Mohon tunggu...
Lailatun Nikmah
Lailatun Nikmah Mohon Tunggu... -

Ismi Lailatun Nikmah ana min Lamongan :) Nice to meet you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berubah demi Kebahagiaan

8 Desember 2014   11:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:49 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

<

Ibu : Erlina

Anak laki-laki : Ilham

Anak perempuan : Alleia>>

Di kota besar hiduplah sebuah keluarga yang memiliki banyak harta (hartawan) mereka memiliki perusahaan dimana-mana dan memiliki restoran 5 cabang. Mereka hanya memiliki satu anak laki-laki dan anak perempuan juga satu. Sejak mereka kecil mereka selalu dimanja tak satupun keinginan mereka tak terkabulkan. Saat menjelang dewasa sifat mereka tidak seperti yang lainnya sifat mereka masih kekanak-kanakan. Sebenarnya orang tuanya menginginkan seorang anak yang bersifat dewasa dan bisa membagi waktu sesuai dengan kegiatan mereka bukan hanya main-main saja. Setiap hari mereka hanya asyik bermain tablet, hp, laptop dan pergi ke kampus sesuka hatinya.

Suatu hari ketika raharjo (ayah ilham dan alleia) berangkat kerja, tiba-tiba mobilnya tidak bisa direm (rem blong) raharjo panic kemudian mobilnya menabrak pohon. Orang-orang disekelilingnya langsung menghampiri dia dan raharjo sudah tidak sadarkan diri dan keningnya becucuran darah kemudian merea membawa ke rumah sakit. Pihak rumah sakit menelfon keluarga raharjo. “kring… kring… kring…” telfon rumah bordering lalu erlina (istri raharjo) mengangkat telfon “halo! Siapa ini ?” kata erlina. Pihak rumah sakit menjawab “ini benar ibu erlina?” “iya ini saya” kata erlina. Pihak rumah sakit berkata “ suami ibu kecelakan dan sekaranng lagi di rumah sakit Dr. soetomo.”telefon terjatuh (terkejut) “astaghfirullah, ayah :’( “ kata erlina. Kemudian erlina dan anak-anaknya bergegas pergi ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit dokter mendatangi erlina seraya berkata “suami ibu sedang kritis karena banyak darah yang beliau keluarkan, persediaan darah di rumah sakit ni habis bu” erlina menjawab “darahku dok, darahku” “harus dicek terlebih dahulu ibu” kata dokter. Erlina menjawab “ ayo dok sekarang, dimana tempatnya ?” dokter menunjukkan tempatnya. Setelah diperiksa ternyata golongan darah mereka sama dan di ambillah sedikit darah dari erlina. Nampaknya dokter sedang kebingungan diruangan suami erlina jantung mulai tak bergetar, denyut nadi mulai menghilang dan waktu erlina masuk ruangan itu suaminya sudah tidak ada. Erlina menjerit menangis, anak-anaknya kemudian masuk dan melihat ayahnya tidak ada mereka juga ikut menangis. Betapa hancunya hati keluarga raharjo melihat raharjo meninggalkan mereka semua. “tiada lagi sosok ayah di duia ini” kata ilham. Erlina menjawab “sabar ya anak-anakku, ayah selalu ada buat kita, ayah selalu sayangkita tapi sekarang kehidupan kita dengan ayah berbeda”.

Sesampainya di rumah erlina erlina tetap menangis meratapi kesedihannya hingga dia jatuh sakit. Melihat ibunya sedang sakit mereka bukan malah berubah, mereka malah menjadi-jadi karena kurangnya perhatian dari sang ibu dan kini sedikit demi sedikit harta mereka terkuras habis karena sifat mereka yang berfoya-foya. Kemudian mereka pindah rumah yang kecil diperkampungan disana mereka malah menyuruh-nyuruh ibunya padahal ibunya sedang sakit , mereka tak menghiraukan keadaannya sang ibu dan beberapa minggu kemudian ibunya dipanggil sang khalik.

Dari sinilah kemudian hati mereka luluh. ‘ibu.. ibu…” kata mereka. Mereka hanya bisa meratapi kepergian ibunya dan memulai hidup baru tanpa seorang orang tua. Mereka kemudian mencari pekerjaan untuk menopang hidupnya. Sebulan lamanya mereka kemudian baru diterima kerja. Ilham bekerja di perusahaan ternama sebagai wakil direkturdan alleia bekerja di bank terbesar di Indonesia. Mereka bekerja dengan rajin dan sungguh-sungguh. 5 tahun kemudian ilham mendirikan sebuah perusahaan yang besar dan alleia menikah dengan anak pemilik bank. Mereka sekarang hidup bahagia berkat kerja keras dari keduanya.

“sifat seorang pasti bisa berubah sesuai dengan keadaan dan lingkungannya yang ia singgahi”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun