Pertanyaan menarik ini muncul di kajian NGESLOW bersama Ustadz Weemar Aditya. Pertanyaan yang sebenarnya jawabannya sudah ada dalam AL Quran.
Pertama, memang Allah sendiri yang menginginkan dipanggil seperti itu. Seperti yang sudah tercantum dalam Qs. Al Ikhlas ayat 1:
(Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa).
Untuk memperkuat argument ini, Ustadz Weemar Aditya menambahkan juga Qs. Thoha ayat 14 yang berbungi:
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku."
Allah sendiri yang menyebut bahwa tiada Tuhan selain Aku. Dan ada beberapa fenomenal yang menarik terkait Lafadz Allah (Lafdzul Jalalah: Â )
Kalau kita lihat lafdzul jalalah ini bahwa rangkaian Alif dan Lam isimnya tergabung yang mencirikan kespesifikasikan kata atau kemakrifatan kata. Yang memiliki makna definitive spesifik, hanya untuk Allah tidak untuk lainnya.
Coba kita bandingkan dengan Al kitab, Al nya disini bisa digunakan untuk yang lainnya. Al qolam, contohnya. Sedangkan Alif dan Lam di lafdzul jalalah ini hanya untuk Allah, tak ada yang menyamai.
Alasan kedua, kenapa Tuhan dipanggil Allah, lafdzul jalalah yang terdiri dari 4 huruf ini ternyata memiliki keistimewaan, jika huruf itu dikurangi satu persatu dari depan maka dia bisa berdiri dan tetap memiliki makna untuk Allah itu sendiri.
- Kalau alif di depan dihilangkan (Lillah) artinya untuk Allah
- Ketika lam nya dihilangkan (Lahu) artinya untuk Allah
- Ketika lam nya dihilangkan lagi tinggal satu huruf terakhir (hu). Maka hu ini siapa? Dia adalah Allah
Tidak berhenti sampai disini, beberapa keistimewaan Lafdzul Jalalah ini juga muncul dalam susunan kata yang lain. Dalam Bahasa Arab itu ada frase yang dinamakan Mudhoh mudhof ilaih (frase untuk kepemilikan) contohnya: Â Kitabullahi artinya Kitabnya Allah
Mudhof mudhof ilaih ini tersusun atas gabungan dua kata:
- Mudhof, yang memiliki syarat tidak boleh ada alif lam.
- Mudhof ilaihi, yang memiliki syarat harus jar.