Mohon tunggu...
Lailatul fitriah
Lailatul fitriah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitar Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Generasi Micin

14 Agustus 2021   02:00 Diperbarui: 14 Agustus 2021   02:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

GURU GENERASI MICIN

Anak-anak zaman sekarang sudah mempunya pemikiran yang lebih maju, mungkin karena adanya pengaruh digital dan mudahnya akses informasi. Tinggal klik di tangan informasi apa pun dapat dengan mudah didapatkan. Anak-anak sekarang baru lahir procot sudah dikenalnya dengan teknologi. 

Bagaimana tidak, sambil menggendong atau menyusui bayinya para ibu-ibu sekarang jarang yang ditangannya tidak memegang telepon pintar, malah ada yang mengajak anaknya tiktokan. Karena itulah, pertumbuhan anak-anak tidak akan terlepas dari digital, tidak dapat dipungkiri hal tersebut berpengaruh sangat besar terhadap kecerdasan anak. Lalu bagaimana dengan istilah generasi micin?

Mitos bahwa kebanyakan mengonsumsi micin membuat kerja otak lemot, namun di era digital semua harus dihubungkan dengan nalar dan logika. Buktinya generasi sekarang ini, atau  eranya generasi micin anak-anaknya cerdas-cerdas. Buktinya, anak-anak sekarang jarang yang tidak mengenal Google, Youtube, whatsapp, twitter, facebook, dan yang akhir-akhir ini buming adalah aplikasi tiktok. Banyak remaja bahkan anak-anak usia sekolah yang sudah pintar mencari uang dengan mengunggah kontennya di Youtube. Saya rasa generasi micin yang katanya generasi lemot itu perlu untuk segera di hilangkan dari pemikiran. Lalu gurunya harus bagaimana?

Guru generasi micin, tidak perlu ikut makan micin . Jika guru tersebut ikut makan micin, apa bedanya guru dengan siswanya, namun jika guru tersebut tidak makan micin maka akan tertinggal jauh dengan siswanya. 

Karena itulah, guru generasi micin jika melihat anak-anak dikelas kurang semangat belajar, males, atau lebih tertarik dengan telepon pintarnya jangan menyalahkan siswanya. Ingat..! anak-anak tersebut dari bayi dan tumbuh di era digital maka pembelajaran seharusnya juga disesuaikan dengan era mereka. Guru harus dapat memanfaatkan teknologi untuk membantu pembelajaran agar menarik, guru harus kreatif dan inovatif karena yang guru hadapi adalah anak-anak generasi micin yang kritis. Namun apakah hanya itu?

Tentu saja tidak, sebagai pengajar dan pendidik generasi micin seorang guru harus dapat menjadikan anak didiknya menjadi generasi micin yang berakhlak. Kita tidak dapat membebankan hanya pada guru agama, karena mendidik adalah kewajiban semua guru. Guru harus dapat menjadi contoh dan teladan yang baik, karena pendidikan akhlak tidak ada dalam telepon pintar yang selalu anak-anak genggam. Jika guru tersebut tugasnya hanya mentransfer materi, tugas tersebut dapat digantikan oleh Google dan Google lebih pintar, namun Google tidak dapat mengajarkan akhlak yang baik pada anak-anak didik kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun