yang lebih baik
  6. Untuk kehidupan yang lebih berarti dan juga lebih baik.

Buku ini berisi banyak pengajaran hidup yang dapat diambil di dalamnya sehingga dapat membuka pikiran dan perspektif baru tentang kehidupan yang kita jalani. Hal ini juga sudah terlihat dari goal buku "Hidup Apa Adanya" yaitu untuk tidak merasa dengki terhadap diri ini yang biasa-biasa saja agar dapat hidup apa adanya, tanpa memikirkan orang lain. Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena diselipi dengan kisah nyata, ilustrasi full color yang menarik, dan juga bahasa yang mudah untuk dipahami.

Beberapa inti tulisan yang saya sukai dari buku ini yaitu:

Sumber foto: Dokumen Pribadi
Sumber foto: Dokumen Pribadi
  • Bahwa karena adanya rasa penasaran, kita menjadi ingin lebih banyak melihat kehidupan orang lain. Kemudian kita pun jadi lebih mudah membandingkan diri kita dengan mereka. Akhirnya, dari rasa penasaran tersebut, kita harus membayarnya dengan rasa sengsara dan rasa sengsara itu tidak akan membuat kita memperoleh apapun. Oleh karena itu, kita tidak perlu menjadi penonton hidup orang lain karena hidup milik kita sendiri lah yang lebih penting. Jadi, kita tidak perlu menghabiskan tenaga dan pikiran untuk menyengsarakan hidup kita sendiri (Hal. 07).

Sumber foto: Dokumen Pribadi
Sumber foto: Dokumen Pribadi
  • Sikap rendah diri memanglah sikap baik untuk menghormati orang lain, tetapi hal tersebut seharusnya tidak menjadikan diri kita menciut terhadap pandangan orang lain. Tidaklah menjadi sesuatu yang baik apabila kita tidak bisa menyatakan perasaan kita sendiri demi mengkhawatirkan perasaan orang lain (Hal. 45).

Sumber foto: Dokumen pribadi 
Sumber foto: Dokumen pribadi 
  • "Kita membenci orang lain bukan karena ketidaksempurnaan yang dimilikinya, tetapi kita hanya tenggelam dalam keangkuhan dan berpura-pura bahwa kita itu lebih sempurna." (Hal. 102).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun