Mohon tunggu...
Lailatul Syadiyah
Lailatul Syadiyah Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer. Tertarik pada dunia religi, marketing manajemen, bussines, productivity, motivation, story telling, dan all about learning English.

Start from happiness

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Penjara Rezeki - Konsep Rezeki Ustadz Weemar Aditya

4 Juli 2021   16:04 Diperbarui: 4 Juli 2021   16:10 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ustadz Weemar Aditya membuka kajian dengan membacakan firman Allah QS. An-Najm ayat 48.

"Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan."

Pertama, kita harus tahu konsep rezeki itu sendiri.  Zaman ini banyak sekali orang yang terpenjara di dalam sebuah penjara yang nyaman. Posisi ini dimana ada orang yang di dalam penjara tahu bahwa rezeki di luar sana lebih nikmat. Tetapi dia tidak mau keluar, bukan karena ia tidak bisa tapi karena tidak mau. Penjara baginya adalah nikmat.

Penjara itu dia sendiri yang membuat. Bukankah ini aneh jika orang terpenjara di dalam penjara buatannya sendiri.  Mereka menganggap hidup di luar sana lebih menyenangkan. Enak banget ya kalau hidup di luar padahal dia sendiri yang memenjarakan dirinya sendiri. Inilah yang kita namakan dengan penjara rezeki.

Penjara yang kemudian dibangun oleh mereka sendiri ini adalah jeruji-jeruji besi, yang diibaratkan dengan  persepsi-persepsi salah mereka terkait rezeki. Pemikiran seperti ini yang sering muncul pada generasi ini.

"Kalau aku tidak sekolah gak dapat ijazah, kalau gak dapat ijazah, nanti nggak punya pangkat, kalau nggak punya pangkat nggak dapat kerja, kalau nggak dapat kerja gak bisa kaya, terus gak bisa sukses, dan gak bisa bahagia."

Karena terbayang dengan persepsi dirinya sendirilah, manusia menjadi susah sendiri. Dan terus terbelennggu dalam imajinasinya sendiri.  Namun, jika kita mau membuka mata kita lebar-lebar banyak bos perusahaan--perusahaan besar yang tidak sekolah, atau pendidikan mereka tidak sampai ke jenjang sarjana.  Hal itu banyak bukan di sekitar kita. Belum berhenti sampai disitu bahkan karyawan yang bekerja menjadi bawahannya lulusan S2. Hal ini sudah cukup jelas bahwa rejeki itu bukan ditentukan karena background Pendidikan. Namun berdasarkan pemberian Allah.

Ustadz Weemar Aditya kembali menegaskan bahwa rezeki itu adalah pemberian dari Allah. Rezeki itu bukanlah pendapatan. Lebih bahaya lagi, jika orang yang merasa apa yang mereka miliki adalah adalah usaha keras mereka, maka jika barang itu suatu ketika sudah tak lagi menjadi miliknya dia akan stress, depresi hingga sedih yang berkepanjangan.

Konsep selanjutnya tentang Rezeki menurut Weemar Aditya adalah Rezeki itu tidak harus memiliki.

"Lebih penting mana, punya atau pakai?" tentu saja kalau dalam Islam lebih penting memakai, karena sudah jelas kebermanfaatannya. Namun jika punya tapi kurang bermanfaat, justru hal itu yang tidak dianjurkan dalam Islam. Misalkan kita bisa naik Pajero Sport tanpa harus beli dulu, tinggal pesan taxi online saja, kita bisa naik mobil itu sesuai kebutuhan kita. tanpa harus membeli. Takutnya jika membeli malah berkurang kebermanfaatannya.

Lebih baik punya satu jam tangan yang mahal tetapi dipakai. Daripada punya 20 jam tetapi tidak dipakai semua dan hanya koleksi semata. Hal itu akan mengurangi kebermanfaatan dari barang tersebut. Sesungguhnya dalam sebuah kepemilikan barang yang kita cari adalah kebermanfaatan dan keberkahannya. Untuk masalah rezeki itu sudah ada yang mengatur. Manusia tinggal berikhtiar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun