Mohon tunggu...
Laili Nurafriyanti
Laili Nurafriyanti Mohon Tunggu... -

dalam penjara suci aku santri, dalam kampus aku mahasiswi, dalam dunia maya aku peri, dalam ruang kamar aku remaja manja, di dunia adventur aku petualang...maka biarkan diriku hilang...menyambangimu setiap waktu

Selanjutnya

Tutup

Nature

Geopolitik Trapp

4 Mei 2011   02:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:06 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perkembangan dan pergerakan perubahan kondisi geopolitik global dapat dirasakan sangat dinamis. Kita mencatat ada empat variabel pokok yang sehari-hari kita hadapi secara global; pertama adalah perubahan iklim yang sudah sangat terasa sebagai akibat pemanasan global yang terjadi sehingga terjadilah pencairan es di kutub utara sana; kekeringan di Rusia dan EropaTimur; dan begitu pula di kawasan Asia Pasifik sehingga anomali musim ini membuat hasil produksi pertanian mengalami beberapa kegagalan dan penurunan.

Yang kedua adalah perkembangan peta demografi dunia; yang secara keseluruhan terjadi pertambahan jumlah penduduk yang tentunya memerlukan pangan, sandang dan papan serta energy.

Apabila kita bandingkan dengan kondisi pangan yang pertumbuhannya tidak atau kurang mengikuti pertumbuhan penduduk maka jelas dunia mengalami keterbatasan supply pangan sehingga dapat kita maklumi kalau harga pangan dunia mengalami kenaikan.

Yang ketiga adalah krisis energy dunia; beberapa negara industri yang sudah maju sangat haus akan keperluan energy untuk dapat menghidupi roda industri mereka; baik energy yang berasal dari batubara, minyak; gas alam maupun bioenergy yang justru ikut menggerogoti beberapa sumber makanan manusia seperti jagung, CPO dan sumber bio ethanol lainnya. Kita dapat mencermati betapa India; China; Korea; Jepang dan Amerika saling berlomba untuk dapat menguasai sumber-sumber energy di dunia.

Yang keempat adalah krisis keuangan global yang merupakan rentetan dari krisis keuangan di Amerika hingga saat ini masih terasa belum pulih; meskipun beberapa pemimpin dunia melalui berbagai forum apakah G20; APEC; World Economic Forum; ASEAN Plus merumuskan reformasi tata kelola keuangan global namun masih belum terjadi titik temu.

Selain dari pada hal tersebut beberapa konflik antar negara maupun proses demokratisasi yang terjadi baik di Tunisia; Mesir dan sekarang mulai sampai ke Yaman dan Iran telah mengakibatkan dinamisasi geopolitik global semakin bergerak cepat.

Bagaimana posisi Indonesia saat ini? Kita berada pada posisi yang mendapatkan tekanan dari semua variable yang ada, betapa tidak? Belakangan ini kita sulit menekan laju pertumbuhan penduduk kita; yang sudah barang tentu memerlukan pangan; dan energy yang lebih besar dari yang sekedarnya; sementara itu kita masih perlu mengimport beras, gula; kedelai; minyak serta gas alam dalam waktu dekat ini.

Meskipun Indonesia mencoba ikut berperan serta dalam menata kembali tatanan dunia seperti yang selalu disampaikan oleh kepala negara kita; Presiden SBY pada berbagai forum; kita ingat bagaimana jelasnya agar pesan SBY dengan financial inclusive policy di kalangan perbankan dunia;

Begitu pula apa yang beliau suarakan pada World Economic Forum baru-baru ini adalah inclusive growth untuk mencapai MDG millenium development goal, berarti adalah pertumbuhan yang berkwalitas yang dapat mengangkat masyarakat miskin menjadi lebih baik.

Persoalan yang justru kita hadapi adalah adanya kecenderungan melemahnya ketahanan nasional kita karena dari empat variabel yang telah disebutkan di awal tulisan ini; kita masih mengimport beberapa bahan pokok pangan padahal harga pangan dunia sedang meningkat.

Kita juga mengimport minyak karena produksi nasional kita tidak memenuhi target yang tentunya dengan harga yang lebih tinggi dari masa-masa yang lalu.

Kita juga masih harus mencari dana untuk pembiayaan APBN kita, baik melalui pinjaman lunak maupun melalui obligasi dengan biaya bunga yang cukup tinggi.

Kita sudah “terjebak” pada kondisi geopolitik dunia saat ini.

Saatnya para menteri; para gubernur; para bupati sebagai pembantu-pembantu presiden untuk “take action ” bukan mejeng beriklan untuk menambah citra agar tidak di reshuffle.

LNA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun