Mohon tunggu...
lailatussyafaah
lailatussyafaah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

hobi menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbakti Kepada Orang Tua

29 Desember 2024   13:33 Diperbarui: 29 Desember 2024   13:33 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berbakti Kepada Orang Tua
Di sebuah desa Bektiharjo, hiduplah seorang pemuda yang Bernama Yoga. Sejak kecil, ia telah terbiasa dengan kehidupan yang sederhana bersama kedua orang tuanya, Pak Budi dan Bu Ida. Ayah dan Ibunya bekerja sebagai petani. Meski hanya hidup dengan kesederhanaan, ayah dan ibu Yoga selalu mengajarkan Yoga untuk hidup dengan penuh rasa syukur, bekerja keras dan selalu berusaha memeberikan yang terbaik untuk Yoga. Sering waktu Yoga tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan berbakat. Setelah tamat sekolah, ia mencoba untuk ikut pelatihan Las Welder di Surabaya selama satu minggu. Setelah itu ia kembali ke desanya sambil menunggu panggilan kerja. Dan setelah beberapa hari dia lihat informasi lowongan kerja dari internet dan ia segera untuk daftar kerja tersebut. Setelah itu ia dapat pesan dari bos yang menawarkan pekerjaan itu, dan akhirnya ia pun keterima kerja tersebut.
Yoga merasa bingung ,karena meskipun itu pekerjaan yang sangat ia inginkan tetapi harus berpisah pada orang tuannya karena harus menjalankan pekerjaan di tempat yang jauh.  Ia pun merasa berat untuk meninggalkan mereka yang telah memebesarkan dengan penuh kasih sayang. Pak Budi tersenyum lembut, meskipun kerutan di wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Anakku, Bapak dan Ibu selalu mendukung pilihan terbaik untukmu. Kami bangga dengan segala yang sudah kamu capai. Pergilah ke kota, bekerjalah, dan jadilah orang yang berguna. Kami akan selalu menunggumu."
Dengan penuh rasa haru, Yoga memeluk orang tuanya. Ia tahu bahwa walaupun jauh dari mereka, cinta dan doa mereka akan selalu menyertainya. Setelah itu, Yoga berangkat ke kota dengan tekad untuk sukses dan untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Keesokam harinya Yoga langsug mencari tiket bus untuk berangkat bekerja di Jakarta. Dan setelah beberapa jam ia sampai di Jakarta dan lagsung di jemput oleh bosnya.
Sesampainya dikota Yoga disambut dengan janji-janji manis oleh bosnya, namun dengan seiring berjalannya waktu ia merasakaan ada keanehan dari pekerjaan tersebut. Karena Yoga merasakan ada keanehan ia pun berinisiatif tanya kepada warga salah satu di kota tersebut "mas permisi saya mau tanya,kan saya di sini bekerja sebagai welder ya tetapi kok jasa malah di suruh untuk bongkar-bongkar keramik?" lalu di jawablah oleh orang tersebut "walah mas kamu kena tipu itu,di sini itu ga ada pekerjaan jadi welder,sudah banyak yang ketipu mas di sini".
Merasa di khianati, Yoga pun merasa hancur. Lalu ia di telfon oleh ayahnya karena keluarganya merasa tidak enak perasaanya. Dan ia lalu menceritakan kejadian pahit itu, ayahnya pun lagsung menyuruh Yoga untuk kembali pulang, belajar dari pengalaman pahit tersebut. Akhirnya Yoga mencari tiket bus lagi untuk pulang dengan uang yang pas-pas an. Sesampainya di desa Yoga disambut hangat oleh kedua orang tuannya, meskipun mereka tahu tentang pengalaman pahit yang di dapat oleh Yoga, merekapun tetap bangga dan bersyukur karena anak kesayangannya telah kembali dengan selamat.
 Dengan semangat yang baru, Yoga pun memulai merancang usaha di rumah dengan memutuskan untuk menjadi welder. Sebuah profesi yang telah ia pelajari selama ikut pelatihan di Surabaya.  Meskipun awalnya ragu, ia tahu bahwa keterampilan ini bisa membantunnya membangun masa depan yang lebih baik.
Ibu Yoga duduk di depan rumah bertanya, " Yoga apa rencanamu sekarang ?", " ingin membuka usaha las bu" jawab Yoga dengan penuh semangat. Ibu Yoga tersenyum, "Apa kamu yakin nak? modal las itu tidak sedikit lo". Yoga mengangguk sambil tersenyum dan meyakinkan ibunya  bahwa ia akan memulai usahanya tersebut dengan memulai usaha kecil dulu. Dengan dukungan kedua orang tuanya, yoga memulai usahanya tersebut.
Sedikit demi sedikit Yoga mengumpulkan peralatan las sederhana, ia mempelajari teknik-teknik baru dan mempelajari setiap hari. Dia membangun usahanya didepan teras rumahnya dan ia membuat iklan atau pamflet lewat akun media sosialnya. Hari pertama tidak ada pelanggan sama sekali, hari keduapun sama saja belum ada pelanggan sama kelali,lalu Yoga merasa ragu "Apakah aku salah ya dengan usaha ini". Tapi ia tidak menyerah, ia terus mempromosikan usahanya tersebut. Dan tak lama kemudian orang-orang disekitarnya tahu tentang keahliannya dalam bidang tersebut.
Suatu hari ada tetangganya yang bernama Pak Budi datang ke tempat Yoga. "Yoga, aku butuh las untuk membuat pagar rumahku," katanya. Yoga sangat senang, ini adalah proyek pertamanya! Dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan menyelesaikan proyek tersebut dalam waktu singkat. Pak Budi sangat puas dan merekomendasikan Yoga kepada teman-temannya. Lalu pelanggan mulai berdatangan, dengan beberapa bulan kemudian usaha Yoga mulai berkembang dan pelanggan mulai berdatangan.
Karena Yoga merasa kuwalahan karena mengerjakan sendiri lalu Yoga bisa menambah karyawan dan membeli mesin las baru. Dia juga memperluas tempat untuk bekerjanya dan menambah fasilitas lainnya. Suatu hari Ibu melihat garasi yang sekarang penuh dengan aktivitas, dia tersenyum dan merasa bangga. "Kamu berhasil membuat impianmu menjadi kenyataan" kata ibu. Yoga tersenyum sambil memeluk ibunya, "terimakasih bu, aku tidak akan menyerah aku akan terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi".
Setahun kemudian, usaha Yoga sudah berkembang pesat. Dia terus menambah karyawan lagi karena dia sekarang harus melayani lebih dari 25 pelanggan per bulan. Dia juga telah membeli mesin las moderen dan memperluas tempat dia bekerja. Namun dibalik kesuksesan tersebut, Yoga juga membawa tantangan baru. Yoga harus mengahadapi persaingan dari usaha lain yang lebih besar dan lebih berpengalaman. Dia juga harus menghadapi masalah kualitas dan kecepatan produksi.
Yoga tidak menyerah dengan tantangan baru itu, dia terus berinovasi dan mencari cara untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan produksi. Ia pun mengikuti kursus secara online dan berbagai seminar untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan pemasaran. Karena kerja kerasnya tersebut, Yoga menerima sebuah penghargaan dari pemerintah kabupaten Tuban sebagai "Wirausaha Muda Berprestasi". Dia sekarang juga menjadi narasumber di berbagai seminar dan workshop tentang wirausahanya tersebut.
Yoga tidak lupa akan keluarganya, suatu hari Yoga memutuskan untuk membangun rumah yang lebih layak untuk orang tuanya. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi mereka sebagai tanda terima kasih atas segala pengorbanan dan cinta yang telah mereka berikan. Suatu pagi setelah ia membangun rumahnya agar lebih layak di tempati orang tuanya ia duduk di teras rumahnya. Yoga memandang garasi yang sekarang menjadi menjadi bengkel las sukses. Dia merenungkan perjalanan hidupnya dan besyukur atas kesuksesan yang telah ia raih. Dan setelah beberapa waktu dia juga menikah dengan kekasihnya.
Yoga memutuskan untuk memperluas usahanya dengan membuka cabang di kota lain. Dia memilih kota Bojonegoro sebagai lokasi cabang pertamanya. Dengan dukungan tim yang solid dan strategi pemasaran yang tepat, cabang baru tersebut sukses dan mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat. Saat usahanya berkembang, Yoga menghadapi tantangan baru dalam kehidupan pribadinya. Istrinya yang bernama Laila itu hamil dan membutuhkan perhatian yang lebih. Yoga harus menyeimbangkan waktunya antara pekerjaan dan keluarganya. Yoga memutuskan untuk mengurangi aktivitas bisnisnya dan untuk fokus pada istrinya. Meskipun usahanya terpengaruh , Yoga tidak menyesal karena telah membuat keputusan yang tepat. Setelah sembilan bulan anaknya lahir, keluarga Yoga bahagia dan harmonis.
Istrinya Laila sudah sembuh dan bisa membantu Yoga melanjutkan usahanya. Anaknya Adzriel sudah berusia 7 tahun dan sangat cerdas. Yoga sangat bersyukur atas kesuksesan dan kebahagian yang telah diraih. "Ini adalah kebahagiaan terbesar bagi kami, Yoga," kata Bu Ida dengan mata yang berkaca-kaca. "Kamu telah memenuhi harapan kami, dan lebih dari itu, kamu sudah menjadi anak yang penuh kasih sayang".
 Ia tidak lupa denga asal usulnya, lalu dia membangun pusat pelatihan wirausaha dikampung halamannya untuk membantu para pemuda di kampungnya untuk memulai bisnis mereka sendiri. Keluarga Yoga semakin bahagia, kini Adzriel sudah berusia 10 tahun dan menjadi siswa teladan. Laila lalu sudah bisa fokus ke kegiatan sosial dan membantu suaminya dalam mengurus bisnis. Setelah berjalannya waktu lalu Yoga sudah bisa lagi membuka cabang ke tiga nya yang berada di Lamongan dan selalu memperluas bisnisnya dengan membuka workshop di Surabaya. Bisnis Yoga berkembang pesat dengan omzet meningkat 500%.
Setelah itu ia menerima penghargaan sebagai welder terbaik di tingkat Jawa Timur. Penghargaan ini meningkatkan reputasi bisnis Yoga. Dan lalu Yoga memperluas bisnisnya ke jasa konstruksi, jasa desain dan fabrikasi, dan pelatihan welder. Dalam 10 tahun kemudian bisnis Yoga berkembang menjadi salah satu perusahaan welder terbesar di Indonesia dengan pengakuan Internasional. Yoga memutuskan  untuk memeperluas bisnisnya ke bidang lain, seperti produksi baja. Dia bekerja sama dengan investor dan ahli di bidang tersebut. Dalam waktu singkat, perusahaan Yoga menjadi salah satu yang terkemuka di Indonesia. Namun Yoga menghadapi tantangan baru, persaingan dengan perusahaan teknologi canggih dan perubahan regulasi pemerintah, tetapi Yoga tidak menyerah akan hal itu. Yoga terus berinovasi dan mengembanggkan strategi bisnisnya.
Setelah 15 tahun kemudian Yoga dan Laila merayakan ulang tahun pernikahan. Mereka hidupnya semakin bahagia dan harmonis. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama berlibur dan bercerita bersama. Lalu Yoga berkata "kebahagiaan sejati bukan dari kesuksesan bisnis, tetapi dari keluarga yang harmonis dan bahagia". Yoga membagikan pesan untuk anaknya "jangan pernah melupakan keluarga,kerja keras, dan kebahagiaan. Itulah kunci kebahagiaan sejati".
Yoga ingin meninggalkan warisan yang berarti bagi anak cucunya. Dia memutuskan untuk menulis buku tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesan atas usahanya yang ia bangun dari nol dengan modal pas-pas an tersebut. Buku tersebut menjadi best seller dan banyak menginpirasi orang. Kesuksesan bukan hanya tentag uang dan kekuasaan tetapi tentang bagaimana kita dapat membantu orang lain, menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang mencapai sukses materi, tetapi tentang berbakti dan memberi kembali kepada orang tua yang telah memberikan segalanya untuk kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun