Mohon tunggu...
Lailatul Khamidah
Lailatul Khamidah Mohon Tunggu... Lainnya - LALA

UNIVERSITAS ISLAM MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Sejarah Jombang Beriman

4 Mei 2020   13:47 Diperbarui: 7 Mei 2020   08:38 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Jombang adalah sebuah kabupaten yang terletak di tengah-tengah provinsi jawa timur. Dengan luas wilayah 1.159,50 km^2, dan dengan jumlah penduduk mencapai 1.201.557 jiwa pada tahun 2010. Pusat pemerintahan Kabupaten Jombang terletah ditengah wilayah kabupaten, yang memiliki ketinggian 44 meter diatas permukaan laut, dan dengan jarak 79 km dari barat daya Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang memiliki wilayah yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalur lintas utara dan selatan Pulau Jawa (Surabaya -- Madiun -- Solo - Yogyakarta), jalur Surabaya -- Tulungagung, serta jalur Malang -- Tuban.

            Menurut sejarah, Jombang termasuk Kabupaten masih  berusia muda, pada saat itu Jombang memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto yang berada dibawah pemerintahan Adipati Ario Krimidjojo, yang ditandai dengan tampilnya pejabat pertama mulai tahun 1910 sampai pada tahun 1930, yaitu Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat. Konon, dalam sebuat cerita rakyat mengatakan bahwa salah satu desa yaitu desa Tunggorono, merupakan gapura keraton Majapahit bagian Barat, sedangkan desa Ngrimbi adalah gapura keratin bagian selatan, dimana sampai saat ini masih terdapat sebuah candi di desa Ngrimbi yang biasa disebut candi arimbi. Dimana cerita rakyak ini dikuatkan dengan banyaknya desa yang berawalan kata "Mojo" seperti, Mojoagung, Mojotrisno, Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu, dan masih banyak lagi.

            Salah satu peninggalan sejarah yang terletak di Kabupaten Jombang yaitu Candi Ngrimbi, Pulosari, Bareng yang didalamnya terdapat sebuah lambang daerah Jombang yaitu lukisan sebuah gerbang, lukisan tersebut dimaksudkan bahwa Jombang adalah gerbang Mojopahit dan Jombang termasuk wewenangnya suatu catatan yang pernah dituliskan dalam majalah intisari pada mei 1975, dituliskan laporan Bupati  MOjokerto Raden Adipati Ario Kromodjojokepada residen Jombangpada tanggal 25 Januari 1898 mengenai keadaan Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling Jombang) pada tahun 1880.

            Kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya tidak dimulai saat berdirinya Kabupaten Jombang tahun 1910, akan tetapi sebelum tahun 1880 dimana Trowulan saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang Meskipun waktu itu Kabupaten dengan Mojokerto masih menjadi satu. Saat itu juga sistem pemerintahan di Kabupaten Jombang telah dikelola dengan baik dan telah ditempatkan seorang Asisten Resident dari pemerintahan Belanda yang kemungkinan berdirinya Kabupaten Mojokerto dan Jombang dilihat dari berdirinya Gereja Kristen Mojowarno sekitar tahun 1893 bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung di Kota Jombang, juga tempat peribadatan Tridharma (Kong Hu Chu) yang terletak di Kecamatan Gudo sekitar tahun 1700. Jika dilihat dari sundut pandang Pancasila, hal tersebut mencerminkan pancasila pada sila ke-1 dan sila ke-3, bahwa tempat peribadatan menjukkan "ketuhanan Yang Maha Esa" dan "Persatuan Indonesia" dibuktikan bahwa Gereja dan Masjid berdiri dalam satu waktu, akan tetapi tidak menimbulakn perseteruan antar masyarakat.

            Dalam sebuah cerita rakyat disebutkan mengenai hubungan antara Bupati Jombang dengan Bupati Sedayu dalam ilmu yang berkaitan dengan pembuatan Masjid Agung di Kota Jombang, dan berbagai hal lain, hal tersebut yang mendasari eksistensi awal suatu pemerintahan di Kabupaten Jombang.

            Jombang dikenal dengan sebutan "Jombang Beriman" atau "Kota Santri", sebutan tersebut dilontarkan karena terdapat banyaknya sekolah pendidikan Islam atau disebut dengan pondok pesantren. Bahkan ada pameo yang menyebut bahwa Jombang adalah pusat pondok pesanren di Tanah Jawa karena hamper seluruh pendiri pondok pesantren di Tanah jawa pernah berguru di Jombang. Pondok pensantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambah Beras, dan Darul Ulum (Rejoso). Terdapat banyak pula tokkoh-tokoh Indonesia yang terlahir di Kabupaten Jombang, seperti KH Abdurrahman Wahid (Presidan ke-4 RI), Semaun, Abu BAkar Ba'asyir, pahlawan nasional KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim, tokok intelektual Islam Nurcholis Madjid, serta budayawan Emha Ainun Najib dan seorang seniman Cucuk Espe.

            Jombang berasal dari bahasa jawa yaitu ijo (hijau) dan abang (merah). Ijo (hijau) merupakan warna yang mewakili kaum santri, sedangkan abang (merah) merupakan warna yang mewakili  kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup rukun berdampingan, dan harmonis, seperti halnya yang tertera dalam pancasila sila ke-3 "persatuan Indonesia" mereka hidup rukun tanpa membeda-bedakan status sosialnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun