Mohon tunggu...
Lailatul Koiriyah
Lailatul Koiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi

Mahasiswi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Love

Bergantung Pada Pasangan Menjadi Faktor "Toxic Relationship"

22 November 2021   14:55 Diperbarui: 22 November 2021   14:57 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa anak muda saat ini seringkali terjebak toxic relationship? Apa saja dampak dari toxic relationship? Dan bagaimana caranya agar mereka bisa terhindar dari toxic relationship? Sebelum masuk pembahasan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu toxic relationship.

Hubungan toksik (toxic relationship) merupakan suatu hubungan yang seringkali disalah gunakan dan akibatnya dapat menimbulkan suatu hal yang tidak menyenangkan baik secara fisik, emosional, sosial, seksual dan lain sebagainya. Biasanya hubungan yang tidak sehat itu muncul tanpa disadari baik dalam relasi pertemanan, relasi kerja, keluarga maupun berpacaran.

Anak muda saat ini seringkali terjebak toxic relationship biasanya dikarenakan salah satu pihak terlalu bergantung dengan pihak lain (pasangannya). Toxic relationship bisa juga muncul dari pasangan yang memiliki dua sifat yang bertolak belakang. Contohnya, salah satu pihak memiliki sifat arogan dan suka mengontrol, sementara yang satunya bersifat patuh dan suka mengalah.

Toxic relationship hanya menguntungkan satu pihak saja, hubungan semacam ini dapat merugikan diri sendiri dan bisa juga merugikan orang lain (jika kita sebagai pelakunya). Toxic relationship memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu selalu mengkritik, suka menyembunyikan masalah, sibuk dengan dunia maya, hanya ingin bersenang-senang saja, dan suka memanipulasi keadaan.

Toxic relationship memiliki beberapa klasifikasi. Pertama, secure attacment dimana seseorang merasa tidak nyaman jika pasangan atau temannya tidak ada. Kedua, cemas ambivalen yaitu seseorang berada diantara perasaan senang dan takut. Ketiga, cemas menghindar yaitu hubungan yang sebenarnya sangat ingin dihindari tetapi merasa tidak enak karena terus-menerus dicari.

Toxic relationship menimbulkan dampak tersendiri pada individu yang mengalaminya. Dampak yang terjadi yaitu bisa saja seseorang mengalami masalah kepercayaan, mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, mengalami gangguan psikis, sering merasa cemas, stres, merasa insecure dan merasa tidak nyaman.

Cara yang dapat dilakukan untuk terhindar dari toxic relationship yaitu dengan cara berbicara secara efektif, artinya kedua pihak harus saling mengerti apa yang disampaikan. Cara selanjutnya yaitu berbicara secara asertif atau rasional dengan menyatakan secara langsung apa yang diinginkan serta dapat menghargai dan memahami orang lain.

Asertif sendiri berarti tegas dan terus terang. Contohnya kita dapat mengucapkan kalau kita tidak suka jika terlalu dibatasi untuk bermain atau berkumpul dengan orang lain. Jika kita sudah berbicara akan tetapi tindakan toksik masih saja dilakukan, maka kita perlu mempertimbangkan hubungan tersebut, terlebih jika kita ingin melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun