Mohon tunggu...
Lailatul Qadar
Lailatul Qadar Mohon Tunggu... -

An english teacher.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Episode – episode Al Banna Part 2

4 April 2014   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

EPISODE – EPISODE AL BANNA

By: Lailatul Qadar

Bagian II
THE NEW ADVENTURE BEGINS

Setelah pengumuman kelulusan SPMB di terima oleh keluarga besarku di kampung, semua bahagia. Bahagia karena satu harapan keluarga telah terwujud. Menembus perguruan tinggi negeri, adalah satu hal yang dapat di kategorikan langka di desaku. Aku adalah salah satu dari tiga orang pertama yang berhasil lulus SPMB di perguruan tinggi negeri dari desaku, apalagi berhasil masuk di Universitas Bengkulu. Sesuatu yangbelum pernah ada di desaku. Pengumuman SPMB yang sangat kami syukuri, walau usaha dan tekad nekadku dan keluargaku sempat pula menuai kritik, cacian dan cemoohan dari beberapa gelintir orang desa yang kurang mendukung.

Syukur dan puas pula dirasa oleh kakak-kakakku. Karena, dari yang wo Hira ceritakan padaku, betapa teman-teman seperjuangannya di ladang, di kebun, dan di pertemuan-pertemuan lain selalu mengolok-olok niatku. Menurut mereka, sangat tidak mungkin bagi seorang Husein, yang berasal dari keluarga miskin mampu masuk dan kuliah di Unib. Ada pula yang berpendapat bahwaAku adalah anak yang tidak tahu diri, tidak ukur kemampuan orangtua. Dan setiap kali pula kakakku harus bersabar menjawab olok – olok itu, dan bahkan kadangdengan ketus pula, karena gusar dan sebel atas olok-olok bodoh yang mereka berikan. Cemooh dan anggapan remeh pun muncul dari teman-teman sebayaku. Malah sejak kuputuskan ikut SPMB.

“ Jadi kuliah? Lulus? Wah lain yang calon sarjana koh” sindir mereka,

Bahasa inggris jurusan nmak nu? Mau maunya nanti jadi guru ya? S.Pd kan gelarnya..,, nanti jadi S.Pd, Kepanjangannya, Sarjana Pulang Dusun,..hahahah” , begitu cemoohan mereka. Bikin sakit hati. Tak bisa saya lupa hingga kini.

Tapi sekali lagi, semua kesabaran itu terbayar sudah.

Namun permasalahan sebenarnya baru saja dimulai. Beberapa hari setelah pengumuman, Amak dan Abak sempat kelabakan juga, karena ternyata tidak ada sepeser uangpun yang dimiliki untuk membiayai uang pangkal kuliah, termasuk SPP dan biaya sewa rumah yang harus dibereskan semuanya hingga akhir bulan Agustus 2004, karena masa perkuliahan dimulai di minggu terakhir bulan ini. Uang pangkal yang ketika itu jumlahnya empat jutaan saja terasa sangat berat. Apalagi ditengah inflasi perekonomian keluarga yang tidak kunjung membaik.

Tergerak dari kondisi ini, akhirnya muncul solusi dari amak. Solusi yang sebenarnya klasik bagi orang-orang dengan kondisi perekonomian yang selalu anjlok. Ya, apa lagi jika bukan pinjam kiri-kanan. Gali lobang tutup lobang, itu kata Rhoma Irama. Jadilah akhirnya Amak menghubungi beberapa nama. Yang pertama adalah Tamang Mahmud. Adek kandung Amak yang tinggal di kampungku juga. Namun apa dinyana, niat tulus malah dibalas komentar tak sedap. Ternyata si Tamang, yang saat itu sedang bekerja di korea, kurang mendukung niatku untuk melanjutkan ke kuliah. Malah melalui telepon, Aku mendapatkan sedikit saran (- hujatan lebih tepatnya-) dari beliau,

“ Husein, kamu ini coa mabo tukuk,.. kamu tahu kan orang tuamu bukanlah orang kaya? Kamu juga tahukan kuliah itu tidak murah? Mahal! Apa kamu tidak kepikiran bagaimana orang tuamu membayar biaya kuliahmu nanti? Kan kamu juga tahu orangtuamu banyak hutang? Sungguh tidak sadar diri kamu ini”. Begitu ceramahnya ketika itu. Kubalas saja dengan helaan nafas berat dan istighfar didalam hati.

Alternatif pertama gagal.

Alternatif kedua, Dang Udin. Sepupu ku yang juga baru pulang dari korea ketika itu. Program TKI membuat nasibnya lebih beruntung daripada kakak-kakak dan sepupuku yang lain. Besar harapanku untuk mendapatkan bantuan ketika itu. Kupikir beliau kan masih muda, dan lumayan sukses pula secara finansial. Pasti pikiran dan semangatnya minimal samalah sepertiku.

Tapi beginilah jawabannya ketika niat untuk pinjam uang di utarakan orangtuaku,

“Waduh, maaf Wak, saya juga lagi nggak ada uang. Sepertinya saya tidak bisa membantu secara materiil. Namun do’a saya tetap saya berikan untuk Husein. Semoga sukses.”

Lebih menyakitkan ketika aku bertemudengannya di pertigaan Siti Khadijah Argamakmur,

“ Sein, gimana kuliahmu? Jadi?”

“Insya Allah Dang.” Jawabku ringkas

“ Sudah dipikrkan matang-matang belum? Saran dang sih tolong dipikirkan lagi baik-baik. Jangan sampai putus ditengah jalan kuliahmu nanti. Biaya kuliah dan biaya hidup di kota lebih mahal lho. Jangan sampai kamu kecewa, orangtuamu pun ikut kecewa nantinya. Sudah banyak contoh anak desa kita yang putus kuliah karena tidak mampu membiayai kan? Mendingan kamu cari kerjaan aja. Bisa bantu orang tua. Berpenghasilan!” Panjang lebar nasehat dan solusi yang tidak kuharapkan itu ia sampaikan.

Kesimpulannya, alternatif kedua gagal juga. Sama seperti yang pertama. Sabar.

Alternatif terakhir. Cik Wani. Adik paling bungsu ibuku yang tinggal di Ipuh, kota kecil di sebelah utara jauh Bengkulu Utara. Tersenyum hatiku mendengar responnya, ketika di hubungi via telepon oleh orang tuaku.

Mujua da kalau lulus. Cik Senang sekali. Oh iya, berapa kira-kira yang di butuhkan ya?. Cik bersedia bantu, kebetulan ada sedikit simpanan dana di tabungan. Nanti cik transfer ke rekening Wo DA mu ya.”

Alhamdulillah. Bantuan itu datang juga. Tidakpenuh. Cik Wani membantu dua juta rupiah. Tanpa batas waktu untuk pengembalian. Berarti masih kurang sekitar dua jutaan lagi. Satu juta kekurangan untuk uang pagkal, satu jutaan untuk keperluan sewa kosan dan biaya hidup di bulanpertama. Dan akhirnya kekurangan danadipenuhi dengan cara patungan oleh segenap kakak dan orang tuaku.

Esoknya Aku langsung ke sekolah dan Puskesmas untuk mengurusi segala keperluan administrasi yang dibutuhkan. Mulai dari Surat keterangan lulus, Daftar nilai ujian sementara, copy ijazah, pasphoto, Surat keterangan Sehat, serta surat keterangan berkelakuan baik.

Setelah semua persyaratan administrasi dan uang yang dibutuhkan tercukupi, Aku dan wo Da pun berangkat ke kota Bengkulu untuk mendaftar ulang serta registrasi Masa orientasi Mahasiswa. Antrian panjangpun harus di ikuti. Ternyata peminat Universitas Bengkulu banyak dan berjubel. Dari proses antrian hingga pembayaran ternyata tidak bisa selesai satu hari. Jadilah hari kedua, didampingi Abak, akupun kembali untuk antri pembayaran, pemotretan ulang, serta tes golongan darah, sesuai prosedur. Sangat melelahkan harus antri bersama ribuan calon mahasiswa baru yang juga punya mimpi sama denganku. Tidak lupa pula aku langsung registrasi kegiatan PKK (Pengenalan Kehidupan Kampus) yang menjadi agenda wajib ikut bagi setiap mahasiswa baru.

Selanjutnya, proses mencari kos-kosan. Cukup melelahkan usaha mencari tempat tinggal yang layak, sederhana, namun murah dan sesuai dengan budgeting yang ada dalam kantong. Namun tidak juga di dapat kos-kosan yang sesuai dengan kriteria dompet. Akhirnya diputuskan, selama masa Orientasi Aku numpang dulu di rumah Wo Neng. Sepupuku yang kuliah di STAIN. Dia tinggal bersama suami dan anaknya. Kontrakan juga. Jarak dari calon kampusku adalah dua kali naik angkot. Lumayan jauh.

Sementara ini, persoalan awal terselesaikan. Atau lebih tepatnya dianggap selesai. Tinggal permasalahan kosan lagi. Sambil menunggu Masa PKK, Aku akan cari kosan sebagai tempat tinggal nantinya. Masih ada beberapa hari menjelang hari pertama PKK a.k.a OSPEK mulai. Persiapan mental dankesehatan harus di utamakan.

Begitu pesan amakku.

_______________ToBe Continued________________

Vocabluaries:

-Coa mabo tukuk (tidak meraba tengkuk/kuduk sendiri) : Istilah dalam bahasa rejang yang berarti tidak sadar dengan kemampuan diri. Terlalu besar keinginan.

-Tamang : Paman

-Wak: panggilan untuk kakak dari ibu/ayah

-Cik: Bibi/tante

-Mujua da: Syukurlah ( bahasa rejang)

-Koh / ko : nih (bahasa Bengkulu)

-Nian: Sangat/sekali

-Bahasa inggris jurusan nmak nu : Bahasa inggris jurusan yang kamu ambil?

*****ini adalah bagian kedua cerita biografi saya (semoga nantinya bisa jadi sebuah NoveGrafi (Novel Biografi), aamiin) EPISODE-EPISODE ALBANNA. Bagian pertama adalah SEMUA BERAWAL DARI ANGKET, dapat di baca pada bagian lain Note saya di facebook ini. Banyak cerita menarik hidup kita yang kita alami, akan lebih indah bila kita bagi dengan yang lain.Sekali lagi, semoga kita bisa memetik hikmahnya.*******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun