Mohon tunggu...
Laili Rahmawati
Laili Rahmawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student & Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Beralih ke Uang Elektronik

23 April 2015   22:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 14 Agustus 2014, Bank Indonesia telah meluncurkan program Gerakan Non Tunai

(GNTT) dengan tujuan mengajak masyarakat Indonesia mengalihkan kebiasaan bertransaksi

dengan uang tunai menjadi non tunai, salah satunya dengan uang elektronik. Bagi pengguna alat

transportasi umum seperti bus Transjakarta atau Commuterline, uang elektronik (e-money) sudah

menjadi hal yang biasa. Namun keuntungan dan kemudahan menggunakan uang elektronik

ternyata masih belum banyak dirasakan oleh masyarakat di Indonesia.

Secara penggunaan, uang elektronik relatif lebih praktis dan efisien. Perpindahan uang

tunai dari tangan yang satu ke tangan yang lain tentu menghabiskan waktu lebih lama

dibandingkan dengan uang elektronik. Ada pun keuntungan menggunakan uang elektronik,

diantaranya:

1. Tersedia Hingga Nominal Terkecil

Pada saat berbelanja di ritel, kita kerap kali menemukan barang dengan harga unik yang

pecahan nominalnya tidak tersedia dalam uang tunai. Uang elektronik selalu tersedia

berapapun pecahan nominalnya. Sehingga bila kita menggunakan uang elektronik, kita dapat

terhindar dari potongan kembalian semacam itu.

2. Menghindari Repotnya Menghitung Uang Kembalian

Dengan menggunakan uang elektronik kita tidak perlu repot dengan uang kembalian yang

risiko kekeliruannya cukup tinggi. Sehingga baik konsumen maupun kasir akan lebih

diuntungkan dan terhindar dari risiko kerugian waktu dan finansial.

3. Tak Perlu Antre

Bila menggunakan uang elektronik kita hanya perlu menggesek atau menempelkan kartu tanpa

perlu antre lagi hanya untuk membeli dan menukar tiket pada jasa transportasi harian, sehingga

akan menghemat waktu dan tenaga.

4. Minim Risiko Kecurian

Uang elektronik hanya mampu memenuhi kebutuhan sehar-hari dengan maksimum pengisian

Rp 1.000.000. Dengan jumlah uang elektronik yang tidak besar, maka akan semakin kecil

risiko tindak kejahatan seperti uang hilang, kerampokan atau uang palsu.

Seiring perkembangannya, saat ini uang elektronik semakin mudah didapatkan. Berbagai

ritel dan loket jasa transportasi telah bekerjasama dengan bank-bank terpercaya dalam

menyediakan penjualan dan layanan isi ulang (top up) uang elektronik. Dengan demikian

diharapkan penggunaan transaksi non tunai di Indonesia yang hanya 0,6% dari keseluruhan

transaksi yang berjalan dapat terus meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun