Permasalahan yang dihadapi anak di era mudahnya teknologi informasi ini terlihat lebih kompleks. Tak hanya kenakalan biasa, maraknya tontonan dan figur tokoh yang kurang mendidik memberikan andil cukup besar pada perilaku anak. Menyikapi hal ini, orangtua harus menyadari keberadaannya tak hanya sebagai sosok yang membesarkan anak, tapi juga menemaninya tumbuh dan berkembang dengan baik.Â
Tugas orangtua tak sekedar memberi makan, memandikan, mengantar ke sekolah saja. Orangtua harus menyadari pentingnya mengenalkan tauhid dalam diri anak, mengajarkan konsep ibadah yang tak hanya sekedar menggugurkan kewajiban, serta belajar agama tidak cukup sampai wisuda khatam Al-Qur'an saja.
      Anak adalah individu yang utuh, hanya saja sewaktu kecil dia membutuhkan kita sebagai orangtua untuk menunjukkan kemana dia harus melangkah. Dia lahir dari rahim kita selaku ibunya, lalu tumbuh menjadi remaja hingga dewasa. Lalu ia memiliki kehidupannya sendiri, dimana peran kita sebagai ibunya?Â
Apakah cukup hanya mengandung, melahirkan, menyusui saja. Lalu ia tumbuh yang kadang keingintahuannya mengundang emosi kita hingga melabelinya sebagai anak nakal. Di masa remaja ia dibarkan pergi kemanapun lingkungannya membawa tanpa peduli tepat atau belum langkahnya. Ingat peran kita sebagai orangtua tak hanya mengasuh saja.Â
Tugas kita lebih dari itu, merawat, mendidik, mengajarkan pada anak mana yang baik dan mana yang buruk. Serta memastikan dewasa nanti anak kita dapat hidup mandiri berbekal ilmu, norma, dan nilai yang telah kita tanamkan sejak kecil.
      Membangun koneksi antara orangtua dengan anak dinilai menjadi hal yang sangat penting dalam menemani tumbuh kembang anak. Namun sebelum terkoneksi dengan anak pastikan kita telah terkoneksi dengan diri kita sendiri. Menyadari sepenuhnya bahwa mendampingi anak dalam keadaan apapun adalah kewajiban kita yang apabila kita dapat melaksanakannya dengan baik akan mendatangkan nilai ibadah.Â
Apabila kita berada pada posisi stuck tak tau harus berbuat apa, serba salah, yang harus kita lakukan adalah mengembalikan sepenuhnya pada Sang Pemilik hati agar diberi kebesaran hati, kelapangan dalam berfikir, serta kesabaran dalam menjalani proses.
      Anak itu sepenuhnya unik, tidak ada yang negatif, semua bisa positif tergantung point of view kita. Ajak anak kita untuk berkontribusi dalam menjalankan rutinitasnya, agar anak merasa menjadi bagian dari itu. Terkadang statement anak nakal seringkali menutupi mata kita untuk melihat sisi positif pada anak kita.Â
Padahal yang demikian ini dapat memperburuk koneksi kita dengan anak. Terkoneksi dengan anak tak hanya sekedar dekat dengan anak, tapi juga klik sesuai dengan polanya. Menyadari bahwa kemauan kita tak selalu sesuai dengan minat anak. Sehingga penting kiranya koneksi antara orangtua dengan anak agar tak mudah tersulut emosi dan menyadari apa yang kita mau tak harus selalu diikuti oleh anak.
      Selain terkoneksi dengan anak orangtua juga harus terkoneksi dengan Allah swt. Bagaimanapun juga yang mampu membolak-balikkan hati kita. Menjaga diri kita, keluarga kita, juga anak-anak kita dimanapun kakinya akan melangkah. Serta menunjukkan jalan terbaik untuk anak-anak kita.Â
Allah Yang Maha Memelihara, kita selaku orangtua yang penjagaannya terbatas, pengetahuannya terbatas, pandangannya juga terbatas sudah sepantasnya kita mengembalikan segalanya pada Sang Pemilik Hidup. Oleh karena itu pentingnya mengajarkan nilai tauhid dan paham keagamaan yang utuh dan mendalam pada anak-anak agar dewasa nanti ia juga dapat terkoneksi dengan Allah.