Tambang nikel di Sulawesi dan Grasberg telah merusak ekosistem alam secara signifikan. Tailing dan limbah tambang mencemari sungai dan laut, mengubah sistem ekologi yang dulunya memfasilitasi kehidupan masyarakat lokal. Ini bertentangan dengan prinsip keberlanjutan, yang seharusnya menjadi dasar pembangunan nasional. Apakah kerugian lingkungan yang tak tergantikan dapat diimbangi dengan keuntungan ekonomi? Kita sebagai akademisi harus mempertanyakan metode ini dan mendorong solusi yang lebih ramah lingkungan. Penambang di Grasberg, Papua, dan tambang nikel di Sulawesi menyebabkan kerusakan ekosistem yang tidak dapat diperbaiki. Mengeluarkan limbah beracun dan tailing dari tambang mencemari sungai dan merusak terumbu karang adalah contoh nyata dari pembangunan yang merusak. Limbah tambang mencemari air, mengancam ekosistem perairan yang sudah rapuh, dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat yang bergantung pada air sebagai sumber daya mereka dalam jangka panjang. Apakah kita akan membiarkan industri ini mendapatkan legitimasi meskipun dampak negatifnya terhadap lingkungan jelas dan nyata? Sebagai mahasiswa, kita harus mendorong penelitian tentang teknologi penambangan yang lebih ramah lingkungan dan kebijakan yang mengutamakan perlindungan alam daripada eksploitasi tanpa batas.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang menganut prinsip Excellence with Morality, kami harus bersikap kritis terhadap eksploitasi sumber daya alam seperti di Grasberg, Papua, dan tambang nikel di Sulawesi. Korporasi multinasional ini melakukan kontribusi besar dalam hal keadilan sosial, etika, dan lingkungan selain ekonomi. Saat ini, sangat penting untuk mempertanyakan siapa yang benar-benar mendapat manfaat dari eksploitasi sumber daya alam ini. Sebagian besar perusahaan multinasional yang mengendalikan tambang seperti Grasberg dan tambang nikel adalah entitas asing yang menghasilkan keuntungan besar di luar negeri. Orang-orang yang tinggal di sekitar area tambang malah menderita. Mereka tidak hanya kehilangan tanah adat mereka, tetapi juga terancam oleh kerusakan lingkungan yang akan mengancam kelangsungan hidup mereka. Seringkali, keuntungan ekonomi yang diharapkan dari proyek ini tidak sebanding dengan kerugian sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya. Sebagai mahasiswa yang memahami keadilan sosial, kita harus bertanya: apakah kemajuan ini benar-benar meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia?
Proyek tambang besar di Papua dan Sulawesi seringkali tidak melibatkan masyarakat adat secara wajar. Mereka harus menerima kenyataan bahwa tanah leluhur mereka digunakan untuk mengejar keuntungan semata-mata dan hak atas tanah mereka diabaikan. Ini tidak hanya tentang kehilangan hak atas tanah, tetapi juga tentang mempertahankan budaya dan identitas mereka. Sebagai mahasiswa, kita harus membela hak-hak masyarakat adat ini melalui penelitian mendalam dan advokasi yang kuat berdasarkan data. Apakah kita dapat mengatakan bahwa penindasan terhadap masyarakat adat merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan? Kita tidak dapat terperangkap dalam cerita yang diciptakan oleh pemerintah dan industri yang menggambarkan penambangan sebagai "pembangunan yang membawa kemakmuran." Pencitraan pembangunan ini sering mengabaikan fakta bahwa masyarakat lokal tidak menerima sebagian besar keuntungan yang dihasilkan. Mereka bahkan kehilangan mata pencaharian mereka, rumah mereka, dan masa depan yang lebih baik karena penambangan ini. Pihak-pihak yang berusaha mempertahankan keadaan saat ini sering meremehkan atau menyembunyikan data ilmiah dan laporan independen tentang dampak lingkungan. Sebagai mahasiswa, kita harus menggali informasi, mempertanyakan kebijakan, dan mendorong transparansi pengelolaan sumber daya alam.
Sebagai institusi pendidikan yang mengutamakan prinsip-prinsip ilmiah dan etika, Universitas Airlangga bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang memiliki kemampuan untuk berpikir kritis sehingga mereka dapat memperbaiki pola pikir pembangunan yang merusak. Kita harus melihat solusi yang mungkin yang berbasis keberlanjutan dan keadilan sosial yang mengedepankan keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ini bukan hanya masalah penelitian ilmiah; itu juga tentang meningkatkan kesadaran publik dan gerakan yang dapat menekan pemerintah dan perusahaan besar untuk bertanggung jawab atas akibat buruk yang mereka hasilkan.
Sebagai generasi muda yang bertanggung jawab atas masa depan negara, kita harus kritis terhadap praktik penambangan besar yang mengorbankan masyarakat lokal dan lingkungan sambil menguntungkan segelintir individu. Universitas Airlangga memberi mahasiswa kesempatan untuk menjadi agen perubahan, baik melalui penelitian maupun advokasi, untuk memastikan bahwa pembangunan di Indonesia berlandaskan pada keadilan, keberlanjutan, dan kedaulatan rakyat. Kita harus menggunakan masalah ini sebagai peluang untuk membangun Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan, sesuai dengan prinsip "Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI