[sumber gambar: fajrithedreamer.deviantart.com]
seringkali diam-diam ia menyelinap ketika dirasanya waktu telah cukup senyap menuju arah belakang rumah itu -rumah yang setia menampung ribuan pendar cahaya dari langit sepi di malam paling sunyi
di jemarinya yang gemetar ia letakkan selembar gambarmu
lalu sembari duduk di sebuah bangku kayu tua, ia hirupi segala wangi yang meruap di sana berasal dari celah rerupa perdu, dari rekah tahun-tahun penuh rindu hal itu telah cukup membuatnya sedikit lega sebelum ia mulai membaca:Â kenangan-kenangannya
pada musim-musim yang telah dilewatinya pada jalan-jalan yang telah ia beri tanda
namun, seperti sesuatu yang tampak duka setelah itu ia akan selalu merasa sedih juga hampa mengenang kau- yang tak pernah membaca perasaannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H