Telat bicara pada anak sering menjadi kekhawatiran bagi orang tua. Bahasa adalah cara utama bagi kita untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri, jadi ketika anak tidak mampu mengembangkan kemampuan bicaranya secara normal, itu bisa membuat orang tua khawatir.
Keterlambatan bicara merupakan istilah yang biasanya mengacu pada keterlambatan bicara dan komunikasi yang tidak sesuai dengan usia perkembangan anak.
Banyak ayah dan ibu (orang tua) yang beranggapan bahwa keterlambatan bicara merupakan suatu keadaan normal atau lumrah yang terwujud dalam tumbuh kembang anak. Padahal, jika keterlambatan bicara tidak segera diatasi, akan menimbulkan masalah serius pada anak.
Sebuah penelitian di Amerika menemukan bahwa keterlambatan bicara dan bahasa pada anak usia 4,5 tahun adalah sekitar 5 hingga 8 persen dari populasi anak, dan prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2 hingga 3 tahun adalah 19 persen (Nelson, 2019).
Di Indonesia, prevalensi keterlambatan bicara pada anak menunjukkan prevalensi gangguan bicara dan bahasa sekitar 2,3-2,4%. Sedangkan berdasarkan penelitian yang diterbitkan Pusat Informasi Bioteknologi Nasional (2020), prevalensi keterlambatan bicara (speech delay) pada anak adalah sekitar 32% dari populasi anak Indonesia (Kementerian Kesehatan Indonesia 2021).
Keterampilan berbicara pada anak akan dimulai dari lingkungan keluarga, pendidikan di sekolah, dan masyarakat sekitarnya. Keluarga merupakan “madrasatul ulla” atau faktor penentu utama perkembangan anak dalam segala aspek, jika keluarga kurang tanggap dalam menstimulasi kemampuan berbahasa anak, maka perkembangan bicara anak akan terhambat.
Akan tetapi, sekarang masih terdapat beberapa anak yang mengalami telat bicara atau speech delay dari faktor keluarga, dikarenakan orang tua lebih mengutamakan pekerjaan dari pada menstimulus kemampuan berbahasa anaknya. Padahal jika keluarga kurang tanggap dalam menstimulasi kemampuan berbahasa anak, maka perkembangan bicara anak akan terhambat.
Anak dengan keterlambatan bahasa dapat diidentifikasi berdasarkan kondisi kesehatan anak saat ini. Tingkat perkembangan bicara anak yang mengalami keterlambatan bicara berada di bawah kemampuan bicara anak seusianya, hal ini terlihat dari kejelasan dan ketepatan penggunaan kata (Hurlock, 2003).
Selain itu, anak lebih senang menggunakan bahasa isyarat seperti bahasa bayi sehingga orang lain yang bukan merupakan keluarga inti akan kesulitan memahami isyarat yang ditunjukkan anak (Papalia, 2004).
Tanda-tanda telat bicara pada anak dapat bervariasi. Pada usia 12 bulan, anak seharusnya sudah mulai mengucapkan kata sederhana seperti "mama" atau "papa". Jika anak belum dapat melakukannya, itu bisa menjadi tanda adanya telat bicara.
Pada usia 2 tahun, anak seharusnya sudah bisa menggabungkan kata-kata menjadi kalimat pendek. Jika anak masih belum dapat melakukannya, itu bisa menjadi tanda adanya telat bicara. Kurangnya pengucapan kata yang jelas dan akurat juga merupakan ciri khas anak dengan keterlambatan bahasa. Kondisi ini seringkali hanya terjadi pada anak-anak di wilayah tertentu dan menjadi masalah global (Moreno, 2015).