Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) adalah kebijakan yang dibuat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul melaluui pencapaian lulusan perguruan tinggi yang menguasai keilmuan yang komprehensif dan memiliki khasanah keilmuan yang luas.Â
Kebijakan terbaru ini dikeluarkan oleh Kemendikbud yang mengacu pada Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Berbagai program yang diusulkan tentu selaras dengan tujuan yang diimpikan, seperti skema hak belajar 3 semester di luar Program Studi. Program yang disajikan bersifat sukarela. Dengan kata lain, mahasiswa diberikan kesempatan untuk memilih apakah ingin mengikuti kegiatan tersebut atau tidak.
Salah satu Perguruan Tinggi yang menggunakan skema Merdeka Belajar-Kampus Merdeka tersebut adalah Unibersitas Negeri Malang. Perguruan Tinggi yang berorientasi pada program studi kependidikan ini menyelenggarakan kegiatan Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan sebagai bukti keikutsertaan pada program Kemendikbud tersebut. Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan adalah aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa secara kolaboratif dengan guru, tutor, fasilitator, dan orang tua di berbagai satuan pendidikan.Â
Program ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa terutama yang menempuh pendidikan di bidang kependidikan untuk ikut serta membelajarkan dan memperdalam ilmunya dengan cara menjadi guru atau pendamping program di satuan pendidikan yang tersebar. Selain itu, Universitas Negeri Malang juga berharap melalui program ini dapat membantu meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan serta relevansi pendidikan dasar dan menengah dengan pendidkan tinggi sesuai perkembangan Ipteks.
Program Asistensi Mengajar ini juga sesuai dengan tujuan Sustainable Develompemnt Goals (SDGs) pada poin empat. Program ini ikut serta dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik kedepannya. Seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada program ini memiliki tujuan untuk memastikan manusia bisa mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas dan merata di seluruh dunia, terutama di Kota Malang. Berbagai program menarik yang dihadirkan pada kegiatan Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan ini membuat Lailatus Sa’adah memutuskan untuk memilihnya.
Mahasiswi Prodi S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah tersebut mengambil program MBKM tepat di semester enam. Laisa, panggilan akrabnya, menyatakan bahwa keputusan untuk mengambil program Asistensi Mengajar tersebut karena program tersebut dinilai memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaat yang sangat dirasakan oleh dirinya adalah dapat merasakan menjadi guru yang sesungguhnya. Hal ini tentu saja linier dengan Program Studi yang telah ia tempuh selama lima semester lamanya. Dirinya juga dapat mengimplementasikan seluruh ilmu kependidikan ataupun non kependidikan yang telah didapat dari Universitas Negeri Malang selama pembelajaran perkuliahan berlangsung.
Penghujung Jalan: Antara Suka dan DukaÂ
Setiap perjalanan selalu ada suka dan duka. Begitulah kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan pengalaman menarik yang dialami oleh Lailatus Sa’adah. Tepat di semester enam, dirinya mencoba pengalaman baru dengan mengikuti kegiatan Asistensi Mengagajar. Program Merdeka Belajar yang disediakan oleh Kampusnya tersebut membawanya pada pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Awalnya ia hanya membayangkan bahwa menjadi guru hanya persoalan mengajar murid saja. Akan tetapi, pada pengalaman praktik di lapangan inilah, ia menyadari bahwa menjadi guru bukan hanya perihal ceramah di depan murid.
Penyusunan rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan selama lima bulan atau sekitar 16 Minggu menjadi langkah awal petualangannya. Sekolah yang terletak di Jl. Teluk Pacitan, Arjosari ini menjadi tempat yang akan membawa dirinya ke petualangan menarik lainnya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 Malang menjadi tempat pilihannya. Di sinilah dirinya akan bertemu dengan delapan mahasiswi lainnya yang memiliki tujuan dan harapan yang sama dengan dirinya.
Petualangan ia dan kedelapan temannya tersebut dimulai pada penyusunan kegiatan yang terdiri dari akademik, nonakademik, dan administrasi. Seluruh kegiatan tersebut harus melewati persetujuan antara pihak sekolah sebagai mitra dan dosen pembimbing. Kegiatan akademik di bawah bimbingan Bapak Wasis menjadikan dirinya harus melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas X TKJ A dan XI METRO A.Â
Dua kelas yang mengajarkan dirinya bahwa mengajar bukan hanya sekadar ceramah dan menunggu jam pelajaran selesai. Penyususan modul belajar yang di dalamnya berisi langkah-langkah di setiap pertemuan, materi, hingga Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) harus ia selesaikan. Pada akhirnya, seluruh materi terutama terkait kependidikan yang ia dapatkan selama lima semester di dalam kelas dapat diimplementasikan.